PROLOG

1.1K 32 0
                                    

Warning!

Apapun yang kalian temukan di sini, sebagai awalan aku beri tahu bahwa Cerita Lucane adalah cerita asli yang aku tulis bukan menjiplak atau apapun itu.

Hargai tanpa menginjak, jika ada kesalahan kata atau kalimat kalian bisa beritahu, jika ada ketidaknyamanan atas ucapan atau kata-kata, aku rasa itu tidak bisa di ubah.

Follow dan tinggalkan jejak jika kalian menyukai ceritanya tapi jika tidak silahkan pergi tanpa memberi kesan buruk.

Terimakasih.

Alunan musik klasik terdengar memenuhi ruangan luas di lantai paling atas gedung hotel ternama. D'Vulcan Hotel, atau mereka lebih sering mengenalnya sebagai salah satu hotel ternama milik keluarga besar D'Vulcan.

Hidangan makanan dan minumannya pun tertata rapi di berbagai meja yang tersedia, menyisakan lantai dansa si bagian tengah yang kini si kelilingi oleh para pengusaha besar yang hadir.

Seorang pria paruh baya berjalan memasuki podium dengan setelan jas nya tersenyum lebar menatap tamu yang tengah hadir.

"Senang, melihat rekan-rekan sekalian yang menyempatkan hadir di acara ulang tahun D'Vulcan Hotel." suaranya terdengar menggantikan alunan musik klasik yang mulai berhenti.

"Selamat menikmati acaranya, dengan tenang."

Tepuk tangan riuh mulai terdengar dari segala penjuru. Pria dengan kekuasaan besar itu tersenyum kecil dan berjalan turun dari podium menghampiri salah satu meja koleganya yang berada di bagian samping.

"How your day?" pria dengan jas navy berdiri dari duduknya menghampiri kerabatnya lalu berjabat tangan.

"I'm good, thank you."

Keduanya tersenyum lalu tertawa kecil mengundang perhatian dari dua keluarga yang berada di meja saat itu.

"Zidan?" panggilnya menatap pria tampan yang berada di belakang kerabatnya.

"Senang bertemu kembali, paman." sapa-nya di balas anggukan kecil oleh Damian.

Pria paruh baya itu membalikkan tubuhnya dan langsung mendapati anak sulungnya yang baru saja datang bersama keluarganya.

"Maaf aku telat, Pa," ucap Suho pelan lalu beralih menatap Zidan dan berjabat tangan.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik," balas Zidan dengan senyum hangat.

"Kapan pulang?" tanyanya basa basi.

"Satu Minggu lalu," ucapnya di balas anggukan kecil.

Zidan menatap istrinya yang kini tengah berbincang dengan sahabat lamanya, Clarets - istri Suho. Mereka menjalin hubungan teman hampir tiga puluh tahun lamanya.

Lalu pandangannya jatuh pada seseorang yang terdiam di belakang Suho yang tengah berbincang dengan Damian. Senyumnya terukir lebar.

"Lucane?" panggilnya pelan mengalihkan pandangan pria muda dengan jas hitam yang membalut tubuhnya menatapnya dan tersenyum tipis.

"Apa kabar?" sapa-nya membuat lelaki dengan nama Lucane itu menaikkan alisnya menatap Suho yang mengisyaratkan dirinya agar menjawab.

Lucane mengangguk kecil menerima jabatan tangan pria di depannya yang merupakan teman ayahnya.

"Baik."

Zidan tersenyum lalu mengangguk. "Anak mu persis sepertimu, Suho."

Suho tertawa kecil menanggapinya. "Dimana putrimu?"

Lucane menaikkan alisnya sebelah saat semua mata kini tertuju padanya. Lelaki itu menarik minuman yang berada di atas meja dan meneguknya tanpa memperdulikan tatapan para orang dewasa di sekitarnya.

Suara langkah ketukan sepatu hak tinggi terdengar samar dari pintu masuk. Banyak dari antaranya mulai berjalan ke samping dengan memberikan jalan untuk seseorang yang baru saja menginjakkan kakinya di ruangan Ballroom D'Vulcan Hotel.

Zidan membalikkan tubuhnya lalu tersenyum kecil selagi merengkuh tubuh istrinya. "Dia di sana."

Langkah kaki itu terhenti tepat di depan meja keluarga D'Vulcan. Seseorang dengan dress hitam tipis dengan tali di bagian pundaknya dan blazer hitam polos tersampir di pundaknya dengan rambut gelombang silver nya tergulung menjadi sebuah sanggul yang indah menambah kesan elegan yang terpancar.

Tubuh itu sedikit menunduk memberi sapaan kecil dengan seulas senyum tipis yang langsung menarik perhatian dari berbagai tempat.

"Maaf, terlambat." ucapnya. "Selamat ulang tahun untuk D'Vulcan Hotel, kakek." ucapnya menatap Damian yang tengah berdiri dengan Albert - kakeknya lalu bergerak maju memeluk tubuh Damian.

Damian tertawa kecil. "Terima kasih, Queen." balasnya hangat.

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, bagaimana dengan kakek?"

Damian tersenyum. "Aku selalu baik."

Gadis itu tersenyum kecil menatap Suho dan Clarets yang berada di belakang tubuh Damian, menunduk sedikit memberi salam di balas anggukan keduanya.

"Terimakasih menyempatkan waktu untuk datang, Lou." ucapnya.

Gadis itu hanya tersenyum lalu mengangguk membuat Albert menatap cucunya dan tersenyum melihat kedekatannya dengan Damian.

"Sekolahmu, bagaimana?"

"Aku menyukainya."

Damian mengangguk puas. Pria itu menatap Albert yang tersenyum juga. "Dia cantik." pujinya membuat Albert tertawa.

Damian melirik Suho juga Clarets yang berdiri di belakangnya. "Bukankah Louisa terlalu sayang untuk aku lewatkan menjadi cucu menantu?" tanyanya mengundang tawa dari satu meja itu.

Louisa Billard, seseorang yang baru saja datang langsung berhasil menarik perhatian dari semua tamu yang berada di sana. Terutama, Lucane.

Gadis itu tersenyum tipis membalas guyonan Damian yang tidak sepenuhnya bercanda. Lalu, pandangannya jatuh pada seseorang yang tengah berdiri tidak jauh di depannya menatapnya dengan tatapan tajam. Louisa kembali menatap Damian lalu tersenyum.

"Bisakah, kakek?" balas Louisa dengan nada serius.

Damian melirik Suho yang berada di belakangnya. Lalu, Suho ikut menoleh ke samping menatap Zidan dan tersenyum lalu berbalik menatap anak bungsu nya yang terdiam dengan tatapan datarnya. "Bagaimana Lucane?"

Louisa kembali menatap Lucane yang menatapnya tajam. Lengan lelaki itu memegang gelas tinggi di tangannya dengan kuat bahkan terdengar sedikit suara retakan.

Thanks for reading.

Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap paragraf nya.

Next chapter aku up lusa.

LUCANE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang