LUCANE

335 16 0
                                    

Follow akun sebelum membaca.

Vote dan kome di setiap paragraf.

Call me La.

Selamat membaca.

08

Lucane berjalan menuruni tangga. Lelaki itu sudah siap dengan baju santainya dan celana hitam pendek. Rambut yang basah menandakan jika lelaki itu habis keramas.

Lelaki itu berjalan menuju ruang makan untuk makan malam. Dan di sana sudah ada kedua orangtuanya dan juga Leonard, dan mereka tengah tertawa.

Lucane mendudukan dirinya di samping Leonard, langsung mengambil makanannya tanpa berkata apapun.

“Leo mau ikan, Mom.”

Clarets menatap anak sulungnya itu lalu mengambilkan apa yang di mau. Wanita itu tersenyum kecil melihat Leonard yang mengacungkan jempol.

Thank you, makin sayang.”

Clarets tertawa kecil membalasnya. “Makam yang banyak. Tubuh kamu tuh ngecilan, kecapekan pasti ya?” ucapnya khawatir.

Leonard mengangguk kecil. “Ngurus anak basket buat tanding. Leo juga kan ikut, jadi gak ada waktu istirahat.” balasnya.

“Kasian banget anak Mom yang satu ini!” gemas Clarets lalu melirik Lucane. “Kamu gimana? Di sekolah baik-baik aja kan?” tanyanya beralih menatap anak bungsunya itu.

“Lucane tiap hari juga main sama temen temennya. Minggu kemarin juga dia banyak izin.” bukan Lucane yang membalas, melainkan Leonard.

Lucane tersenyum sinis mendengarnya. Lelaki itu menyuapkan nasi ke dalam mulut lalu menatap Suho yang tenang memakan makanannya.

“Giorgio udah setuju jual lahan yang Papa mau, surat-surat udah ada di tangan Lucane. Dia minta ketemu besok siang.”

Suho menatap anaknya itu lalu tersenyum puas. “Bagus. Kamu tidak pernah mengecewakan, Lucane.” pujinya membuat Leonard yang tadinya tersenyum memudarkan senyumnya.

“Hadiah apa yang kamu mau sebagai gantinya?”

Lucane menghela nafas pelan lalu menatap Leonard sekilas. “Ah, tempat latihan basket di rumah buat satu bulan ke depan. Lucane mau pakai itu, bisa?”

“Kamu ikut pertandingan basket juga?” Clarets menatap anaknya itu heran.

Lucane mengangguk. “Lousia atlet basket di sekolahnya dulu. Lucane mau belajar sama Louisa, juga latihan lainnya.” ucapnya.

Clarets melirik tertarik. “Louosa atlet basket?” tanyanya tidak percaya di balas anggukan Lucane.

“Melvin aja mau rekrut Louisa buat pertandingan dua bulan lagi, cuma Louisa yang gak mau. Sayang bukan?”

“Kenapa di tolak? Padahal bagus loh bisa lebih ngembangin lagi bakatnya.” ucap Clarets merasa sayang dengan keputusan Louisa yang kini menjadi tunangan anak bungsunya itu.

Lucane memainkan sendok nya menatap Clarets dengan dahi mengkerut. “Entah. Mungkin Lou udah bosan sama basket. Lagian, Louisa lebih pilih olahraga yang sama dengan Lucane.” ucapnya tersenyum tipis.

LUCANE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang