Part 03
Amanda merapatkan bibirnya saat bosnya itu menatap ke arahnya, setelah ia meminta izin untuk pulang ke rumah orang tuanya. Amanda sendiri hampir tidak pernah cuti karena alasan berpergian terlebih lagi pulang ke kota asalnya, namun pagi ini ia berpamitan dan hal itu tentu mengejutkan untuk bosnya tersebut.
"Kamu mau pulang, Mand?" tanya bosnya terdengar tak percaya, yang langsung Amanda angguki dengan perasaan bersalah.
"Iya, Bu."
"Berapa hari?"
"Enggak lama kok, Bu. Mungkin seminggu, bisa juga lebih cepat dari itu." Amanda tampak tak yakin karena ia sendiri tidak tahu sampai kapan ia akan tinggal di rumah orang tuanya.
"Aduh, kok mendadak gini? Memangnya ada apa? Apa ada masalah di sana?" Wanita itu menatap serius ke arah Amanda yang menggeleng pelan.
"Enggak, Bu."
"Lah terus kenapa kamu mau pulang?"
"Ibuku yang menyuruh ku untuk pulang ke rumah."
"Tapi bukannya kamu sudah diusir ya dari sana? Lalu kenapa kamu masih mau pulang?"
"Iya, memang benar. Tapi sekarang bapakku yang ingin aku pulang, Bu."
"Begitu ya? Sepertinya orang tua kamu ingin memperbaiki hubungan di antara kalian. Ibu ikut senang dengarnya, tapi apa kamu akan kembali lagi ke sini? Kamu tahu kan, warung Ibu ini rame juga karena kamu, kalau enggak ada kamu nanti pelanggan Ibu pada kabur." Wanita itu menatap memelas ke arah Amanda yang terdiam bimbang.
"Aku juga kurang tahu, Bu. Tapi niatku pulang cuma untuk berkunjung saja, karena orang tuaku yang meminta, jadi kemungkinannya aku masih bekerja di sini."
"Bagus lah kalau begitu, Ibu jadi lega dengarnya. Ya sudah, kalau kamu mau cuti untuk pulang ke rumah orang tua kamu, Ibu izinkan. Toh, kamu juga enggak pernah cuti lama kan selama ini, jadi enggak apa-apa yang penting nanti kamu kembali ke sini lagi ya?"
"Iya, Bu. Terima kasih."
"Oh ya kapan kamu akan berangkatnya?"
"Nanti malam, Bu."
"Kok nanti malam? Enggak besok pagi aja?"
"Kalau malam kan perjalanannya nyaman, Bu. Enggak panas, bisa tidur nyenyak, jadi Rasya juga enggak akan rewel."
"Ya sudah kalau kamu mau berangkatnya nanti malam, hati-hati ya?" ujar wanita itu terdengar tulus yang disenyumi dan diangguki oleh Amanda.
"Tunggu sebentar," pintanya sembari membuka isi dompetnya dan mengambil uang ratusan ribu dari sana.
"Ini uang buat ongkos kamu pulang sekalian juga buat beli oleh-oleh untuk orang tua kamu ya." Amanda yang mendengar itu dibuat bingung terlebih lagi tangannya dipaksa untuk menerima uang tersebut.
"Apa ini, Bu? Enggak usah. Aku masih punya tabungan kok, Bu." Amanda menggeleng kuat, ia benar-benar tidak mau menerima uang yang berjumlah lima ratus ribu tersebut.
"Enggak apa-apa, terima saja. Kamu kan enggak pernah cuti lama atau pulang ke rumah orang tua kamu selama bertahun-tahun, anggap saja ini uang lembur karena di saat yang lain libur, kamu masih setia membantu Ibu. Maaf ya, enggak bisa kasih banyak."
"Tapi kan aku juga sudah digaji waktu itu, Bu."
"Ya enggak apa-apa, berarti ini bonusnya." Wanita itu terus memberikan uang itu di tangan Amanda yang mulai melunak dan mau menerimanya.
"Terima kasih ya, Bu. Seharusnya enggak usah seperti ini, karena selama ini Ibu sudah sering membantuku."
"Enggak apa-apa, ini memang hak kamu kok. Semoga perjalanan kamu lancar ya, terus hubungan kamu dengan orang tua kamu juga membaik." Wanita itu mengusap puncak kepala Amanda yang mengangguk sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK SAHABATKU (TAMAT)
RomanceRaka dibuat tak percaya saat mengetahui Amanda, sahabatnya yang selama ini dicarinya bekerja di kantor yang dipimpinnya. Raka tentu sangat bahagia, ia bahkan berniat memberi wanita itu posisi yang tinggi untuk membantunya. Namun sikap wanita itu jus...