HAPPY READING!!!
Setelah masuk kedalam mobil Rendy, Kania langsung menangis. Sebenarnya dia sendiri pun tidak tahu kenapa dia harus menangis. Kenapa dia harus menangisi Rahma yang jelas bukan siapa-siapanya.
"Need a little hug?" Rendy merentangkan tangannya.
Kania langsung menghamburkan tubuhnya kedalam pelukan Rendy. Mengeluarkan seluruh rasa sesak di dalam dadanya. Tidak peduli nanti baju Rendy akan basah, Kania terus mengeluarkan air matanya. Berharap dengan ini bisa sedikit melegakan sesak di dadanya.
"Sorry ya, Gue justru bikin Lo ketemu sama mereka." Rendy masih setia mengusap punggung Kania yang bergetar.
Kania menggeleng. Mengangkat kepalanya dan mencoba tersenyum. "Bukan salah Lo, nggak ada yang tahu kalau mereka juga kesini malam ini." Kania mengatakan itu dengan suara lirih, mengabaikan suaranya yang bergetar.
"Mau langsung pulang?"
Kania mengangguk. Sekarang yang ada dipikirannya hanya kasur dan selimutnya yang hangat.
"Ada air mineral di tas Gue, nanti Lo minum ya."
Kania mengangguk. Menatap Rendy yang fokus dengan jalanan di depannya. Apa yang akan terjadi kepada Rendy nanti ya?
"Udah nggak usah lihatin Gue terus, nanti suka lagi." Rendy terkekeh setelahnya.
"Ge-er." Kania sedikit tertawa, walau sumbang karena baru menangis.
"Jangan nangis lagi ya Ni, Rahma nggak akan suka."
"Kalau dia yang bikin Gue nangis gimana? Masa Gue harus senyum?"
Rendy bingung bagaimana menjawab pertanyaan Kania yang satu ini. Dia tahu bagaimana perasaan Kania saat ini. Tapi dia juga tidak bisa langsung menyalahkan sahabatnya itu.
"Nanti Gue bakal bilang sama Rahma supaya jelasin langsung sama Lo."
Kania menggeleng, "nggak usah biarin nanti dia datang sendiri ke Gue."
Rendy mengusap tangan Kania, "kalau mau cerita langsung telfon Gue aja. Bisa dipastikan 24 jam selalu terhubung."
Kania tersenyum, "kalau Lo tidur gimana?"
"Nanti kembaran gaib Gue pasti jawab."
Kania tertawa sebelum ingatannya kembali ke sosok perempuan tadi. "Ren, itu yang namanya Calista?"
Rendy mengangguk. "Iya, dia Calista sahabat Rahma sedari kecil."
Kania mengerutkan alisnya, "kok cuma Rahma? Bukannya Lo juga?"
Rendy menggeleng, "semenjak dia pergi tanpa kejelasan dulu walaupun dengan segala penjelasan kemarin Gue cuma bisa anggap dia sebagai teman bukan lagi sahabat. Tapi mungkin Rahma nggak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT KANIA AND HER STORY (AKAHS) |On Hold|
Teen FictionDeskripsi menyusul ya, semoga kalian suka sama ceritanya. So, cekidot