LUCANE

378 13 0
                                    

Follow akun sebelum membaca.

Vote dan komen buat tinggalkan jejak di chapter ini.

Selamat membaca.

05

Langkah kaki terdengar dari arah tangga megah di lantai bawah. Louisa dengan seragam D'Vulcan berjalan menuruni setiap anak tangga menuju meja makan besar yang berada di tengah.

Di sana sudah terdapat seorang pria paruh baya yang tengah duduk di kursi dengan iPad di tangannya.

“Morning.”

Morning, Queen. Kamu sudah siap?”

Louisa mengangguk, menghampiri Albert – kakeknya dari sang Papa, Zidane. Lalu melirik wanita paruh baya yang baru datang membawa makanan di bantu oleh beberapa maid.

“Tidur mu nyenyak, Sweety?” Eliza terseyum manis menatap cucunya.

Louisa hanya mengangguk kecil lalu duduk di samping kanan Albert dan berhadapan langsung dengan Eliza.

Albert menurunkan iPad miliknya lalu memberikannya kepada salah satu penjaga di sana. Pria itu menatap cucunya dengan senyum manis.

Di meja yang cukup untuk 12 orang dan hanya terisi oleh tiga orang.

“Bagaimana sekolahmu?”

I like. Mungkin?” ucapnya tidak yakin.

Albert melirik Eliza sejenak lalu kembali menatap cucunya. “Bagus. Nanti malam, Dami meminta kamu hadir di acaranya.”

Louisa mengangguk singkat. “Titip salam, aku akan sedikit datang terlambat.”

“Kemana?”

“Ada pelatihan khusus memanah. Om Seno sudah atur jadwalnya.”

Albert menaikkan alisnya sebelah. “Grandpa bisa memintanya untuk membatalkan.” ucapnya menyarankan.

Namun Louisa menggeleng menolak. Pelatihan itu, adalah pelatihan yang ia tunggu-tunggu bahkan sebelum dirinya kembali ke negara ini. Dan Seno sudah mengatur jadwalnya bahkan dari sebelum dirinya kembali.

“Aku tidak bisa melewatkannya.” tolaknya. “Tidak akan lama, walaupun aku tidak datang. Aku akan datang kembali besoknya menemuinya.” ucap Louisa dengan santai.

Namun berbeda dengan Albert yang menganggap itu serius. “Tidak. Kamu harus datang. Jangan mengecewakan Damian, Louisa.” tegasnya.

Eliza menatap suaminya itu dari samping, menggenggam tangannya agar tidak berbicara lebih dengan masalah saat ini. Bisa terlihat pula, raut wajah Louisa tiba-tiba berubah.

“Makanlah, jangan hiraukan ucapan Albert. Grandma percaya padamu.” Eliza menyanggah.

Wanita itu meminta Louisa untuk sarapan tanpa membalas ucapan Albert lagi. Dan pria itu ikut terdiam melihat keterdiaman Louisa setelahnya.

Berdehem kecil lalu mengangguk. “Makanlah!” serunya.

Louisa memakan sarapannya dengan tenang. Hanya ada suara dentingan sendok membuat Eliza mendongak menatap Louisa begitupun Albert yang biasanya tidak berhenti berbicara.

LUCANE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang