Call me La
Follow akun Ig dan tiktok ku untuk pemberitahuan lanjutan.
Username ada di profil!!
Jangan lupa tinggalkan jejak, dan baca ceritaku yang lainnya.
Selamat membaca.
12
∞
“Justin!”
Aurora melambaikan tangannya dengan tawa mengudara saat mendapati kehadiran sosok yang ia cari sejak tadi. Tidak hanya ada Justin, namun ada Sabiru dan Atlantis juga.
“Eh Ara, cari Justin nih?” sapa Sabiru basa-basi. “Tumbenan gak cari Lucane.” lanjutnya keheranan.
Jarang-jarang seorang Aurora mencari keberadaan Justin yang bahkan jarang berinteraksi. Terlebih lagi, Aurora hanya selalu mempedulikan jika itu adalah Lucane.
Justin hendak beranjak dari duduknya, namun sesuatu yang Aurora perlihatkan menghentikan niatnya untuk pergi dari sana.
“Aku udah bawa sate kadal kesukaan kamu!” serunya dengan mata binar.
Sabiru membekap mulutnya tidak percaya melihat satu kotak bekal yang di isi oleh tusukan daging yang Aurora kata itu adalah daging kadal. Yang benar saja!
“S-sate apa, Ra?” tanya Atlantis hati-hati.
Takutnya, kupingnya baru saja kemasukan air hingga tidak dapat mendengar dengan jelas ucapan Aurora barusan.
“Sate kadal, Atla. Sa-te Ka-dal!” ucapnya mengeja dengan menatap Atlantis serius.
Gadis itu mengibaskan rambutnya lalu meletakkan kotak makan itu di atas meja dan membukanya, memperlihatkan sekitar tujuh tusukan daging yang sudah di bumbui.
“Seriusan Ra, sate kadal?” tanya Atlantis tidak percaya.
Sabiru menggelengkan kepalanya tidak percaya. “Iuhhh, niat banget anjir.” ucapnya tak habis pikir.
“Harusnya waktu itu lo bilang si Justin demennya sama sate emas. Ya, kali aja kita dapet bagian,” bisik Atlantis membuat Sabiru berpikir.
Lelaki itu mengangguk mengiyakan. “Tapi untung gak gue bilang sate ular, gak manusiawi banget, bisa-bisa nih cewek beneran bawa juga.”
“Lo pikir kadal manusiawi?”
Sabiru berdecak malas. “Yang penting kadal bisa di makan. Keluarga si Aurora juga gak bakal sembarang masaknya, anjir.” dengus-nya.
Atlantis memutar bola matanya malas, meneliti berbagai tusukan daging kadal yang Aurora bawa dengan seksama. “Ini masaknya bener kan, Ra?” tanyanya hati-hati. “Gak bikin timbul penyakit gitu?”
Aurora berpikir sejenak lalu menggeleng ragu. “Aku gak tau, tapi kata bi Ijah, karena ini buat manusia di masaknya juga hati-hati kok.” ucapnya yakin.
“Aku minta sama Papi kadal nya yang mahal. Papi bawa dari Singapure, katanya oleh-oleh buat aku karena minta kadal terus dari kemarin.” ucapnya. “Terus aku minta Bi Ijah buat di bikin sate, Mami aku marah-marah karena katanya ini mau aku makan. Padahal aku bikinnya buat Justin,” lanjutnya sedikit memelan.
Aurora memberikan satu tusukan sate ke hadapan Justin. “Sekarang, aku di kasih restu kan buat deketin Lucane?” tanyanya berharap.
Atlantis dan Sabiru terperangah. Kata-kata mereka waktu itu di anggap serius oleh Aurora. Bahkan dengan membawa bukti nyata, gadis itu kini benar-benar membawa sate kadal yang bahkan Sabiru ucapkan dengan gamblang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANE
Ficção AdolescenteLucane D'Vulcan, salah satu cucu dari pengusaha dengan nama besar Damian D'Vulcan sangatlah di junjung tinggi oleh orang lain. Bahkan, siapapun merasa segan dengan lelaki berdarah campuran Amerika itu. Kecuali Louisa Billard, seseorang yang baru sa...