Berdua denganmu

2.5K 65 3
                                    

Arya mellirik Jenni yang memutus percakapan dengan raut kesal. Pria itu memerhatikan wajah Jenni yang selalu cantik dan enak dipandang. Pantas saja putranya menyukai Jenni, karena peremuan disampingnya tidak bisa dihiraukan begitu saja. Sayang sekali mengacuhkan wajh perempuan secantik Jenni. Buktinya, Arya sudah jatuh cinta padanya. Entah sejak kapan, tapi sehari saja tidak melihat wajah Jenni, Arya kangen sekali.

"Kenapa? Kamu nggak suka menemani saya luar kota? tapi ini adalah salah satu tugas sekretaris, lho," ujar Arya saat Jenni sudah berada di sisinya setelah perempuan itu meminta ijin menjauh untuk menjawab panggilan.

"Saya tahu, Pak."

"Lalu, kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" 

Arya memang sangat senang karena pada akhirnya ia bisa pergi dengan Jenni, tapi tidak dengan wajah itu. Arya senang dengan wajah ceria, julid dan sok tahu Jenni. Itu terlihat menggemaskan. Memilih memebrikan Jenni sedikit waktu untuk mengurai emosinya, Arya mendahului Jenni untuk berjalan memasuki pesawat. 

Di pesawat, Jenni dan Arya duduk bersisian. "Kamu keberatan dengan kelas bisnis?"

"Padahal bapak punya jet pribadi." Jenni melirik Arya yang kini tertawa kecil. Arya paham Jenni tahu hal itu pasti dari Adit, tapi Arya malas menanyakan hal itu. Ia lebih suka membahas dirinya dan Jenni saja.

"Kamu nggak nolak pesawat ini dan juga tidak minta naik jet pribadi," ujar Arya enteng. Sebenarnya kemarin ia mau menawarkan hal ini, tapi Arya ingin tahu reaksi Jenni saat naik pesawat biasa. Nyatanya perempuan itu biasa saja. Tidak merengek seperti wanita lain yang minta ganti. "Kamu kenapa kesal?" Arya masih ingat dengan pertanyaannya.

"Apa saya boleh tidur?"

"Kamu mengantuk?" Jenni menggguk sebagai jawaban. "Tidurlah."

Jenni segera meletakkan kepalanya di bahu Arya tanpa permisi. Perempuan itu memejamkan mata dengan cepat, terlihat sangat lelah. Tanpa protes Arya dengan senang hati membiarkannya. Memandangi wajah cantik Jenni yang sempurna baginya. Kulit putih, hidung mancung, bulu mata yang lentik, mata yang indah dan bibir yang manis. Pandangan Arya turun ke leher jenjang Jenni berpikiran untuk memeri tanda disana suatu saat nanti. Turun lagi ke dada. Arya masih ingat dengan bentuknya. Begitu indah, kenyal, padat dan besar. Sial!! Hanya dengan melihat tubuh Jenni ia merasa sesak.

Arya mengalihkan pandangannya. Ia tak mau lagi melihat Jenni karena itu sangat membahayakan dirinya. Tidak mungkin juga ia meminta Jenni tanggung jawab sementara itu kesalahannya sendiri karena sibuk mengamati wajah cantik dan tubuh seksinya.  Maka dari itu Arya memilih melepas jasnya dan meletakkan di tubuh Jenni.

Jenni menggeliat, perlahan membuka mata. Merasa aneh dengan jas yang tiba-tiba berada di tubuhnya. "Kenapa jas Bapak ada di saya?"

"Tadi saya lihat kamu menggigil, makanya saya lepas buat selimutin kamu," kilah Arya.

"Makasih, Pak," balas Jenni yang kebingungan karena dia tidak merasa kedinginan sama sekali. Memperhatikan bajunya, Jenni menaikkan crop top yang dipakainya. 

"Besok-besok jangan pakai baju yang seperti itu lagi," tegur Arya tanpa menatap Jenni.

"Kenapa, Pak?" Jenni menatap Arya dari samping dengan raut wajah yang kebingungan. Bahkan Jenni harus menunggu beberapa detik tapi tak kunjung mendapat jawaban dari bosnya itu. "Pak??" ulang Jenni.

"Karena--" 

Terima kasih untuk suara pramugari yang menyelamatkan Arya. Karena pemberitahuan darinya, Arya tidak perlu menjawab pertanyaan Jenni yanng sulit dijawab.

"Eh, sudah sampai. Perasaan tidur sebentar," gumam Jenni.

"Sebentar tapi tidak tahu waktu."

Jenni meringis mendengar penuturan bosnya. Kemarin malam ia mendengarkan ceramah Luna sampai larut padahal ia harus berangkat pagi buta karena jadwal pesawatnya. Alhasil Jenni sangat mengantuk. Bahkan tadi pagi Luna masih memebrinya ceramah, untuk menjaga dirinya dan mengingatkan akan misi Jenni. 

"Masa bodoh sama misi. Kapan lagi bisa berduaan dengan bos duda yang gantenngnya kayak Dongho," gumam Jenni dengan senyum tipisnya.

Perjalanan menuju hotel diisi dengan Jenni yang membacakan agenda Arya selama berada diluar kota. Apa saja yang akan dibahas an juga beberapa hal penting lainnya. "Kamu istirahat dulu. Masih ada dua jam untuk itu."

Jenni pikir ia akan satu kamar dengan bosnya seperti novel yang ia baca atau drama yang ia tonton. Nyatanya tidak. Bosnya itu memesan dua kamar alias tidur sendiri-sendiri. Padahal Jenni kemarin membayangkan sebelum dan bangun tidur sambil menatap wajah tampan bosnya itu. Kemarin juga kalau tidak salah dengar ia menawari Jenni untuk menjadi pendamping hidup, kenapa sekarang malah beda kamar?

Arya tersenyum kecil melihat Jenni yang mengentakkan kakinya. Ia tahu bahwa Jenni sedang kesal, tapi ini semua juga demi kebaikannya. Arya tidak mau kelepasan karena terus diperlihatkan tubuh seksi itu di dalam ruangan yang sempit dan hanya berdua. 

Selama ini Arya bisa menahan diri dari godaan wanita diluar sana yang menginnginkan tubuh dan uangnya. Namun pengecualian untuk Jenni. Perempuan itu berkelas, elegan, anggun, cantik, menarik, cerdas dan ... seksi.

"Kenapa?" tanya Arya di dalam lift yang menuju kamar keduanya. Jenni tidak menjawab, karena mana mungkin ia jujur bahwa membayangkan bisa satu kamar dengan bosnya. "Saya pikir kamu pasti berani tidur sendiri."

"Saya yang tidak yakin bapak bisa tidur sendiri. Saya akan mengunci kamar saya dan jangan harap saya akan membukakan pintu untuk bapak. Ingat itu!!" 

Jenni menutup pintu kamarnya dengan keras membuat Arya tertawa kecil. Jenni selalu lucu dan menggemaskan baginya. Seperti kucing kecil yang garang tetapi akan lulh jika dielus. 

Arya memasuki kamarnya dan membuka baju untuk mandi setelahnya berjalan ke sudut kamar dan membuka pintu penghbung dengan perlahan. Tersenyum dalam hati meliht baju Jenni yang berantakan di atas kasur. Melirik penutup payudara yang besar, Arya kembali mengingat ukurannya yang membuatnya kembali sesak.

Arya lantas duduk di sofa sambil memeriksa beberapa email dan pesan yang masuk. Meski itu pekerjaan Jenni, tidak ada salahnya ia memeriksa sendiri. Pintu kamar mandi yang terbuka. Mengalihkan pandangan Arya yang awalnya fokus pada tablet jadi beralih pada Jenni yang asyik bernyanyi kecil sambil menusap rambutnya. 

Jenni masih belum menyadari keberaan Arya membuat keberuntungan berpihak padanya. Terbukti perempuan itu asyik menatap kaca sambil mengusak rambutnya. Meletakkan tablet yang dipegangnya, Arya berjalan mendekati Jenni. Melingkarkan tangannya di pinggang kecil itu dan meletakkan dagu di bahu telanjangnya.

"Bagaimana, apa kamu suka kamarnya?" bisik Arya tepat di telinga kanan Jenni. Mengunci tatapan Jenni supaya fokus padanya. 

Lewat kaca Jenni dan  Arya saling menatap. Saling merasakan detak jantung yang dipompa dengan sangat cepat dan kuat. Lewat kaca keduanya menyalurkan rasa cinta yang hanya dipahami dan dirasakn oelh mereka. Lewat kaca siang itu akan menjadi lebih hangat meski di ruangan yang dingin.

"Saya tidak akan bertanya bagaimana bapak masuk, tapi saya akan bertanya untuk apa bapak di sini?"

"Apalagi kalau bukan mengambil jatah sarapan yang tadi pagi belum saya dapatkan karena kamu yang sedang kesal."

Tanpa banyak kata, Arya meraup bibir Jenni dengan sangat rakus dan tidak sabar. Seperti orang kelaparan dan kehausan  di tengah gurun. Jenni kehabisan napas, menepuk dada Arya dengan keras.

"Bukankah kita punya tiga hari? kenapa terburu-buru?"



































Semoga kalian masih ingat cerita ini. Kalau lupa silahkan baca dari awal mumpung gratis alias tidak bayar. 

Oke, aku mau istirahat karena sudah up dua bab hari ini. Selamat membaca dan senyam senyum sendiri 

Merenggut Cinta Calon MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang