Dua puluh

1.8K 73 0
                                    

Nggak nyangka udah kepala dua aja weh😭

Awalnya niat gantungin rada lama di part belasan, tapi nggak jadi. Kalo di pikir-pikir, feel nya keburu ilang nggak si? Jadi yaudah lah trabas aja hahaha

Pengen curcol sedikit, di tempat kerja aku lagi hectic bgt beberapa hari belakangan karena ada rotasi dadakan. Stress karena berantakan banget semuanya, ditambah lagi high season. Buat kalian yang lagi ngerasain sama kayak yang aku rasa, aku cuma mau bilang "SEMANGAT, LUR! JANGAN LUPA UNTUK TETAP WARAS DI DUNIA YANG GILA INI."

Enjoy~

🌼🌼🌼

Cala turun dari mobil. Berjalan gontai ke arah pintu utama rumahnya. Galen mengekorinya, namun ia mengambil kardus berisi belanjaan mereka dulu di bagasi mobil.

Cala merasa lelah. Ini karena ia belum tidur sama sekali. Bahkan di perjalanan pulang dirinya sempat tertidur beberapa saat.

"Tidurnya di kamar, la" tegur Galen ketika melihatnya sedang membaringkan tubuh di sofa sambil memejamkan mata.

Cala diam. Tidak berniat beranjak sedikitpun. Demi apapun dia mengantuk sekali. Rasanya ia tak punya tenaga untuk sekadar buka mata, apalagi berjalan ke arah kamarnya menaiki tangga. Sepertinya ia akan tidur di sana sebentar.

Baru saja ia akan masuk ke dunia mimpi saat Galen tiba-tiba meraih tubuhnya kemudian menggendongnya bridal.

"Mas!" Pekik Cala yang benar-benar terkejut saat itu. Mau tak mau pun ia melingkarkan kedua tangannya di leher Galen agar tidak terjatuh. "Kamu mau ngapain?!"

Galen nampak tidak memperdulikan rasa terkejut Cala atas tindakannya. "Pindahin kamu ke kamar" jawabnya santai.

"Turunin! Aku bisa jalan sendiri" protes Cala

"Kalau bisa jalan sendiri, kamu harusnya udah ada di kamar dari tadi. Aku udah nyuruh kamu pindah dari 15 menit yang lalu"

15 menit? Cala merasa ia baru tidur selama 2 menit di sofa. Apa Galen sengaja melebih-lebihkan? Bingungnya dalam hati.

"Buka pintunya" perintah Galen ketika dirinya sampai di depan pintu kamar Cala.

Mau tak mau, gadis itu pun menurut. Ia membuka pintu kemudian kembali mengalungkan lengannya pada leher Galen.

Galen masuk, lalu meletakkannya dengan hati-hati di atas ranjang. Setelahnya, ia menghela nafas. "Nah, kalau gini kan kamu enak tidurnya" ujarnya sambil tersenyum bangga atas apa yang baru saja ia lakukan.

Berbeda dengan Galen, Cala nampak menatapnya tak suka. "Aku berat banget, ya?" Tanyanya.

"Hah?"

"Kamu sampe buang nafas gitu kayak orang kecapean habis bawa beban. Badan aku emangnya seberat itu?"

Galen diam sedetik sebelum akhirnya tertawa. "Kamu mikirnya jauh banget, la" ujarnya.

Cala semakin kesal menatapnya. "Malah ketawa!"

Perlahan, Galen menghentikan tawanya. Ia yang tadinya berdiri, kini mengambil duduk di hadapan Cala. "Kamu pasti capek banget seharian ini ikut aku ke kantor. Maaf, ya.." ujarnya sambil tersenyum hangat. Ia mengusap lembut wajah Cala, membuat ekspresi kesal di wajah gadis itu mendadak luntur seketika.

Cala mematung. Entah bagaimana ia menjelaskan perasaannya sekarang, yang pasti saat ini ia kembali merasakan gelenyar aneh untuk yang ke sekian kalinya.

Tangan Cala terangkat untuk memegang tangan Galen yang masih berada di wajahnya. Cala baru sadar tangannya terasa tak sebanding besarnya dengan tangan milik Galen ketika ia memegang tangan pria itu.

My Beloved CalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang