Happy Saturday all~
🌼🌼🌼
"Kamu nggak lagi kesambet kan, la?" Tanya Windah pada anaknya.
Malam itu mereka berdua sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton televisi.
Bukan tanpa alasan Windah bertanya seperti itu padanya. Pasalnya, sudah 2 hari belakangan ia selalu memergoki anaknya sering senyum-senyum sendiri. Tingkahnya juga sedikit aneh.
Salah satu momennya adalah saat ini. Padahal mereka sedang menonton film horror. Tapi bukannya menunjukkan ekspresi takut atau ngeri, Cala malah tak ada habisnya tersenyum melihat ke arah tv. Bahkan ia sempat menertawakan beberapa adegan di film yang padahal menurut Windah tidak lucu sama sekali.
"Kesambet apa, Bun?" Tanya Cala sambil menoleh ke arahnya.
"Ya apa gitu. Kamu dari kemarin senyum-senyum terus nggak jelas, dikit-dikit ketawa. Mulai gila karena capek kerja atau gimana?" Balas Windah.
Dan untuk ke sekian kalinya, Cala tertawa. "Apa sih, bun. Nggak jelas"
Windah menatapnya ngeri, "Kamu yang nggak jelas! Bunda nggak lagi ngelucu loh, la" ujarnya.
"Perlu bunda panggilan ustadz Jaffar nggak sih?" Lanjut Windah sambil mengambil ponselnya yang ia letakkan di meja.
Aksi Windah langsung dihentikan Arjuna yang tiba-tiba merebut ponselnya dari belakangnya. "Nggak perlu, Bun. Biasa, orang lagi kasmaran emang begitu" ujar Arjuna, kemudian mengambil duduk tepat di samping Windah.
Ia meletakkan kembali ponsel istrinya itu di meja.
Windah menatapnya heran, "Kasmaran? Sama siapa?"
"Ya sama siapa lagi? Sama Galen, lah"
Windah beralih menatap Cala tak percaya. "Bener, la?!" Hebohnya.
Ia tak menyangka, akhirnya putrinya itu mau akrab juga dengan Galen. Itu karena ia tau Cala awalnya engga menerima kehadiran Galen. Bukan enggan, namun sulit.
Cala hanya mengedikkan bahunya acuh sambil mengalihkan pandangannya kembali ke tv.
"Ayah tau dari mana?" Tanya Windah pada Arjuna, takut takut sang suami membohonginya atau asal ucap.
"Udah 2 hari ini kalo tengah malem lagi kebangun pengen minum, ayah selalu denger mereka suka telfonan. Berisik" jelas Arjuna yang jelas saja mampu membuat senyum Windah merekah.
"Alhamdulillah" ujar Windah heboh sambil mengusap wajahnya.
"Ayah udah siap, kan?" Tanya Windah pada Arjuna.
Arjuna mengangguk, "Siap banget dari dulu juga".
Mereka berdua tertawa setelahnya, membuat Cala melirik dengan penasaran.
"Siap apa, yah?" Tanyanya.
"Siap-siap, ayah sama bunda mau kondangan besok. Iya kan, yah?"
Arjuna mengangguk cepat. "Kamu mau ikut?" Tawarnya pada sang anak.
Cala menggeleng. "Cala mau tidur".
Malas mendengar kedua orangtuanya yang ia yakini akan terus menggodanya, ia pun memilih beranjak dari sana
Windah menatapnya heran, "Cepet banget? Masih jam 11 ini, la. Biasanya juga tidur subuh"
"Mau telfonan kali bun sama Galen" Arjuna meledek. Windah menyembunyikan senyumnya sambil memukul pelan bahu suaminya itu.
Tanpa berlama-lama, ia pun segera menaiki tangga menuju kamar. Mengacuhkan suara kedua orangtuanya yang masih asyik menggodanya dari belakang.
Ia masuk kamar, lalu duduk di tepi ranjang. Meraih ponselnya yang ada di nakas, kemudian membuka layarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Cala
Literatura Feminina"Jelek banget mukanya. Lagi mikirin apa, sayang?" tanya Galen pada perempuan disampingnya yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Nampak perempuan itu-Cala, sedang sibuk dengan ponsel di tangan kiri dan juga pulpen di tangan kanan te...