‘Pertama-tama izinkan aku memperkenalkan diri. Aku suka berbicara lewat suara hati, bukan suara hati istri. Aku belum menikah, ey! jadi, begini, namaku Yuriel, hanya Yuriel tanpa marga kurasa. Usiaku 19 tahun ketika aku mati dibunuh oleh suami baru ibuku karena tak sengaja melihatnya bercocok tanam dengan ART di rumahku.'
‘Aku suka membacanya buku, sangat suka terutama buku-buku fiksi bergenre romansa fantasi. Di kamarku ada lima rak besar berisi buku-buku jenis itu dari berbagai penulis yang berbeda, aku sudah membaca semuanya selama dua tahun terakhir dan tidak pernah berpikir benda favoritku akan menjadi alat pembunuhanku suatu hari.'
‘Anehnya setelah kematianku dipastikan, aku malah terbangun lagi di tubuh seseorang yang tidak kukenal. Dalam tubuh seorang anak berusia 10 tahun bernama Yuriel. Melihat furnitur kuno di ruanganku saat pertama kali sadar, aku langsung tahu kalau ini tahun yang berbeda dari tahun tempatku berasal.'
‘Sampai saat ini aku bertanya-tanya mengapa aku berakhir dihidupkan kembali di tempat asing yang tidak kuketahui apa ini? Mungkinkah karena Tuhan merasa kasihan dengan akhir hidupku yang tewas di tangan suami baru ibuku? Atau karena kami memiliki nama yang sama?'
‘Dan hari ini kurasa aku tahu jawabannya kenapa. Ya, aku mendapat jawaban dari pertanyaan 'mengapa aku hidup kembali di tubuh dan masa yang berbeda?'
"YURIEL! YURIEL!" panggilan kencang dan kasar itu berasal dari arah dapur, seorang wanita memanggilnya.
"YURIEL! AKU TAHU KAU TIDAK TULI, CEPAT SINI CUCI SEMUA PIRING!"
‘Ya, kami itu pasti karena kami memiliki nasib yang sama-sama miris atau mungkin Yuriel yang ada di tubuh ini dikasihani oleh Tuhan sehingga dia dibebaskan dan digantikan dengan aku? Kalau memang kenyataannya begitu maka... shit!'
"YURIELLLLL!!!" teriakan memanggil dari wanita yang merupakan bibinya itu semakin mengencang, membuat Yuriel bergidik sesaat sebelum bergegas menghampiri dapur.
"Ya, bibi?" sahut Yuriel ketika tiba di sana dan menemukan banyak sekali tumpukan piring dalam tempat cucian bahkan piring-piring yang masih bersih juga ditumpuk di sana. "Bukankah piring itu susah kucuci kemarin?"
"Kau mempertanyakan perintah bibimu yang sudah menanggung hidupmu dari usia 5 tahun!?"
‘Rasa bersalah dan merasa telah membebani, orang cenderung akan menggunakan kalimat yang sama untuk mengintimidasi anak kecil agar merasakan dua perasaan itu padahal orang dewasa yang mengaku merawat sejak kecil adalah orang pertama yang menjadi alasan rusaknya mental seorang anak. Aku membencinya. Aku benci wanita di depanku ini namun terkadang aku merasa kasihan.'
Yuriel mengulas senyum tipis lalu mengambil alih tempat bibinya berdiri dan menggantikan kegiatan mencuci piring yang sebelumnya wanita itu lakukan.
"Baiklah, bibi. Aku akan mencuci semua piring. Bibi ke dalam saja dan beristirahatlah." Yuriel berucap seolah-olah peduli padahal tidak, ia hanya melakukan kamuflase.
‘Ini adalah bagian yang paling membuatku merasa kasihan pada wanita itu. Tunggu, bagian itu akan datang sebentar lagi. Tolong lakukan hitung mundur dari lima. Oke, mulai! lima, empat, tiga, dua, sa--
PRANGGGG!!!
Sebuah benda dibanting kencang hingga bunyi pecahannya terdengar jelas sampai ke dapur. Benda yang di banting itu merupakan vas bunga yang baru di beli tempo hari oleh sang bibi. Yuriel tahu karena dia diajak pergi ke pasar bersama oleh wanita itu. Dan lagi, ini bukan pertama kalinya ada seseorang yang memecahkan vas bunga dalam rumah. Hanya butuh selang waktu dua detik bagi teriakan sang bibi terdengar.
"Akhhhhh! Iya, ampun! Tolong ampuni aku! Jangan pukul hiks... j--jangan pukul!"
Bugh! Bugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloodline
Fantasía18+ | Yuriel, seorang remaja individualis berakhir tewas di tangan suami baru ibunya. Buku, benda paling favorit dalam hidupnya secara tak terduga justru menjadi perantara yang merenggut nyawanya hari itu. Namun, kehidupan Yuriel belum usai. Ia terb...