"Pagi, mas" sapa Cala dengan ceria saat masuk ke dalam mobil Galen.
Galen tersenyum hangat. "Langsung berangkat?"
Cala menoleh ke arahnya. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya sirna begitu saja ketika melihat kedua kantung mata Galen yang menghitam. "Kamu nggak tidur, mas?!" Tanyanya heboh.
Tangan Cala terjulur untuk menarik dagu Galen agar dia bisa melihat dengan jelas wajah pria itu.
"Nggak bisa tidur" jawab Galen santai sambil mengambil tangan Cala dari dagunya kemudian mengecup punggungnya pelan. Ia tersenyum manis setelahnya.
Melihat Galen yang terlihat santai dengan wajah seperti itu, Cala berdecak. "Gara-gara masalah semalem?" Tebak Cala khawatir.
Galen menggeleng.
"Bohong!"
Galen kembali tersenyum ke arah Cala yang saat ini sedang menatapnya kesal, kemudian mengelus belakang kepalanya. "Aku nggak papa, sayang"
Cala masih menatapnya tak percaya.
"Udah nggak usah di pikirin. Kita jalan sekarang, ya. Nanti kamu telat" Ujar Galen kemudian segera melajukan mobilnya, meninggalkan area komplek rumah Cala.
Sepanjang perjalanan, tak ada yang membuka pembicaraan. Galen fokus menyetir, sementara Cala fokus memperhatikan Galen dari samping.
Cala sesekali mengalihkan pandangan ke arah satu tangannya yang sedari tadi di genggam pria itu. Hatinya menghangat melihat bagaimana Galen yang masih bisa menggenggam erat tangannya. Padahal Cala yakin hati Galen sedang tidak baik-baik saja. Dan itu semua karenanya.
"Kamu sayang banget sama aku ya, mas?" Tanya Cala tiba-tiba.
Galen melirik ke arahnya sebentar, bingung. "Kok tiba-tiba nanya gitu?"
"Kurang jelas emangnya?" Lanjut Galen.
Cala menatap penasaran ke arahnya. "Kok bisa? Kita kan baru kenal"
"Baru bagi kamu, nggak berlaku buat aku. Aku kenal kamu dari kamu lahir, la" jawab Galen.
"Oh iya, aku lupa. Kata kak Hazel, dulu kita tetanggaan. Katanya dulu aku akrab banget sama kamu. Emang iya?" Tanya Cala mencari validasi atas apa yang ia dengar dari kakak perempuannya.
Galen tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. "Iya" jawabnya singkat.
Cala membuang nafasnya sedih. "Tapi kok aku nggak inget apa-apa ya, mas? Aneh" ujarnya sambil membuang pandangannya ke luar mobil.
Galen diam. Ia menghentikan laju mobil ketika lampu lalu lintas nampak berganti warna merah. Setelahnya, barulah ia memusatkan pandangan kepada gadis di sampingnya. "Aku mau cerita juga kayaknya percuma, la. Kamu nggak bakalan inget" ujarnya sedih.
Cala kembali menoleh ke arahnya. "Kok gitu?"
Galen tersenyum kecut. "Ini semua salah aku. Maafin aku, la"
Cala semakin bingung dibuatnya. "Tiba-tiba banget semuanya salah kamu? Emangnya kenapa? Kok bisa salah kamu?" Tanyanya bertubi-tubi.
Galen kembali mengecup punggung tangannya. "Nanti ya, sayang. Aku jelasin. Tapi nggak sekarang. Nggak disini" ujarnya kemudian kembali melajukan mobilnya ketika lampu lalu lintas sudah berubah warna hijau.
Setelahnya, mereka kembali diam beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan menjadi lebih ringan dan santai.
Kurang lebih tiga puluh menit mereka tempuh hingga akhirnya sampai di halaman cafe tempat Cala bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Cala
ChickLit"Jelek banget mukanya. Lagi mikirin apa, sayang?" tanya Galen pada perempuan disampingnya yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Nampak perempuan itu-Cala, sedang sibuk dengan ponsel di tangan kiri dan juga pulpen di tangan kanan te...