Empat

2.5K 122 3
                                    

Enjoy~

🌼🌼🌼

"Kak" panggil Cala berbisik kepada Hazel yang sedang sibuk memotong sayur.

Hazel hanya berdeham untuk membalasnya.

Setelah kegiatan makan malam pertama mereka kemarin, esok harinya keluarga Cala langsung sibuk mempersiapkan ini itu. Sang Bunda bahkan sudah pergi ke pasar sejak subuh untuk berbelanja banyak bahan masakan.

Sore itu Cala sedang memotong beberapa buah untuk ia masukkan ke kulkas agar saat dimakan malam nanti buahnya terasa lebih segar.

Windah baru saja naik ke kamar nya untuk istirahat sejenak. Sementara Hazel masih sibuk memotong sayur untuk menu terakhir yang akan ia buat, yaitu sop iga.

Arjuna dan Devan menghilang entah kemana sejak mereka kembali dari pasar setelah menemani Windah berbelanja.

Lalu Sera dan Rigel? Entah ada angin apa mereka hari itu sangat tenang, saling berbagi mainan tanpa bertengkar sedikitpun hingga membuat Sean yang bertugas menjaga mereka berdua bisa sedikit santai.

"Kamu ngumpetin sesuatu dari aku ya, kak?" Tuduh Cala.

Hazel membalas dengan santai, "Ngumpetin apa?"

Cala menghela nafasnya lelah. Ia sudah curiga pada kakaknya sejak semalam. Ia yakin kakaknya tau sesuatu.

Berkali-kali ia mencoba memancing Hazel agar memberitahu alasan bunda mereka melakukan ini semua, namun Hazel tak sedikitpun memberi jawaban yang jelas.

"Kemarin sore itu bunda bilang mau ngenalin aku sama anak temennya. Apa yang mau bertamu nanti malam itu orang yang dibicarain bunda ke aku sore itu, atau bukan?" Cala kembali bertanya.

Hazel mengedikkan bahu nya. "Aku nggak tau sama apa yang dibilang bunda ke kamu kemarin sore tentang kamu yang mau di kenalin sama anak temennya. Tapi yang aku tau, keluarga temennya bunda yang mau main nanti malem itu temen deket bunda dari kecil" jelas Hazel.

"Dulu kita sempet tetanggaan. Mereka tinggal di rumah seberang. Juga, sebenernya kamu sama anak temennya bunda itu udah kenal, orang kalian suka main bareng pas masih kecil. Jadi ya aku nggak tau yang mau bunda kenalin itu yang ini apa bukan. Orang kalian aja udah kenal dari kecil, masa mau di kenalin lagi" lanjut Hazel panjang lebar.

"Temen kecil?" Cala membeo.

Hazel mengangguk lalu melihat ke arah Cala sekilas. "Mereka dua bersaudara. Cowo dua-dua nya. Anak pertama namanya Galen, dia seumuran sama mas Sean, tapi lebih muda Galen 1 tahun. Nah anak terakhirnya seumuran kamu. Namanya Raven"

"Berarti aku akrabnya sama Raven ya dulu? Kita kan seumuran"

Mendengarnya entah kenapa Hazel tertawa. "Justru kamu deketnya sama Galen. Sama Raven itu kamu berantem terus, mana bar-bar lagi sampe jenggut-jenggutan. Masa kamu nggak inget, sih?"

"Masa sih, kak?"

"Iya.. setiap habis berantem sama Raven, kamu pasti ngadu nya sama mas Galen. Nggak pernah ngadu ke bunda, ayah, apalagi ke aku sama mas Sean" cerita Hazel.

"Kok gitu?"

"Ya mana aku tau. Aku sama yang lain juga heran. Kamu sama mas Galen itu keliatan kaya kakak-adik kandung, padahal mah bukan"

Cala diam setelahnya. Ia mencoba mengingat masa kecilnya, namun tidak berhasil. Bahkan kenangan sekecil apapun ia tak bisa mengingatnya.

"Kalo nggak inget ya nggak papa, nggak usah di paksa inget. Wajar, kok. Aku sekarang juga udah nggak terlalu inget masa kecil sendiri" ujar Hazel yang melihat Cala sedang nampak berpikir dalam.

My Beloved CalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang