LUCANE

243 11 0
                                    

Follow akun sebelum membaca.

Vote dan komen buat tinggalkan jejak.

Selamat membaca.

06

Louisa menyandarkan tubuhnya pada tembok dengan pandangan lurus ke depan. Hampir 15 menit lamanya, Louisa harus berdiri di hadapan Leonard yang bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.

Louisa menatap arloji di tangannya, 15 menit berlalu. Gadis itu bangkit dari sandarannya. “Habis. Gue pergi.” ucapnya hendak pergi namun Leonard menahannya.

Lelaki itu menghela nafas pelan, meyakinkan dirinya untuk berbicara kali ini. “Five minutes, okay?”

Louisa melepaskan tangannya lalu menaikkan alisnya menunggu apa yang akan Leonard katakan.

“Lou, lo tau gue siapa?”

Louisa mengangguk.

“Lo juga tau Lucane siapa?”

Lagi, Louisa hanya mengangguk.

Leonard membuang nafas gusar. “Apa maksud ucapan lo sama kakek waktu di acara ulang tahun Hotel.” tanyanya langsung.

Louisa menaikkan alisnya bingung, lalu mengangguk mengerti kemana arah pembicaraannya. “Gue rasa lo gak tuli,”

Leonard terdiam. “Gue harap itu semua cuma candaan.” harapannya.

Louisa terkekeh sinis. “Up to you. Terserah lo anggap itu candaan.” ucapnya tidak perduli.

Namun Leonard, tangan lelaki itu mengepal kuat dengan tatapan tajamnya. Well, apa yang Callypso dan Lexie ucapkan tentang Leonard sangat berbanding balik dengan apa yang saat ini Louisa lihat.

“Apa alasan di balik semua?”

Louisa tersenyum sinis. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu menatap Leonard di depannya. “Apapun itu, bukan urusan lo.” tegasnya.

“Gue cuma gak mau adek gue salah pilih dan kena masalah!”

Louisa terdiam sejenak. Gadis itu menatap tidak percaya kata-kata Leonard yang kini mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Seriously?” kagetnya. “Lucane, atau lo yang bakal kena masalah?”

Leonard mengepalkan tangannya. Lelaki itu berjalan maju namun tidak membuat Louisa mundur. Gadis itu mendongak, membalas tatapan lelaki itu dengan tatapan remehnya.

Tubuh Louisa di kukung oleh tangan Leonard. Lelaki itu menyunggingkan senyum manis. “Gue gak akan pernah biarin itu sampai terjadi. Lo bahaya, Louisa.” ucapnya tajam.

Louisa tersenyum sinis. Gadis itu mengangguk kecil, menepuk pipi Leonard tiga kali. “Of course . Kalau lo bisa.” balasnya sarkas.

Gadis itu mendorong tubuh Leonard menjauh, lalu matanya menangkap siluet seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

“Justin?” panggilnya membuat Leonard ikut mengalihkan pandangannya.

Louisa berjalan meninggalkan Leonard dan menghampiri Justin yang terdiam dengan pandangan menatap datar ke arahnya. 

LUCANE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang