Rahma menutup mulutnya, rasa kecewa menjalar ke seluruh hatinya. Bagaimana mungkin Rendy justru menyembunyikan dirinya di kamar mandi seolah-olah dia memang sendirian semenjak masuk kedalam rumah sakit lebih tepatnya ruang rawat.
Dan Rahma bisa mendengar dengan jelas suara Kania yang tertawa lepas ketika mendengar percakapan antara ketiga sahabatnya itu. Tapi, apakah mereka masih layak untuk dipanggil sebagai sahabat?
***
Kania menerima mangkuk bubur yang baru saja diantar oleh salah seorang perawat. Tersenyum dan langsung mendekat kearah Rendy.
"Makan dulu yuk! Habis makan Gue mau balik soalnya." Kania mendudukkan tubuhnya di kursi khusus penunggu pasien.
"Jangan banyak-banyak ya, bibir Gue masih sakit banget rasanya."
Kania mengangguk, "yang penting perut Lo ke isi. Udah sini Gue suapin."
Rendy mengangguk dan langsung membuka mulutnya, karena mau bagaimanapun perutnya memang sudah merasa lapar sejak tadi.
***
Rahma memegang kakinya sendiri, sudah hampir tiga jam dia berdiam di kamar mandi menunggu orang-orang diluar sana agar keluar dan pulang. Karena Rendy sudah mengatakan dia sendiri akhirnya Rahma memutuskan untuk menunggu di kamar mandi sampai selesai. Setidak agar Rendy bisa puas berbicara bohong dengan orang-orang itu.
"Gue masih nggak nyangka Lo bakal ngomong gitu Ren." Rahma menyeka air matanya yang keluar walaupun dia benci harus mengeluarkan air mata itu.
Rahma langsung berdiri ketika mendengar suara Kania yang izin ke kamar mandi sebentar. Berusaha berpikir cepat, akhirnya dia memilih menyembunyikan dirinya di balik lemari kecil agar tidak diketahui oleh orang-orang di luar sana.
***
Rendy menggigit bibirnya ketika mendengar Kania yang ingin ke kamar mandi. Bukan masalah serius sebenarnya jika di dalam kamar mandi sana tidak ada orang. Karena Rendy jelas tahu Rahma belum keluar sejak tadi dari dalam kamar mandi dan dia yakin seratus persen bahwa laki-laki itu pasti mendengar seluruh percakapan diantara mereka berempat termasuk dirinya.
"Eum Ni, tapi kamar mandinya itu lagi agak nggak beres gitu. Kran airnya rusak jadi airnya nggak keluar." Rendy berusaha senormal mungkin agar nada suaranya tidak terdengar mencurigakan.
"Terus Lo kalau mau ke kamar mandi gimana? Masa harus keluar dulu?" Juan menaikkan sebelah alisnya, merasa aneh dengan jawaban temannya ini.
"Kebetulan Gue belum mau kebelakang dari tadi. Terus kata perawatnya baru mau dibenerin nanti agak maleman dikit gitu."
Juan mengerutkan keningnya, tidak mungkin kamar mandi akan direnovasi atau dibetulkan ketika masih ada pasien didalamnya, itu jelas akan mengganggu kenyamanan pasien yang berada di ruangan.
"Emangnya Lo nggak ngerasa keganggu gitu? Nanti seumpama ada perbaikan."
Rendy menggeleng kencang, "santai sih kalau Gue. Atau mungkin nanti Gue dipindah ruang rawat juga nggak tahu."
Kania mengangguk, "kenapa nggak pindah sekarang aja? Biar nyaman gitu."
Rendy buru-buru menggelengkan kepalanya, "Gue mau nunggu bonyok dulu lah. Soalnya udah terlanjur chat tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT KANIA AND HER STORY (AKAHS) |On Hold|
Teen FictionDeskripsi menyusul ya, semoga kalian suka sama ceritanya. So, cekidot