Sepuluh

2.1K 88 1
                                    

Warning! Cerita ini aku buat cuma sebagai pelepas stress aja. Jadi aku nggak berniat buat alur cerita ini berat dan terlalu bertele-tele. Aku pengen cerita ini ringan, tapi walaupun begitu aku pengen juga cerita ini masih lumayan seru untuk dibaca walaupun nggak ada konflik besar yang berarti.

So, enjoy readers ghoib..

🌼🌼🌼

"Cowok Lo nggak dipesenin makanan, la? Dari pagi sampe sekarang kayaknya dia cuma minum aja, deh. Itupun juga cuma kopi. 2x" tanya Steffi pada Cala yang sedang membuat pesanan minuman salah satu customer.

Cala sempat melirik sebentar ke arah Galen yang masih nampak sibuk dengan laptop dan beberapa berkas yang bercecer di meja.

"Jam berapa emang sekarang?" Tanya Cala.

Steffi melihat ke arah jam yang tertera di layar POS. "Jam 3"

Steffi benar. Galen melewatkan jam makan siangnya. Jangan salahkan Cala, karena gadis itu sendiri juga lupa bahwa ia belum makan sedari pagi.

Hari itu ia kebagian shift pagi bersama Steffi. Dan seperti biasa. Galen mengantarnya bekerja kemudian stay disana, ikut mulai melakukan pekerjaannya di salah satu spot tempat duduk yang sudah menjadi favorite nya setiap kesana.

"Atas nama kak Sasya" suara Cala terdengar menggelegar memenuhi seluruh penjuru cafe lantai satu.

Tanpa menunggu pelanggan yang ia panggil barusan untuk mengambil pesanan nya, ia langsung menghampiri Galen.

Menarik salah satu kursi, lalu duduk di hadapan pria yang sedang fokus pada laptopnya.

Dengan kacamata kerja yang bertengger di hidung mancungnya, serta kemeja kerja yang lengannya ia gulung 3/4 membuat penampilannya berkali lipat nampak lebih mempesona.

"Mas.."

"Ya?" Balas Galen tanpa berniat mengalihkan pandangan atau menghentikan gerakan tangannya pada laptop.

"Udah jam 3 sore"

"Oh ya? Bagus dong. Sebentar lagi kamu pulang" jawab Galen, masih dengan posisi yang sama.

"Mas!" panggil Cala lagi dengan suara sedikit lebih tinggi.

Galen yang menyadari perubahan nada bicara Cala pun langsung menghentikan gerakan jari nya di atas laptop. Beralih menatap Cala, sambil membuka kacamata kerja. Bahkan laptopnya langsung ia tutup saat itu juga.

"Ada apa?" Tanya Galen yang saat ini sudah memusatkan perhatian sepenuhnya pada gadis di depannya.

Cala membuang nafas kasar. "Udah jam 3. Kamu belum makan siang" ujarnya.

"Oh, ya?" Galen melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Nggak kerasa, la"

"Iya, orang dari pagi kamu sibuk banget. Kalau emang banyak kerjaan seharusnya kamu kerjain di kantor, bukan malah disini" sembur Cala.

"Di kantor udah di backup Reno. Lagipula kamu sendiri juga belum istirahat dari tadi"

Benar, juga. Cala bahkan lupa jika dirinya belum mengambil waktu istirahatnya sejak tadi. Berbeda dengan Steffi, temannya itu sudah sempat mencuri waktu senggang mereka selama 15 menit untuk sekadar duduk sambil sedikit mengisi perut.

Yah, bagaimana lagi? Cafe hari itu nampak lebih ramai daripada biasanya. Steffi tidak akan sanggup memegang semua section jika ia tinggal untuk istirahat sesuai jatah, yakni 1 jam.

Sejak cafe buka 6 jam yang lalu, baru sekarang nampak lenggang. Steffi dan Cala baru bisa bernafas sedikit lega.

"Aku nungguin kamu, la" lanjut Galen, membuat rasa kesal Cala seketika berubah menjadi rasa bersalah.

My Beloved CalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang