Aku nggak tau sehari bakalan update berapa part. Soalnya ini ditulis dadakan dan langsung di post.
Kalau sehari 2-3 kali update berarti aku lagi senggang dan lagi jalan otaknya. Kalau mandat, ya berarti lagi sibuk hehe.
Maafkeun..🙏
Maaf juga kalau ada salah ketik atau bahasa yang kurang nyaman.
Enjoy~
🌼🌼🌼
"Akhirnya Lo dateng juga, la" Rara-salah satu rekan kerja Cala menghela nafas lega ketika pandangan matanya menangkap objek yang sedari tadi ia tunggu.
Melihat wajah pias temannya, Cala bertanya "Kenapa?"
"Dari kemarin Lo di cari pak Wisnu" jawab Rara.
"Kemarin kan gue libur"
"Iya, tapi ada sesuatu. Lo dari kemarin di hubungin nggak bisa. Di chat nggak di bales, di telfon nggak di angkat" jelas Rara.
"Iya sorry, kemarin gue sibuk banget ada acara dari pagi. Ada apa emangnya sampe muka Lo kayak gitu? Gue buat masalah?" Tanya Cala.
"Kok nanya? Lo lupa 2 hari lalu sebelum pulang Lo ngapain di belakang?"
Cala mencoba mengingat, kemudian ia menghela nafas sambil memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. "Mampus gue"
Rara ikut menghela nafas sambil bersidekap. "Ada masalah apa sih, emang? 3 tahun lebih Lo disini tapi baru kali ini loh, Lo marah sambil ngerusak barang. Gue liat muka Dhyko juga bonyok"
"Reza nggak cerita?"
"Cerita sedikit, tapi gue mau denger dari Lo langsung" balas Rara.
"Itu nanti deh gue cerita nya. Sekarang pak Wisnu dimana?" Cala kembali bertanya sambil melepas jaket yang ia kenakan lalu memasukannya ke dalam tas.
"Di lantai 2. Lo mending buru ke sana. Kemarin dia ngamuk-ngamuk. Sekarang kayaknya udah rada adem. Lo jelasin baik-baik aja"
Mendengar saran temannya itu Cala mengangguk lalu kemudian berjalan ke lantai 2 cafe nya, tepatnya ke9p salah satu ruang berpintu yang ada di sana.
Cala berhenti sejenak di depan pintu. Menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu lalu membukanya.
Bagaimanapun ia bersalah. Ia siap dan memang harus bertanggung jawab.
"Permisi, pak" ujar Cala pelan sambil membuka pintu.
Wisnu yang sedang fokus pada laptop tanpa ragu langsung menyingkirkan laptop nya ke samping, lalu menghempaskan tubuhnya untuk bersandar di kepala kursi kerjanya begitu matanya menangkap sosok Cala.
Ia menatap intimidasi Cala sambil bersidekap dada, sementara Cala masih berdiri di dekat pintu sambil menunduk. Tak berani menatap atasannya yang nampak siap menelannya hidup-hidup.
"Mau sampe kapan berdiri di sana terus? Sini duduk. Kayaknya ada yang mau kamu jelasin kan, la?" Wisnu buka suara.
Cala berjalan dengan takut lalu duduk di hadapan Wisnu. Sekarang jarak mereka lebih dekat, hanya terhalang meja kerja Wisnu. Hawa menusuk pun lebih dirasakan Cala karenanya. Ia terus menunduk, tak berani menatap laki-laki berumur 50-an itu.
"Maaf, pak" cicit Cala.
"Untuk?"
"Untuk 2 hari lalu dan kemarin" balas Cala.
Wisnu tak langsung merespon balik. Ia diam sepersekian detik sebelum akhirnya kembali bersuara. "Kalau memang niat minta maaf, etitude kamu juga harus di perhatikan. Tatap lawan bicara kamu" tegur Wisnu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Cala
ChickLit"Jelek banget mukanya. Lagi mikirin apa, sayang?" tanya Galen pada perempuan disampingnya yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Nampak perempuan itu-Cala, sedang sibuk dengan ponsel di tangan kiri dan juga pulpen di tangan kanan te...