HURT

21 2 1
                                    

HAPPY READING!!!!

Setelah memastikan Rendy sudah aman dibawa menuju rumah sakit akhirat Kania kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. Setidaknya dia bisa mengikuti jam pelajaran terakhir dan langsung pulang untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Beberapa langkah lagi mungkin dia akan sampai di kelas dan langsung duduk untuk mendengarkan pelajaran tapi suara laki-laki yang ingin dia hindari justru menyala indra pendengarannya. Dan jujur, kali ini dia benar-benar muak mendengar suara Rahma.

"NIA!!!"

Rahma berlari terburu menuju kearah perempuan yang pasti sudah enggan untuk dia ajak bicara. Tetapi mau bagaimanapun hasilnya nanti dia akan tetap mencoba, setidaknya dia bisa mendengar suara Kania untuk terakhir kali di minggu ini karena dia akan kembali dijatuhi skorsing selama dua minggu.

"Nia please stop dulu ya!"

Kania membalikkan badannya, rasanya air matanya ingin kembali keluar deras seperti air terjun. Tali setidaknya dia harus mencoba kuat di depan Rahma kan? Ya mungkin iya.

"Apa?" Kania sedikit memelankan suaranya, jam pelajaran masih berlangsung sekarang dan koridor yang sepi tentu membuat suara mereka lebih jelas terdengar.

"Gue minta maaf karena udah bikin Lo kecewa kali ini." Rahma menggenggam tangan Kania dan menarik perempuan itu agar masuk kedalam pelukannya.

"Lo tahu Ma? Sakit rasanya hati gue setiap kali lihat Lo begini. Gue nggak sanggup." Kania tertawa untuk menutupi suaranya yang bergetar.

Rahma mengangguk, karena tidak bisa dipungkiri dia juga meresahkan kecewa dengan dirinya sendiri. Bahkan kedua orang tuanya pun pasti sangat kecewa karena dia kembali mendapatkan skorsing dalam waktu kurang dari enam bulan.

"Ni Gue tahu Lo mungkin nggak bisa langsung maafin Gue, tapi kalau boleh Gue minta tolong ya." Rahma mengangkat wajah Kania agar berhadapan dengan wajahnya.

Kania menaikkan alisnya, sorot matanya pun menandakan bahwa dia lelah dengan semua kejadian hari ini.

"Gue minta tolong, tolong maafin Gue ketika Lo bisa ya. Nggak harus sekarang, tapi nanti ketika Lo bisa tolong maafin Gue." Rahma mencoba tersenyum agar air matanya tidak keluar lagi.

Kania menggeleng, "Gue pasti bakalan maafin Lo. Tapi untuk kembali bicara sama Lo lagi mungkin Gue butuh waktu."

Rahma mengangguk, "Gue paham. Dengan Lo mau maafin Gue aja Gue udah seneng banget Nia."

Kania tersenyum, "Gue masuk kelas dulu ya."

Rahma mengangguk, "semangat belajarnya! Gue pergi dulu."

Kania mengangguk, tapi rasanya juga berat ketika melihat Rahma mulai berjalan menjauh. Karena mau bagaimanapun rasa yang ada di dalam hati terdalamnya masih untuk laki-laki itu.

***

Kania melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas, guru yang sedang berdiri di depan langsung tersenyum dan membiarkan anak muridnya itu agar langsung duduk, dia sangat paham bagaimana perasaan anak muridnya kali ini.

"Kania yakin nggak mau di UKS aja? Muka kamu pucet loh." Bu Tyas berjalan mendekati meja Kania.

Kania tersenyum dan menggeleng, "nggak usah Bu, lagipula sebentar lagi juga jam pulang sekolah."

Bu Tyas tersenyum dan mengangguk, "kalau ada apa-apa langsung panggil Ibu saja ya."

Kania mengangguk dan kembali mencoba fokus dengan pelajaran kali ini, meskipun sulit. 

ABOUT KANIA AND HER STORY (AKAHS) |On Hold|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang