Di depan cermin Hyunjae menatap tubuhnya sendiri dengan prihatin. Beberapa memar merah tampak dengan apik menghiasi wajah, leher juga lengannya. Dia berdecak kesal dan bingung bagaimana ia menutupi noda memar itu.
Dengan keputusasaannya Hyunjae mengambil jaket berwarna coklat dan satu masker untuk menutupi wajahnya. Setidaknya ia bisa beralasan sedang tidak enak badan pada guru agar ia tidak perlu melepas jaket dan maskernya. Ia segera bergegas berangkat ke sekolah setelah selesai dengan persiapannya.
Sesampainya di depan pintu kelas ia sudah di sambut oleh senyuman hangat Juyeon yang dari tempat duduknya yang selalu tiba lebih dulu. Walau senyumnya tertutup masker tapi sorot matanya pada Juyeon memberitahu kalau Hyunjae juga ikut tersenyum.
“Kamu sedang tidak enak badan?” tanya Juyeon begitu ia menyadari jaket dan masker yang Hyunjae kenakan. Dia belum pernah berpakaian seperti itu sebelumnya.
Hyunjae mengangguk, “Sepertinya iya, aku sedikit tidak enak badan,”
“Apa karena jalan-jalan kemarin? Maaf ya, aku—“
“Ini bukan salah kamu, Juyeon. Tenang saja, ini memang sudah jadwalku sakit hari ini.” Ucapnya di akhiri dengan tawa kecil guna mencairkan suasana. Hyunjae jadi tidak enak karena sudah membuat Juyeon menyalahkan dirinya.
“Syukurlah. Tapi kenapa tidak istirahat saja? Kamu bisa ke UKS dulu,” sarannya.
Hyunjae menggeleng, “Tidak perlu, aku tidak mau ketinggalan pelajaran,”
“Kamu serius?”
“Iya. Aku serius,”
“Yasudah kalau itu maumu, tapi jangan terlalu maksain diri ya. Langsung istirahat kalau udah nggak sanggup. Oke?” ujar Juyeon lalu membelai lembut kepala Hyunjae membuat pemuda manis itu tidak bisa menahan senyumnya di balik masker.
Hyunjae senang akhirnya Juyeon bisa mulai perhatian kepada dirinya, tidak seperti saat pertama bertemu dengan sikap dinginnya yang khas.
Bel pelajaran pertama berbunyi membuat seluruh murid duduk ke kursinya masing-masing dan mempersiapkan buku untuk pelajaran pertama pagi ini.
•••
Di toilet sekolah jam istirahat Hyunjae melepas jaket dan maskernya kembali bercermin melihat tubuhnya sendiri. Ia berdecak kesal karena bekas memar merah itu belum juga memudar. Ia sudah pengap dan kepanasan sepanjang kelas memakai jaket dan masker.
“Apa aku beli bedak atau foundation aja buat nutupin memarnya yah?” monolognya.
Tepat setelah itu pintu toilet terbuka membuat Hyunjae seketika menoleh dan bertatapan dengan Juyeon, orang yang membuka pintu toilet itu. Hyunjae terkesiap mematung kaget saat Juyeon tiba-tiba masuk.
“Apa yang terjadi denganmu, Hyunjae? Kenapa banyak sekali memar merah di tubuhmu?” Juyeon bertanya penuh rasa khawatir. Hyunjae hanya bisa meneguk ludahnya gugup tidak berani menjawab pertanyaan Juyeon juga mengalihkan wajahnya.
Tidak juga menjawab Juyeon seketika memakaikan kembali jaket dan maskernya pada Hyunjae membuat pemuda cantik itu bingung.
“Juyeon?”
“Aku tidak akan memaksamu untuk cerita sekarang. Katakan saja saat kamu ingin dan sudah siap, oke?”
Hyunjae hanya menunduk dan mengangguk pelan, tangannya mengepal erat dipenuhi rasa bimbangnya saat ini. Haruskah ia mengatakannya pada Juyeon atau tidak?
“Juyeon,”
“Hm? Ada apa?”
“Ikut aku, ada yang ingin aku katakan sekarang.” Ujarnya lalu jalan mendahului Juyeon. Mereka pergi menuju ke atap gedung sekolah. Tempat yang memang biasanya sepi agar membuat percakapan mereka jadi lebih privasi.
Juyeon hanya diam menunggu Hyunjae memulai lebih dulu. Hyunjae berbalik lalu melepas kembali jaket dan maskernya.
Matanya saling bertatapan dengan sorot mata teduh milik Juyeon. Hyunjae merasa seperti ada rasa kepedulian yang sangat besar disana untuknya. Tangannya sedikit bergetar ragu untuk mengatakan kebenarannya.
Tanpa sadar setetes air mata mengaliri pipi Hyunjae. Pemuda manis itu sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba ia menitihkan air matanya. Langsung saja Juyeon mendekati Hyunjae menarik tubuh rapuhnya ke dalam dekapan hangatnya dan memeluknya dengan erat.
“Aku akan selalu ada di pihakmu, Hyunjae.” Tuturnya lembut sambil mengelus punggung pemuda cantik itu.
Air matanya mengaliri pipinya makin deras setelah itu dan akhirnya Hyunjae membalas pelukan Juyeon sama eratnya. Hyunjae mengeluarkan semua perasaan kesalnya tadi malam saat ini juga di hadapan Juyeon.
Perasaan marah, kesal, kecewa karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan ayah angkatnya selama ini yang selalu ia tahan.
Setelah lebih tenang Hyunjae mulai memberitahu perihal studinya di Kanada nanti jika ia tidak bisa mendapatkan nilai tertinggi juga perlakuan kasar Ayah angkatnya padanya. Ada sedikit rasa takut dan ragu selama Hyunjae bercerita. Namun Juyeon dengan lembut kembali merangkul Hyunjae seolah ingin menyalurkan energi pada pemuda cantik itu.
“Tenang saja, Hyunjae. Kamu pasti akan bisa melakukannya jika berusaha. Kita sama-sama berusaha untuk bisa masuk ke kampus terbaik di Korea.” Tutur Juyeon meyakinkan Hyunjae.
“Terimakasih, Juyeon.” Perasaannya jadi lebih lega setelah ia menceritakannya pada Juyeon.
•••
“Kau sudah mencari tahu tentang anak yang bersama Hyunjae malam itu?” tanya Ayah Hyunjae pada asistennya.
“Sudah, Tuan.” Asistennya dengan sigap mengeluarkan semua berkas dan foto-foto yang ia dapatkan di atas meja kerja pria itu.
“Anak ini bernama Lee Juyeon, satu sekolah dan teman sekelas Hyunjae. Orang tuanya sudah lama bercerai dan kini ia tinggal sendiri dengan menyewa rumah kecil di daerah pinggiran,”
“Kemana orang tuanya saat ini?”
“Juyeon kini ikut bersama Ibunya yang sedang sakit-sakitan di Desa, bersama kakek neneknya. Adiknya sudah meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan. Ayahnya saat ini juga tinggal sendiri namun keadannya sangat memprihatinkan, dia jadi sangat miskin,”
“Rupanya dia anak orang miskin, tapi kenapa dia bisa bersekolah di sekolahan elit seperti itu?”
“Dia anak yang sangat berprestasi, dia mendapatkan beasiswa penuh atas studinya di SMA itu, dia selalu mendapatkan peringkat pertama dan belum pernah ada yang menggesernya,”
“Baiklah, itu cukup. Kau bisa keluar sekarang,” perintahnya. Asistennya itu segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.
“Rupanya dia saingan Hyunjae juga rupanya. Apakah aku harus menyingkirkannya dari sekolah itu? Aku bisa dengan mudah melakukannya.” Ucapnya sambil memikirkan segala skenario yang ada di kepalanya.
“Lee Juyeon...”
To Be Continued...
– 18.03.2024 –
![](https://img.wattpad.com/cover/328651004-288-k456252.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Querencia | Jujae/Jumil ♡
Fanfic"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru. Lee Juyeon ♡ Lee Hyunjae ♡Jujae...