"Aku minta maaf, Yuriel." Tanpa basa-basi Eiran segera mengatakannya bersamaan dengan kemunculan Cesare dari balik sebuah pintu yang ada di depan mereka, itu toilet.
"Woah--ada apa ini?" Cesare jelas mendengar Eiran meminta maaf, dengan tampang tengil dia bertanya penasaran.
"Kau seorang vampir, kan?" Yuriel melempar pertanyaan sembari mendongak pada Cesare.
"Ya. Kenapa menanyakan sebuah fakta padaku?" balas Cesare mengerutkan dahi, semakin bingung terlebih saat Yuriel menepis tangan Eiran dari pergelangannya.
Lalu meraih tangan Cesare dan meletakkannya menggenggam pergelangan tangannya. "Pegang ini." Katanya, "aku dalam pengaruh sihir, katanya berada di dekat vampir bisa membuat pengaruhnya memudar."
"Itu benar..." kepala Cesare mengangguk-angguk, akan tetapi ekspresi wajahnya berubah menjadi tidak setuju setelah mengatakan itu. "Sayangnya hanya untuk beberapa jenis dari kami, biasanya hanya sanguinarian dan aku bukan."
Yuriel harus menelan pil pahit sebab kelihatannya hanya Eiran yang berjenis seperti itu disini dan tentu saja setelah apa yang pria itu lakukan padanya, Yuriel lebih memilih masuk ke penginapan dan naik ke melalui tangga kayu ke kamarnya yang ada di lantai dua meninggalkan Cesare dengan wajah bingung.
"Apa yang terjadi?" pertanyaan Cesare beralih pada Eiran. "Kalian bertengkar seperti pasangan."
"Berhenti mengucapkan omong kosong." Tegur Eiran menatap tajam.
"Bercanda, lho!"
Pria itu tak menanggapi Cesare dan nampak menghela nafas sembari mengusap tengkuknya yang terasa lebih dingin saat gelisah. "Aku melakukan kesalahan."
"Umh, biar kutebak!" seru Cesare mengangkat satu jarinya ke atas seolah-olah ada bohlam lampu menyala di dekat kepalanya. "Habis menolong orang karena terbayang masa lalu?"
Tidak ada jawaban dari Eiran, tetapi Cesare menyimpulkan kalau itu benar. "Bukankah dari kecil mendiang ibumu sudah mengajari untuk meniru mendiang ayahmu? Kalau terus seperti ini, kau akan mengorbankan orang tak bersalah untuk orang yang sama sekali tidak berguna bagimu."
"Jadi, maksudmu kedua orang tuaku tidak berguna?"
"Mereka mengatakan agar kau lakukan pada orang lain." Cesare merotasikan bola matanya malas. "Lagipula biasanya hanya membantu orang lain setelah dijanjikan sesuatu. Mengapa kali ini kebobolan?"
"Aku tidak sengaja." Aku Eiran, "aku melihat seorang gadis remaja memohon dan menangis lalu dia bilang adiknya yang berumur 8 tahun--"
"Lalu kau menjadikan dirimu sebagai tameng dan nyaris membuat identitas kita semua terbongkar lalu di detik terakhir si Nona mulut pedas membiarkan dirinya menerima semua sihir karena dia tahu kalau kau yang kena... kau kebal?"
"Tidak perlu sedetail itu." Komentar Eiran menyahuti Cesare.
Lelaki berambut merah itu nyengir. "Benar? Serius? Aku hanya menebak. Berarti intuisiku semakin tajam dalam membaca ekspresimu!?" tanyanya beruntun.
Eiran lagi-lagi hanya menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya pada dinding bangunan berbahan kayu di sekitar, Cesare menatap sekilas sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali berjaga di depan kamar Lyra.
"Nik masih mengobati Lyra dan sebaiknya kau minta maaf sana!" Ujarnya seperti mengusir lalu menghilang dibalik pintu masuk penginapan.
"Haruskah?" Eiran menanyai hal tersebut pada dirinya sendiri sambil memijat pelipis kepalanya, merasa sedikit pusing disana.
Sementara itu di kamarnya, Yuriel nampak sengaja memindahkan barang-barang berat ke ruangan lain. Ada dua ruangan di kamar penginapan milikinya, entah satunya untuk siapa. Tetapi, Yuriel bergegas mendorong lemari kecil masuk ke dalam sana lalu mengunci pintunya agar tak ada kemungkinan lemari terbang atau menimpah dirinya saat sedang tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloodline
Fantasy18+ | Yuriel, seorang remaja individualis berakhir tewas di tangan suami baru ibunya. Buku, benda paling favorit dalam hidupnya secara tak terduga justru menjadi perantara yang merenggut nyawanya hari itu. Namun, kehidupan Yuriel belum usai. Ia terb...