"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru.
Lee Juyeon ♡ Lee Hyunjae
♡Jujae...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hyunjae baru saja meminjam beberapa buku dari perpustakaan sekolahnya. Bukan untuk mengerjakan tugas, hanya sebuah buku random tentang bagaimana cara menjalani kehidupan yang baik yang ia temukan saat sedang beristirahat di ruangan yang sejuk itu. Hyunjae pergi dari perpustakaan sambil menenteng buku yang ia pinjam tadi.
Mata cantiknya menangkap sosok punggung yang ia kenali sedang membawa banyak barang yang
sepertinya itu suruhan dari seorang guru untuk membantu membawakannya. Hyunjae tersenyum simpul lalu beranjak mendekati sosok itu berusaha membantunya.
"Juyeon, sini biar aku bantu" ujar Hyunjae lalu ia langsung mengambil beberapa barang yang menumpuk itu tanpa persetujuan Juyeon. Juyeon hanya menghela napas setelah menatap Hyunjae lalu kembali melangkahkan kakinya menuju tempat tujuan.
"Ini mau dibawa kemana?" tanya Hyunjae penasaran.
"Ikut saja" jawabnya datar.
Hyunjae menyadari kalau barang-barang itu bukan barang baru dan sepertinya barang yang sudah tidak akan digunakan lagi. Mungkin barang-barang ini akan dibawa ke gudang mengingat langkah Juyeon
membawanya ke lantai dasar di luar gedung sekolah.
Dan benar seperti dugannya tadi. Juyeon membawa barang-barang ini ke gudang. Hyunjae mengikuti
Juyeon ke sudut ruangan lalu meletakkan barang tadi ke lantai. Hyunjae bernapas lega setelah
meletakkan barang itu, sedikit berat. Hyunjae jadi berpikir bagaimana Juyeon tadi bisa dengan mudah membawa barang itu? Dia sangat kuat.
Juyeon menepuk tangannya lalu hendak berjalan keluar begitu saja meninggalkan Hyunjae tanpa
mengucapkan apapun.
"Yak! Bukankah menurutmu ini sudah terlalu kejam?" seru Hyunjae kesal. Bagaimana bisa dia tidak
mengucapkan terimakasih?
Juyeon berhenti melangkah lalu berbalik. Hyunjae berjalan mendekat pada Juyeon sambil tersenyum sinis.
"Kau bahkan tidak mengucapkan terimakasih setelah aku membantumu membawa barang-barang itu"
"Aku tidak memintamu menolongku, jadi mengapa aku harus berterimakasih padamu?" jawabnya datar.
Hyunjae tertohok, mulutnya mengadah tidak percaya dengan apa yang Juyeon ucapkan tadi. Benar-benar menguras emosi. Baru pertama kali Hyunjae menemukan orang seperti Juyeon.
"Aku mendekatimu karena niatku baik ingin menjadi temanmu dan ingin lebih dekat denganmu.
Bukankah kau seharusnya memberi respon yang baik juga?"
Juyeon memiringkan kepalanya lalu satu sisi bibirnya terangkat, ia tersenyum walau tipis. Jujurly,
sebenarnya Hyunjae sedikit takut menghadapi situasi ini. Hyunjae tidak tahu makna senyumannya tadi dan apa yang akan Juyeon lakukan padanya setelah ini. Dia sangat sulit ditebak.
"Kau berusaha mendekatiku dan ingin berteman denganku dengan alasanmu ingin terlihat peduli
sebagai teman sekelas tapi aku membuatmu kesal" ujar Juyeon.
"Apa?"
"Tidak usah khawatir. Berteman dengan orang sepertiku tidak akan ada gunanya untuk hidupmu. Lebih baik kau cari teman kencan yang bisa kau perhatikan daripada harus memperhatikan aku" paparnya.
"Lihat saja. Kau pasti akan lengah dan merasa nyaman berada di dekatku, aku pandai melakukan hal itu" tuturnya sambil tersenyum bangga.
"Aku tidak akan menantikan hal itu" ucapnya lalu dengan perlahan ia mendekat pada Hyunjae. Hyunjae
otomatis ikut melangkahkan kakinya ke belakang menjauh dari Juyeon, ia tidak tahu apa yang akan pria itu lakukan.
Hingga tanpa sadar Juyeon sudah memojokkan tubuh Hyunjae ke tembok di belakangnya, mengunci
pergerkannya dengan kedua lengannya, Hyunjae tanpa sadar menjatuhkan buku yang ia bawa. Wajah mereka saling berhadapan tepat sangat dekat karena jarak tinggi mereka yang tidak terlalu jauh.
Hyunjae meneguk air ludahnya gugup. Ia berusaha tenang tapi bagaimapun ia sangat gugup dan
ketakutan untuk saat ini. Mata Juyeon menatap tajam sangat dalam sampai ia bisa merasakan
hembusan napas hangat dari sosok di depannya itu.
Kepala Juyeon bergerak ke samping telinga Hyunjae. Tubuhnya tiba-tiba bergetar merasakan napas Juyeon menerpa daun telinganya.
"Kita sudah pernah sedekat ini" bisik Juyeon lalu ia kembali menjauh memberi jarak di antara mereka.
Hyunjae bernapas sedikit terengah karena rasa gugupnya tadi.
"A-apa maksudmu?" bingung Hyunjae.
"Kau bilang ingin dekat denganku? Kita sudah melakukannya, jarak kita sudah sangat dekat tadi" ujar
Juyeon tersenyum lalu pergi meninggalkan Hyunjae begitu saja masih menetralisir rasa gugupnya.
"Di-dia gila!"
"Kenapa dadaku berdebar seperti ini?"
***
"Kau habis darimana? Kenapa wajahmu sangat merah seperti itu?" tanya Younghoon saat Hyunjae
kembali dengan wajah merah padam itu, "Kau demam?"
"Eoh? Ti-tidak. Aku habis dari perputaskaan meminjam buku ini" jelasnya lalu menyerahkan buku yang ia pinjam tadi. Younghoon hanya menggangguk setelah melihat buku yang Hyunjae pinjam tadi.
"Tumben sekali kau membaca buku seperti ini, bukankah hidupmu sudah sangat baik sekarang?" heran Younghoon.
"Tentu. Hidupku sudah sangat baik, dan akan lebih baik jika aku bisa menaklukkannya" ucapnya lalu
melirik pada Juyeon sekilas dan menyeringai.
Younghoon yang menyadari lirikan Hyunjae pada Juyeon dan ucapannya itu mendelik tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan itu.
"Yak! Kau mau memacarinya?"
"MWO?! Apa maksudmu?" pekik Hyunjae tidak terima.
"Kau bilang mau menaklukkannya? Menaklukkan hatinya?" goda Younghoon.
Hyunjae berdecak lalu memukul bahu sahabatnya itu kesal, "Sudah bilang aku hanya ingin berteman
dengannya. Sikapnya yang dingin seperti itu membuatku lebih ingin meluluhkannya, aku akan jadi orang pertama di sekolah ini" ujarnya bangga lalu tersenyum miring.
"Ya ya terserah kau saja. Aku yakin dalam satu bulan kau pasti akan menyerah"
"Tidak akan. Mau sampai lulus pun dari SMA ini selama aku masih bertemu dengannya aku akan tetap berusaha mendekatinya"