"Kehidupan para vampir dan manusia tak bersalah bergantung padamu." Eiran membisikinya kalimat demikian sesaat sebelum menjauh dari Yuriel sebab dia hanya mengantar sampai depan bar yang saat ini nampak penuh oleh desakan orang-orang terutama kaum wanita.
Yuriel bisa melihatnya dari luar. Semua orang berpakaian mewah dan berdandan cantik. Dirinya juga didandani oleh wanita tua yang kemarin sehingga tampilannya tak jauh berbeda dengan wanita-wanita yang ada di depan sana, sebagian besar ada di dalam bar sedangkan sebagiannya lagi terlihat menebar pesona diluar. Mirip acara take me out dimana seorang lelaki akan memiliki satu dari banyaknya gadis untuk dikencani.
Seberapa istimewanya Tyler?
Tampankah?
Kaya raya-kah?
Mencoba menjadikan satu semua bayangan itu dalam kepala, Yuriel malah mendapati pria tua bangka dengan berbagai aksesoris emas di tubuhnya muncul dalam imajinasinya.
"Kurasa aku tidak bisa melakukan ini," gumamnya pelan. "Aku tidak bisa kalau dengan lelaki tua. Aku terlalu muda dan--"
"SEMUANYA! PERHATIANNNN!!!"
Seruan seorang pria menghentikan gumaman Yuriel. Atensinya kini tertuju sepenuhnya pada si pemilik suara.
"Tuanku akan segera datang." Pria yang berbicara itu bernama Jaceb. "Tuanku Tyler akan segera datang. Bersiaplah. Dia hanya akan membawa satu dari kalian untuk makan malam bersama, hanya untuk satu malam."
Mendengar nama Tyler di sebut, Yuriel dengan sigap mengedarkan pandangan guna menemukan si pemilik nama namun ia kesulitan karena tiba-tiba dari ada belakang beberapa wanita berlari keluar dari barisan hingga Yuriel hampir terjungkang ke belakang. Untungnya tak tadi, kalau sampai kejadian sih... bayangkan betapa memalukannya hal tersebut.
Menyadari tali sepatunya terbuka, Yuriel berjongkok untuk membenarkan sedangkan sorak sorai orang-orang terutama para gadis semakin ramai. Terlihat seseorang bertubuh tegap dan tinggi membelah lautan manusia yang mengerubungi bagian depan bar.
"Sial, orang-orang ini..." Umpat Yuriel ketika kakinya baru saja di tubruk oleh orang padahal ia dalam posisi berjongkok. Tidak bisakah mereka jalan menggunakan mata?
Setelah membenarkan tali sepatu bootsnya, Yuriel berdiri. Dia menemukan pria yang membelah lautan manusia tadi sudah berada di dalam bar dan pintu bar dipenuhi oleh belasan sampai puluhan wanita yang berdesakan ingin masuk ke dalam atau sekedar melihat yang terpilih.
Yuriel memandang kedua tangannya serta dirinya sendiri dari pantulan kaca bangunan lain. Dia merasa terlalu kurus untuk bedempetan diantar orang-orang yang mengeluh-eluhkan nama Tyler berkali-kali.
Akan tetapi, Yuriel tidak punya pilihan. Ia harus bisa menjadi yang terpilih. Mau tidak mau dirinya berdesakan diantara tumpukan wanita-wanita berbadan bohai sampai nyaris kehabisan nafas. Untunglah ia sedikit lebih tinggi sehingga tidak berakhir mati terpenyet.
"Ah, jangan mendorong!" Protes seorang wanita kala terdesak oleh Yuriel.
"Ck! Dasar menyebalkan!"
"Aw--tanganku sakit! Kau memukul tanganku!"
"Permisi, permisi..." ucapnya pada beberapa wanita sekaligus sembari membuka jalan dengan kedua tangannya itu pun dengan usaha yang sulit sampai-sampai ketika berhasil bebas dari barisan itu seluruh wajahnya bermandikan keringat.
"Hadirin sekalian, Tuanku sudah menjatuhkan pilihan kepada..."
Yuriel tertegun, ia terlambat. Entah berdasarkan apa Tyler menilai, Yuriel tidak paham. Pria itu baru masuk sekitar dua menit yang lalu dan sekarang telah berhasil mendapatkan wanita yang diinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloodline
Fantasy18+ | Yuriel, seorang remaja individualis berakhir tewas di tangan suami baru ibunya. Buku, benda paling favorit dalam hidupnya secara tak terduga justru menjadi perantara yang merenggut nyawanya hari itu. Namun, kehidupan Yuriel belum usai. Ia terb...