“Apa maksud anda untuk tidak mengganggu hidup Hyunjae lagi?” Juyeon bertanya dalam kebingungan kala pria tadi mengajaknya bicara.
“Dalam artian secara harfiah. Jangan berteman, jangan dekati, dan jangan hubungi Hyunjae lagi. Dan seluruh biaya operasi dan perawatan ibumu juga biaya sekolahmu akan kami tanggung.”
Juyeon masih terpaku, matanya memandang kekosongan di depannya sambil mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan oleh pria asing itu. Mungkinkah ucapan itu bisa dipercaya? Siapa sebenarnya pria itu, dan mengapa tiba-tiba muncul di hadapannya seperti sosok penyelamat di tengah kegelapan? Apakah dia hanya akan datang sebentar dan menghilang begitu saja dari kehidupan Hyunjae, seperti mimpi yang singkat?
Tapi di balik kebingungannya, Juyeon merasa terpanggil oleh satu hal yang lebih besar: keselamatan Ibunya. Meskipun kebenaran tentang pria itu masih samar, keputusannya untuk bertindak didorong oleh cinta dan tanggung jawabnya terhadap Ibunya.
Dalam keheningan yang menyelimuti pikirannya, Juyeon merenung, mencari keberanian untuk menghadapi keputusan yang akan memengaruhi jalan hidupnya dan Ibunya.
“Bagaimana caranya? Aku masih satu sekolahan bahkan satu kelas dengan Hyunjae. Ujian untuk masuk universitas bahkan sudah dekat,” Juyeon bertanya untuk mengetahui lebih jelas.
“Kami akan memindahkanmu ke sekolah yang jauh dari sekolahmu saat ini. Tenang saja, kami akan memindahkanmu ke SMA Bongsan. Dengan nilaimu saat ini kamu akan mudah untuk masuk kesana.”
SMA Bongsan? Lokasinya cukup jauh dari tempat tinggalnya yang sekarang. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa SMA Bongsan merupakan salah satu institusi pendidikan bergengsi di Korea. Masuk ke SMA tersebut akan membuka peluang lebih besar untuk mendapatkan beasiswa universitas, mengingat reputasi sekolah tersebut yang sangat baik di mata penerima beasiswa.
Meskipun jaraknya cukup jauh dan akan memerlukan penyesuaian besar dalam kehidupannya, Juyeon mulai melihat nilai lebih di balik kesulitan yang mungkin akan dihadapinya. Mimpi untuk meraih pendidikan yang berkualitas dan memperbaiki kondisi hidupnya serta Ibunya memberinya kekuatan untuk menaklukkan rintangan yang akan dia hadapi.
“Kami juga akan menyediakan tempat tinggalmu selama kamu bersekolah disana,”
“Tapi kenapa aku harus menjauh dari Hyunjae untuk bisa menerima itu semua?”
“Ini perintah dari Tuan Direktur, Ayah Hyunjae.”
Di tengah momentum kebersamaan antara Juyeon dan Hyunjae, muncul kehadiran seseorang yang mengusahakan pemisahan di antara mereka. Pertanyaan yang mengemuka adalah mengapa kehadiran orang tersebut menjadi pemicu pemisahan yang tak terduga di antara keduanya? Apakah kedatangannya menciptakan ketidakharmonisan dalam kehidupan Hyunjae, memicu perubahan yang tidak diinginkan dalam dinamika hubungan mereka yang sedang berkembang?
Juyeon merenung dalam diam, menyadari motif yang mungkin tersembunyi di balik tawaran tersebut. Orang itu mungkin saja menjadi perwakilan dari ayah Hyunjae, berusaha memanfaatkan situasi sulitnya Juyeon sebagai jalan untuk menawarkan sebuah kesempatan namun dengan imbalan yang tidak terduga: menjauh dari Hyunjae. Tapi apakah Juyeon harus rela menerima kondisi semacam ini?
Di saat-saat genting ini, Juyeon sudah hampir mencapai titik terendahnya. Ia merasa hampir menyerah pada semua yang terjadi. Mungkin, inilah satu-satunya jalan yang bisa membantunya bangkit dari kehancuran ini. Tapi, apakah harga yang harus dibayar untuk kembali bangkit dari puing-puing kehancurannya adalah merelakan hubungannya dengan Hyunjae?
Juyeon mengangguk penuh keyakinan bertanda ia akan menyepakati hal itu, “Aku bersedia.”
•••
![](https://img.wattpad.com/cover/328651004-288-k456252.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Querencia | Jujae/Jumil ♡
Fanfic"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru. Lee Juyeon ♡ Lee Hyunjae ♡Jujae...