II. Meet Him

5.9K 767 78
                                    


Katakanlah semisal kisah cinta Layla dan Theo terjadi di Utara maka Yuriel mengambil jalan yang berlawanan, yakni ke Selatan karena memang setidakmau itu hidupnya terlibat dengan para tokoh terlebih makhluk bertaring penghisap darah manusia.

Makhluk haus romansa, aku lebih sering menyebutnya begitu.'

Sudah hampir semalaman Yuriel berjalan, dia menyusuri jalan dan menemukan padang tandus di malam hari, dan berjalan lagi sampai menemukan keramaian di suatu daerah kecil pada pagi hari. Mungkin lebih tepat disebut pasar sebab ada banyak orang berjualan dimana-mana, nongkrong sambil bermain catur, sekedar mengobrol, dan banyak lagi.

'Terlalu berisik, memuakkan. Aku tak menyukainya.' Komentar Yuriel dalam hati ketika melihat segerombolan bapak-bapak sedang menunggu hasil lotre yang mereka pasang keluar.

"Yasshhh! Aku menang!" pekik seorang lelaki berhasil mengalahkan perhatian Yuriel bersama dengan seorang gadis pengantar minuman yang melewatinya dan tak sengaja menumpahkan salah satu minuman ke pakaiannya.

"Ah, maafkan aku!" secepat itu si gadis menyesal dan menepuk-nepuk pakaian Yuriel yang basah dibagian dada sampai perut depan. "Astaga!" dia bergumam lalu melihat ke sekeliling dan berseru pada seorang laki-laki yang mungkin saudara atau rekan kerjanya.

"Tolong gantikan aku dulu!" ujarnya setengah berteriak lalu tanpa ba-bi-bu dia menarik pergelangan tangan Yuriel dan membawa gadis itu ke dalam salah satu bilik kamar, kamarnya.

"Maafkan aku." Sesalnya. "Aku tidak melihatmu, itu bukan salahmu. Murni salahku."

"Tidak apa-apa." Yuriel menjawab seadanya meski sebagian tubuhnya jadi lengket dan beraroma manis. "Tinggalkan saja."

‘Haruskah aku menyebutnya sebagai kesialan? Aku hanya bawa dua pakaian saja dan sekarang pakaian yang kupakai kotor karena kecerobohan seseorang. Setidaknya aku berharap uang ganti rugi meski tidak kukatakan terus-terang.'

"Sebentar, ya," dia beralih pada semua lemari dan mengeluarkan gaun cantik dari dalamnya.

'Gaun itu mirip gaun bangsawan meski bukan gaun baru.'

"Pakailah ini." Pintanya pada Yuriel sambil mengulurkan gaun yang lebih cocok digunakan untuk pesta dansa dibanding berpergian. "Hanya ini yang kupunya, kalau kau menolak maka aku akan merasa bersalah seumur hidup."

'Itu perasaan tanggung jawab atau apa? Dia aneh, aku tak terlalu menyukainya tapi dia orang yang jujur. Jadi, aku menerimanya.'

"Mau kubantu memakainya?" tawar perempuan itu dan Yuriel menganggukkan kepalanya.

Baiklah, sekarang mari lupakan insiden minuman tumpah ke baju Yuriel. Saat ini gadis itu sudah kembali ke tengah jalan dan menyusuri pasar hingga ke bagian ujung, dimana sudah tidak ada lagi orang yang berjualan tetapi masih ada jalan setapak lurus entah mengarah kemana. Sepertinya akan ada hutan di depan sana.

Yuriel mengeratkan pegangan pada tali tasnya, saat sudah tak ada lagi orang di sekitar dan di depannya hanya ada pohon-pohon pinus di sisi kanan dan kiri. Oh! Ada semak belukar juga bercampur dengan tanaman merambat penuh duri.

'Matahari mulai terbenam, aku harus segera mencari ujung dari hutan ini. Secepatnya, sebelum gelap dan akan sulit untuk melihat nanti.' Ucapnya dalam hati menguatkan tekad untuk berjalan lebih cepat lagi atau bahkan mulai berlari seperti saat ini.

Sayangnya meski sudah sangat cepat, Yuriel tetap harus menghabiskan malam di hutan itu. Sudah satu jam dia berlarian dari sore sampai menjelang malam, tetapi tak kunjung menemukan bagian ujung hutan itu atau bahkan mungkin dia belum berada di tengah. Siapa yang tahu?

The BloodlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang