Hai, apa kabar kalian semua? Masih nunggu cerita ini, kah? Atau engga?
Aku lagi nulis ending nih, cuma masih 30%.
Yup, bener banget. Next part, itu endingnya.
Nggak nyangka aku bakalan bisa nulis cerita ini sampai tamat. Soalnya aku setiap nulis cerita, selalu gantung. Nggak pernah sampai tamat. Tau-tau udah ada judul baru aja hahaha. Kalian yang suka nulis, gitu juga nggak sih? Jangan ya dek ya
By the way, aku pengen curhat sih ke kalian. Pengen sharing aja.
Sejujurnya, kehidupan aku sekarang ini, belakangan lagi chaos. Kayak, complicated banget🥲
Aku mau cerita ke kalian, singkat ceritanya aja ya. Siapa tau, bisa jadi pelajaran buat kalian, atau inspirasi buat kalian yang suka nulis hahaha, silahkan banget.
Jadi gini, guys. Di beberapa part cerita ini, aku ada mention kan ya kalau cerita ini itu terinspirasi dari pacar aku yang sekarang udah jadi mantan.
Dan waktu itu, kita putus. Aku sempet hiatus, karena kalau nulis cerita ini itu aku inget dia, dan aku nggak bisa.
Sebenarnya, setelah putus itu kita balikan dan mutusin untuk lamaran.
Long short story, sisa 1 bulan sampai hari H pernikahan, aku mutusin untuk selesai sama dia. Kali ini, benar-benar selesai. Kenapa?
Hubungan kita berjalan dua setengah tahun. Di tahun pertama, itu masih hangat-hangatnya. Komunikasi bagus, intens, lancar, effort masih ada banget, ya masih bahagia bahagianya lah.
Masuk ke tahun ke dua, dia mulai sedikit berubah. Komunikasi kita makin nggak bagus. Aku sering banget dibikin feeling lonely dan bertanya-tanya, "Dia ini masih sayang aku nggak sih? Kalau sayang, kenapa kayak gini?"
Aku berkali kali coba komunikasiin soal ini, aku coba perbaiki hubungan kita, cari dimana yang salah, cari solusinya. Tapi sayangnya, dia nggak pernah bener-bener berubah. Dia terlalu asik sendiri sama dunianya.
Dia nggak selingkuh, tapi dia kayak ngelepas aku gitu aja. Dan tanpa sadar, perasaan aku ke dia mulai hilang, diganti dengan rasa terbiasa.
Aku kira, aku masih bisa ngejalanin hubungan tanpa rasa ini. Tapi makin dekat hari H, rasanya makin berat. Aku sampai dirujuk ke psikolog karena kepikiran masalah ini. Ditambah, komunikasi kita malah makin buruk. Buruk banget, sampe akhirnya aku mulai berpikir soal perbedaan kita yang ternyata sebanyak itu. Bodohnya, baru aku pikirin semuanya sekarang. Telat banget kan?🥲
Aku bingung banget. Aku mulai cerita ke orang terdekat, minta saran ini itu. Dan dari saran mereka, akhirnya aku punya keberanian untuk akhirin semuanya sebelum aku semakin jauh walaupun ini itungannya udah terlambat banget.
Sebelumnya juga, udah pasti aku minta petunjuk berkali kali sama sang pencipta. Dan tekad aku untuk udahin semuanya malah makin bulat.
Bicaralah aku sama orangtua aku. Setelahnya, baru aku bicara sama pasangan aku saat itu kalau kita nggak bisa lanjut.
Chaos, guys. Hancur semuanya, berantakan! Ribut setiap hari, antara aku dan keluarga, juga yang lain.
Aku tau aku salah. Tau banget, dan aku nggak marah sama sekali setiap aku dapet makian dari keluarga aku karena keputusan besar yang aku buat ini.
Dan disaat chaos itu, aku nggak sendiri. Ada 1 orang yang nemenin aku terus. Yang jadi rem setiap aku mulai kalut sama emosi aku saat aku lagi berantem sama orangtua aku. 1 orang yang bener-bener keberadaannya bisa nguatin aku.
1 orang ini, adalah 1 orang yang nggak aku sangka-sangka kehadirannya di hidup aku, terutama di saat seperti ini.
1 orang ini, adalah laki-laki yang aku kagumi dari lama. Hampir empat tahun lamanya aku kagum sama dia, aku suka sama dia, tapi nggak pernah sekalipun aku berharap atau ngebayangin bisa lebih dari sekedar temen ke dia karena aku sadar diri, dia terlalu tinggi buat aku gapai.
Aku yakin, dia bisa banget ketemu sama perempuan yang setara sama dia, yang pantas kalau disandingin sama dia, dan perempuan itu bukan aku. Aku terlalu sadar kalau aku terlalu cacat buat dia yang terlalu sempurna.
Status aku sama dia, adalah sebatas teman kerja. Kita terhitung akrab, karena di tempat aku kerja, dia yang paling waras untuk diajak sharing soal ini itu. Kita dekat, tapi sama sama tau batasan. Aku punya pasangan, begitupun dia saat aku pertama kali ketemu sama dia.
Laki-laki ini. Yang nggak aku sangka kalau dia bakalan ada nemenin aku dan nguatin aku 1 x 24 jam selama masalah kemarin lagi chaos-chaos nya sampai sekarang.
Laki-laki ini. Yang nggak aku sangka kalau ternyata dia punya ketertarikan yang sama kayak aku. Intinya, kita sama-sama tertarik. Tapi kita sepakat untuk nggak memulai hubungan melebihi teman, karena aku masih berantakan karena masalah baru baru ini.
Dia juga mau aku ber-muhasabah diri dulu, sebelum mulai hubungan baru. Karena dia sendiri pun lagi ber-muhasabah karena hubungan dia sama pasangan dia sebelumnya harus kandas secara tragis.
Jadi kita sepakat untuk dekat sebagai teman, nggak lebih. Kita support each other. Kita nikmatin dulu waktu sendiri kita. Kita benahin dulu diri kita.
Nanti, kalau misal kita udah siap mulai hubungan baru, entah endingnya dia sama aku atau engga, yang pasti, aku mau dia dapet yang terbaik.
Aku selalu berdoa kayak gitu buat dia, karena memang dia se-pantas itu buat dapet yang terbaik.
Intinya, hidup aku benar-benar lagi nggak baik-baik aja akhir-akhir ini. Aku banyak banget belajar hal baru.
Aku minta maaf ya kalau gantung kalian terlalu lama. Aku nggak bermaksud, cuma aku belum bisa terusin juga huhuu.
Takutnya kalau dipaksain tu malah jadi ngerusak cerita😭
Entah pandangan kalian gimana tentang aku setelah aku sedikit cerita soal hidup aku, aku harap, itu nggak merubah perasaan happy kalian saat baca cerita ini.
Doain ya, semoga endingnya cepet selesai aku tulis. Dan semoga memenuhi ekspektasi kalian semua, supaya penantian kalian nunggu aku up itu nggak sia-sia🥲
Banyak banget makasih buat kalian yang udah comment, aku baca kok semuanya satu-satu. Dan itu bikin mood aku naik banget huhuhu tencuuu
Makasih juga buat kalian yang udah like, dan terutama buat kalian yang masih setia nunggu cerita ini.
Nggak expect aku bakalan dapet banyak pembaca, padahal niat awal iseng doang nulis cerita ini. Terhura aku tuuu😭
Sehat-sehat ya kalian.
Sampai ketemu di ending yang nggak tau kapan bakalan di up ya, hahaha
Love you, all🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Cala
ChickLit"Jelek banget mukanya. Lagi mikirin apa, sayang?" tanya Galen pada perempuan disampingnya yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Nampak perempuan itu-Cala, sedang sibuk dengan ponsel di tangan kiri dan juga pulpen di tangan kanan te...