Yuriel menatap pergelangan tangannya yang kini sudah kembali mulus tanpa ada tanda sihir kemalangan lagi. Lengannya yang terluka akibat insiden di kapal pun perlahan membaik meski terasa masih ngilu sesekali. Di sampingnya nampak Eiran tengah sibuk memutuskan menu yang ingin dia pesan.
Ada catatan sederhana yang ditulis di atas kertas kain. Sekilas Yuriel melirik nama-nama menu yang tertera sangatlah asing. Yuriel belum pernah memakan satu atau mendengarnya sekalipun.
"Uhm..." Eiran masih sibuk, telunjuknya bergerak ke atas dan ke bawah mengusap-usap nama menu yang tertera lalu menoleh pada Yuriel. "Kau mau dipesankan apa?"
"Bagaimana aku tahu?" Sahut Yuriel ketus seperti biasa.
Eiran mendekat ke telinganya dan berbisik pelan. "Sebenarnya aku juga tidak tahu, aku vampir jadi tidak pernah mencicipi satu pun makanan manusia."
"Tanya saja ke pelayannya." Ucap Yuriel menanggapi seraya berpaling melihat ke arah lain, tak mau ikut berkutat memilih menu makanan yang dianggapnya merepotkan dan rumit.
Terlihat Eiran mengangkat tangannya ke udara dan memanggil seorang pelayan mendekat ke meja mereka lalu bertanya tentang menu-menu yang tersaji dari urutan paling atas sampai ke paling bawah seolah dia manusia yang mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Baiklah, aku pesan yang ini. Yang ini dua, yang ini, dan minum--"
"Air putih." Jawab Yuriel tepat sebelum Eiran melempar pertanyaan padanya sebab ia sudah lebih dulu menyadari tatapan pria itu dari samping.
"Air putih." Eiran mengulangi ucapan Yuriel sedetik lalu pada pelayan yang mencatat ulang pesanan mereka dalam otaknya.
"Itu saja?" Si pelayan bertanya.
Eiran menoleh pada Yuriel yang tak mengatakan apapun lalu mengangguk. "Ya, itu saja."
"Baiklah, mohon menunggu sebentar sampai kuantar pesanan kalian. " Setelah mengatakan hal itu pelayan tadi pergi kembali ke dapur meninggalkan Eiran dan Yuriel berdua di meja mereka.
"Tyler memberimu buku?" Pertanyaan itu Eiran lontarkan pada Yuriel yang nampak sibuk membolak-balik buku baru meski tak sesuai dengan seleranya.
Yuriel melirik sekilas. "Kurasa kau benar, mungkin saja dia adalah ayahku di kehidupan yang akan datang dalam ratusan tahun lagi."
"Jadi?"
"Aku akan berusaha mengambil liontin itu darinya." Ucap Yuriel memutuskan mengingat nasib manusia dan kaum vampir berada di tangannya sebab tak akan ada yang berani melawan para pemburu apabila keluarga kerajaan saja bersahabat dengan mereka. "Aku akan lakukan berbagai cara yang kubisa tanpa melibatkan perasaan kalut."
"Wow..." Eiran berdecak kagum. "Aku tak menyangka kau seprofesional itu."
Yuriel tak memberi tanggapan lebih lanjut, dia nampak sibuk membolak balik halaman buku sampai pelayan tadi kembali datang membawakan makanan yang dipesan oleh Eiran beserta dengan dua gelas air putih persis seperti keinginan Yuriel.
Setelah pelayan itu pergi, Eiran nampak menggeser seluruh piring mendekat ke Yuriel karena sejatinya ia tidak perlu makan sama sekali.
"Aku tidak akan memakan semua ini." Ucap Yuriel menolak terlebih saat melihat ada lebih dari empat piring di meja. "Kenapa kau memesan sebanyak ini padahal tidak memakannya?"
"Jadi, lusa kau akan bertemu dengan Tyler?" Seperti khasnya Eiran, bukannya menjawab malah bertanya balik mengenai topik yang tak sesuai pula.
"Ya. Kenapa?"
Eiran menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Yuriel, kali ini dijawabnya dengan sungguh-sungguh. "Terlepas masalalumu dengannya adalah seorang ayah dan anak, sekarang dia bukanlah ayahmu atau siapapun yang memiliki hubungan darah denganmu. Dia Tyler, pemimpin klan pemburu. Sebaik apapun dia, jangan sampai terkecoh. Kaum-ku dan Kaum manusia bergantung padamu, Yuriel."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloodline
Fantasi18+ | Yuriel, seorang remaja individualis berakhir tewas di tangan suami baru ibunya. Buku, benda paling favorit dalam hidupnya secara tak terduga justru menjadi perantara yang merenggut nyawanya hari itu. Namun, kehidupan Yuriel belum usai. Ia terb...