"Tatapannya terlalu tajam untuk ukuran seorang gadis. Jangan menatap seperti itulah, kau akan langsung ketahuan." Ucap wanita tersebut menasehati Yuriel begitu ia selesai menyisir rambut Yuriel bahkan memilihkan banyak pakaian bagus dan baru untuk gadis itu bawa.
Pun saat ini Yuriel sudah diberikan gaun baru yang lebih berwarna. Mustard, warna gaun yang Yuriel kenakan dengan corak bunga-bunga kecil berwarna senada. Wanita itu bilang supaya aura Yuriel tidak terlalu kelam bahkan dia juga memberikan Yuriel serangkai mawar merah.
"Sudah selesai. Kau suka?"
Yuriel menatap pantulan wajahnya dicermin yang nampak jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ditatapnya area lengan gaun yang sengaja dipanjangkan untuk menutupi luka di bagian lengan atasnya. Meski tidak dapat mendeskripsikan pujian melalui kata, Yuriel suka penampilan barunya terutama dengan rambut tergerai.
Itu cantik, tapi panas.
"Terimakasih." Ucapnya pada si wanita tua yang masih tersenyum penuh rasa kagum.
Yuriel bangkit dari tempat duduk, berniat membawa tumpukan pakaian itu tetapi wanita tersebut bilang nanti pakaian itu akan diantar ke penginapannya. Yuriel bisa pergi dengan serangkai bunga mawar dan buku yang dibawanya sejak tadi.
Begitu si wanita masuk ke dalam, Yuriel menyambar ikat rambut dan menguncir asal rambut panjangnya lalu berjalan keluar bangunan tersebut.
"Sudah selesai?"
Deg!
Jantung Yuriel nyaris melompat keluar dari mulut. "Bisakah tak usah muncul tiba-tiba?"
Eiran terkekeh. "Kupikir kau mau kabur tadi," ucapnya membela diri seraya mengangkat tangan kanannya hendak menyentuh rambut Yuriel namun ditepis oleh gadis itu.
"Jangan menyentuhku sembarangan!" Tegur Yuriel disertai tatapan tajam mematikan seperti biasa.
"Kau... jangan memandang seperti itu pada Tyler nanti. Kau mengerti maksudku, kan?" Dari jarak dekat Eiran bicara. "Kita akan ke penginapan langsung?"
"Boleh aku berkeliling sebentar?"
"Kutemani." Itu perintah bukan tawaran, Eiran langsung mengambil langkah disamping Yuriel begitu gadis itu berjalan.
Mereka berada di pasar pelabuhan, diantara kerumunan orang-orang. Mulai dari pejalan kaki biasa, pembeli, penjual, pelaut, perampok pun juga ada.
Yuriel meringis saat melihat seorang wanita berteriak histeris karena dompetnya baru saja dicuri oleh seseorang. Sayang sekali orang-orang yang datang mendekati wanita itu hanya sekedar bertanya lalu membubarkan diri, meninggalkannya menangis sendiri di tengah keramaian.
"PENCURIIIII!!!!"
Seruan itu datang bersama seorang pria berpakaian serba hitam dengan ikat kepala yang berlari kencang dan menyenggol lengan Yuriel.
"Akhhh..." Yuriel meringis, merunduk sambil memegangi lengannya karena sial yang pria itu tubruk adalah bagian yang terbuka.
"Kau tidak apa-apa?" Eiran bertanya meski sudah tahu jawabannya tidak, segera ia membawa Yuriel menepi dan duduk di depan salah satu kedai makan.
"Bu, aku minta segelas air." Katanya pada sang wanita pemilik kedai selagi dirinya berjongkok di hadapan Yuriel dan melihat sekelompok orang mengejar-ngejar pencuri tadi.
"Ini dia," wanita itu mengulurkan gelas tinggi berisi air putih yang langsung diambil Eiran dan diberikan lagi ke tangan Yuriel.
"Kau akan kemana?"
Pertanyaan Yuriel tidak dibalas, Eiran hanya menatapnya tiga detik lalu melangkah pergi dengan cepat dan hilang diantara kerumunan orang lalu lalang tanpa mengatakan apa-apa namun Yuriel berinisiatif menunggu sambil meneguk air dalam gelas beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloodline
Fantasi18+ | Yuriel, seorang remaja individualis berakhir tewas di tangan suami baru ibunya. Buku, benda paling favorit dalam hidupnya secara tak terduga justru menjadi perantara yang merenggut nyawanya hari itu. Namun, kehidupan Yuriel belum usai. Ia terb...