Aku terlalu sering update ga sih? Hahaha.
Enjoy~
🌼🌼🌼
"Kabarin kalau mau kemana-mana ya, la. Jangan pergi malem mentang-mentang bunda sama ayah lagi nggak di rumah. Pintu juga jangan lupa di kunci. Pager, jendela, semua. Pak Maman sama Pak Suryo udah 1 bulan ini cuti, rumah jadi nggak ada yang jaga. Bunda khawatir sama kamu. Apa perlu bunda minta Galen nginep di rumah biar bisa jagain kamu?" ujar Windah panjang lebar melalui telfon yang sedang ia lakukan bersama Cala.
Sudah 2 hari ini Cala ditinggal sendiri di rumahnya. Arjuna masih melakukan perjalanan bisnis, sementara Windah juga masih setia menemaninya. Rencananya, mereka akan pergi selama 7 hari.
Cala mendengus saat mendengar pertanyaan Windah, "Nggak usah, Bun. Cala udah gede, udah bisa jaga diri sendiri".
"Tapi kamu cewek, la. Bunda nggak tenang"
"Kalau nggak tenang, perginya jangan lama-lama"
"Mana bisa begitu. Ayah aja dari kemarin sibuk banget, kesana kemari. Bunda sampe capek sendiri ngikutinnnya"
Cala membuang nafasnya kasar, "Pokoknya nggak usah nyuruh mas Galen nginep sini. Bisa-bisa nya bunda nyuruh cowok nginep dirumah berdua sama Cala doang!" Kesalnya.
"Bunda sama ayah percaya kok sama Galen. Gimanapun juga dia calon mantu bunda"
"Kak Hazel mau nikah lagi?" Tanya Cala asal.
"Hush! Sembarangan kalau ngomong!" Tegur Windah.
Cala memukul pelan mulutnya, "Iya Bun, maaf" cicitnya.
"Yaudah aku tutup dulu, ya. Aku capek banget, Bun" lanjut Cala.
"Iya. Udah aman semua kan tapi? Pintu? Pager? Jendela?"
"Udah..."
"Sip."
"Selamat malam bundaku sayang.."
"Oke." Jawab Windah lalu kemudian langsung mematikan sambungan telfon.
Cala menoleh ke arah jam dinding yang berada di kamarnya. Sudah pukul 12 lewat 15 menit dini hari. Suara perutnya yang keroncongan tiba-tiba memenuhi seluruh kamarnya.
Ia sebenarnya belum makan sejak siang. Lupa dan tak sempat. Cafe sangat ramai hari itu, membuat Cala beserta rekannya yang masuk shift malam kembali melupakan jam istirahat juga makan mereka. Namun sekarang, rasanya ia juga terlalu malas untuk sekadar memasak Indomie dan juga memesan makanan.
Malas keluar, malas turun tangga.
Sebetulnya Galen yang saat itu menjemput Cala pulang kerja sempat mengajaknya untuk makan sebelum pulang. Namun karena saat itu Cala belum merasa lapar, ia pun menolak dan lebih memilih untuk memejamkan mata sejenak di mobil pria itu selama perjalanan.
Galen pun tak berbuat banyak saat itu. Ia tidak bisa melihat seberapa ramai cafe hari itu, namun ia jelas bisa melihat gurat lelah dari wajah Cala ketika ia datang untuk menjemputnya.
Setelah sampai rumahnya, Cala juga tak banyak bicara. Ia segera menuruni mobil Galen kemudian tanpa bicara sedikitpun ia berjalan lunglai ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Cala
Literatura Kobieca"Jelek banget mukanya. Lagi mikirin apa, sayang?" tanya Galen pada perempuan disampingnya yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Nampak perempuan itu-Cala, sedang sibuk dengan ponsel di tangan kiri dan juga pulpen di tangan kanan te...