Part 01

4K 113 0
                                    

Part 01

Seorang wanita cantik dengan rambut diikat itu hanya bisa mengangguk dan berusaha tersenyum ramah, saat salah satu pelanggannya menyapa dengan nada genitnya. Sedangkan posisi mereka saat ini sedang berada di warung makan, yang tempatnya tidak luas, namun juga tidak bisa dikatakan sempit. Meskipun begitu, banyak pelanggan yang datang karena cita rasa masakannya dan juga pelayannya.

Ya, wanita cantik bernama Amanda itu memang menjadi alasan kenapa warung makanan tempatnya bekerja itu selalu ramai, karena wajah ayunya cukup menarik perhatian orang terutama dari kalangan laki-laki dewasa maupun bujang. Walaupun begitu, tidak ada satupun yang berhasil meluluhkan hatinya, itu lah kenapa ia tidak pernah merespon rayuan mereka ataupun menerima niat baik sebagian laki-laki yang ingin meminangnya.

Bukan tanpa alasan Amanda melakukannya, karena putranya lah yang membuatnya enggan memiliki pasangan, ia hanya terlalu takut sikapnya tanpa sadar mengabaikannya. Padahal sudah bertahun-tahun ia hidup sendiri, menjadi single parent yang tidak memiliki pelindung diri seperti sosok suami.

Seperti saat ini, saat ia harus tetap profesional bekerja meskipun sejak tadi banyak laki-laki yang menggodanya. Di dalam hati, Amanda tentu merasa kesal apalagi ia tak memiliki alasan kuat untuk menghentikan sikap mereka, namun kalau tidak seperti ini, pelanggannya mungkin tidak akan datang lagi.

Sebagai seorang wanita posisinya berada di titik dilema, di mana hati dan pikirannya seolah bertentangan untuk menolak namun kebutuhan hidup membuatnya harus tetap bertahan. Terutama biaya sekolah putranya dan juga masa depannya yang tentu tak murah, memaksanya untuk tetap berjuang tanpa boleh menyerah.

"Terima kasih ya, Cantik." Pelanggan itu tak sungkan-sungkan memanggil Amanda dengan sebutan cantik dan juga nada suara yang genit, meskipun Amanda sudah sering mendengar ucapan yang sama, namun tetap saja ia terkejut dan merasa takut juga.

"Saya permisi," pamitnya terdengar terburu-buru, karena kalau sudah seperti itu, ia bisa saja menjadi korban pencabulan di mana beberapa area tubuhnya akan disentuh atau bahkan hal-hal yang lebih buruk dari itu.

Setelah berpamitan, Amanda berjalan ke arah dapur untuk menemui pemilik warung yang tengah mengawasi orang-orang yang berada di dapur. Di sana, Amanda sendiri bekerja sebagai pelayan yang mengantarkan makanan dan juga minuman, namun saat warungnya sepi, ia juga harus membantu pekerjaan di dapur, itu lah kenapa kalau di saat akan menjelang makan siang seperti ini ia lebih banyak menghabiskan waktu di depan sedangkan pemiliknya berada di belakang.

"Bu, ini sudah hampir jam setengah sepuluh. Aku harus menjemput Rasya setelah ini," ujar Amanda kepada si pemilik warung yang bernama Bu Siti, wanita paru baya dengan tubuh sedikit gemuk tersebut.

"Ya sudah pergi sana, urusan di depan biar ibu yang jaga." Wanita itu langsung setuju seperti biasanya, sedangkan Amanda hanya mengangguk lalu berjalan menjauh ke arah pintu dapur.

"Iya, Bu. Terima kasih, aku pergi dulu sebentar," pamitnya sebelum pergi yang hanya Siti angguki.

Setelah keluar dari warung, Amanda berjalan ke arah sekolah TK yang tempatnya tidak terlalu jauh dari warung makan tempatnya bekerja. Sampai saat seorang anak laki-laki melambaikan tangannya penuh semangat ke arahnya, bibirnya tersenyum merekah dengan mata berbinar cerah. Sedangkan posisinya saat ini sedang berada di depan gerbang sekolahnya, kalau untuk penampilannya jangan ditanya, tentu saja sudah acak-acakan tak karuan.

"Mama," panggilnya kegirangan yang langsung Amanda senyumi sembari membalas dengan melambaikan tangannya dan saat sampai di depannya, ia langsung memeluknya begitupun dengan putranya yang turut melakukan hal yang sama.

"Kok kamu sudah pulang sih? Mama pikir, kamu masih berada di dalam kelas tadi." Amanda melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah Rasya yang tersenyum kuda.

ANAK SAHABATKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang