IV. Promise

5K 718 50
                                        

"Ulurkan tanganmu." Pinta lelaki itu yang sudah lebih dulu mengulurkan tangan kirinya pada Yuriel. "Apa yang kau tunggu? Bukankah kau sudah mengatakan setuju?"

'Apa dia akan menggigitku? Bagaimana aku bisa mempercayainya?'

"Aku tidak akan menggigitmu." Eiran memperjelas. "Letakkan tanganmu disini, kau akan terikat perjanjian sementara sampai kau berhasil mengambilkan sesuatu itu."

"Kalau tak berhasil?" tanya Yuriel cepat tanggap.

Eiran mengangkat bahu acuh tak acuh, tak yakin. Tetapi, satu yang bisa dikatakannya saat ini. "Mungkin kau akan mati."

"Kau mempertaruhkan nyawaku untuk hal sepele?" Yuriel mendesis tajam, tatapan kosong namun penuh amarah. "Berani sekali kau?"

"Hah... menunggu ratusan tahun untuk ini, yang datang malah seorang gadis licik dan mandiri." Komentarnya mencibir Yuriel. "Kau sangat tidak asik, namun apa boleh buat? I need your help."

"Tawaran dibebaskan dari sini rasanya masih sangat kurang karena aku harus mempertaruhkan nyawaku." Ujar Yuriel realistis. "Kalau aku mati konyol setidaknya karena mengejar sesuatu yang berharga."

"Itu berharga, bagiku." Sahut Eiran mencoba mengurai ketegangan dengan mengulas senyum di bibir merahnya.

Meski Eiran vampir, bibirnya tetap merah merona. Hanya saja kulitnya lebih putih dari orang normal pada umumnya. Jika dilihat sekilas dan dari jauh, Eiran seperti kepingan salju. Bola mata hitam pekat miliknya terlihat sangat cantik dan berkilau ketika tersorot cahaya. Ditambah lagi proporsi rahang tegasnya dan senyum manis yang sesekali timbul secara sengaja, kalau gadis selain Yuriel pasti sudah cinta mati sejak awal pertemuan dengan Eiran.

"Apa itu?"

"Ulurkan tanganmu dan buat perjanjian sementara denganku, akan kujelaskan segalanya padamu."

Melihat keseriusan di mata Eiran, nampaknya benar lelaki itu tidak akan menggigitnya secara mendadak. Baiklah, Yuriel memilih percaya dan meletakkannya tangannya diatas telapak tangan Eiran lalu tiba-tiba kuku ibu jari Eiran memanjang dan menusuk pergelangan tangan Yuriel tepat di samping urat nadi.

"KAU GILA!?" pekik Yuriel refleks menarik tangan dan memeganginya sedangkan Eiran mengulas senyum tipis.

"Aku butuh kau untuk mendekati Tyler."

"Who's Tyler?"

"Pemburu vampir dan manusia serigala, dia memiliki gen keduanya. Hasil pernikahan terlarang antara vampir wanita dan pria setengah serigala, jadilah Tyler. Entah apa yang membuatnya membenci dua kaum sekaligus dan memburunya."

Yuriel menyimak, tidak menyela penjelasan Eiran meski ingin bertanya hubungan Tyler dan dirinya itu apa?

"Kau tahu kalau vampir memiliki kekuatan luar biasa, kan?"

Yuriel mengangguk. "Ya, aku tahu. Itu rahasia umum yang sering diceritakan oleh banyak buku."

"Nah, itu dia!" Eiran menunjuk Yuriel tepat di depan dahi. "Sayangnya kekuatanku disegel oleh mendiang kakekku dalam sebuah liontin, sialnya itu dicuri oleh seseorang. Sekitar  lima puluh tahun lalu aku mengetahui kalau ayahnya Tyler membeli liontin itu dari salah satu mantan pelayan kastil ini dan sekarang kalung itu diturunkan ke Tyler. Aku ingin kau mengambilnya."

"Hah?" beo Yuriel.

"Aku ingin kau mengambil liontin itu dari Tyler." Ulang Eiran memperjelas.

"Mengapa harus aku?" Yuriel masih belum mengerti. "Mengapa tidak kau saja?"

Eiran mencoba menjelaskan sambil menatap Yuriel lekat, seluruh harapan hidupnya ia letakkan pada gadis itu. "Tyler mengenalku. Maksudku, dia sebatas tahu mengenai aku dan liontin itu."

The BloodlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang