Tiga puluh lima

2K 114 17
                                    

Suasana makan malam kali ini nampak tenang. Tak ada satupun dari mereka yang berada disana mencoba untuk membuka topik pembicaraan.

Cala yang baru saja selesai menyantap makan malamnya langsung menepuk pelan paha Galen yang saat itu duduk di sampingnya.

"Aku mau ngomong, mas" bisiknya pada laki-laki itu.

Galen mengambil gelas berisi air mineral miliknya untuk diminum. Menyeka bibir dengan tishue, lalu pamit untuk ke halaman belakang sebentar bersama Cala.

Begitu sampai di halaman belakang, Cala langsung menuntunnya menuju bangku ayunan panjang yang ada disana.

"Kenapa sayang?" Tanya Galen begitu ia sudah duduk di samping gadisnya.

"Ini apa-apaan, mas? Lamaran dadakan? Terus juga kamu tadi bawain aku uang berapa? Dua puluh tiga juta dolar?!"

Cala menggantung ucapannya.

"Aku nggak tau itu berapa kalau di rupiahin, tapi aku yakin itu bukan uang yang sedikit" lanjutnya.

Galen tersenyum. "Aku nggak tau kamu mau dibawain berapa, jadi aku bawa sebanyak umur kamu sekarang ini. Bagi aku, itu juga sebagai tanda terimakasih buat kamu karena udah bertahan selama ini di samping aku walaupun kita pernah pisah cukup lama" jelasnya.

Cala menatapnya tak habis pikir, kemudian membuang nafasnya kesal. "Tapi kenapa nggak bahas ini dulu sama aku? Malah tiba-tiba dateng. Kesannya aku dan keluarga aku nggak nyambut kamu dan keluarga dengan layak tau, nggak?"

"Nggak masalah, sayang. Kamu nerima lamaran aku aja aku udah cukup" balas Galen. Ia mengecup singkat pipi Cala kemudian tersenyum lebar

Cala mengusap pipi bekas kecupannya dengan kesal.

"Kok gitu?" Protes Galen tak terima, lalu kemudian kembali mengecup pipinya.

Tangan Cala terangkat untuk kembali menghapus bekas kecupan itu, tapi Galen buru-buru menahan tangannya. Membawa tangan itu untuk di genggam kemudian dikecup punggungnya berkali-kali dengan lembut.

"Jangan marah dong, sayang. Kita habis lamaran, loh. Masa kamu nggak ada seneng seneng nya?" Ujar Galen.

Cala mendengus. "Lamaran sih lamaran. Tapi aku kan maunya ada persiapan. Pake dekor bunga gitu biar cantik. Ada mas Sean, kak Hazel, sama keluarga aku yang lain juga" jelasnya.

"Maaf ya, sayang. Apa perlu kita lamaran ulang?"

"Nggak usah. Telat! Aku udah nggak mood"

"Yaudah kalau gitu. Lagian, kalau aku pikir-pikir lagi juga nggak perlu. Malah buang-buang waktu. Sebagai gantinya, kamu bisa atur sesuka kamu semua konsep pernikahan kita selama satu bulan ini. Gimana?"

Cala mendelik, "Satu bulan?!"

Galen mengangguk antusias. "Aku pengennya sih satu minggu. Cuma, mamah bilang nggak bisa se-cepat itu kalau memang mau di rayain. Kata mamah, minimal tiga bulan. Tapi aku pikir, tiga bulan itu terlalu lama. Aku nggak bisa lagi nahan diri aku selama itu buat milikin kamu se-utuhnya. Jadi, aku pikir satu bulan cukup. Gimana?" Jelas Galen dengan percaya diri.

Cala tersenyum segaris. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, sambil tertawa renyah. "Gimana ya, mas.."

Melihat respon Cala yang seperti itu, senyum Galen hilang. "Kamu nggak mau?"

Cala menatap wajah pria di sampingnya yang nampak sedikit kecewa. Ia mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. "Bukan nggak setuju. Aku cuma ragu sama diri aku sendiri.  Bisa atau nggak ya aku ngurus semuanya dalam waktu satu bulan?"

My Beloved CalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang