Part 07
Ranti berjalan masuk ke dalam rumah Amanda, ia tampak sungkan berada di sana, karena sepertinya teman lamanya itu memiliki banyak masalah yang tak seharusnya ia ikut campur atau berada di dalamnya. Namun Ranti sendiri juga bingung harus bagaimana sekarang, terlebih lagi saat melihat Amanda tampak kecewa dengan seorang anak yang Ranti sendiri tidak tahu itu siapa.
"Ranti, kamu duduk aja dulu ya? Tante akan ambilkan kamu minuman." Ibunya Amanda tersenyum ke arahnya, yang tentu saja ingin Ranti tolak karena tak ingin merepotkannya.
"Enggak usah repot-repot, Tante! Tadi aku ke sini sudah minum kok."
"Ya enggak apa-apa, Tante ambilkan sebentar ya."
"I-iya, Tante." Ranti menjawab dengan canggung sekaligus bingung di waktu yang sama.
"Ranti, aku mau berbicara dulu ke anakku ya? Kamu bisa menunggu kan?" pamit Amanda yang tengah duduk di sampingnya.
"A-anak kamu?"
"Iya, nanti aku ceritakan ke kamu." Mendengar jawaban Amanda yang Ranti lakukan hanya mengangguk setuju dan memerhatikan temannya itu menatap ke arah bocah tersebut.
"Rasya. Mama mau tanya sama kamu," ujar Amanda terdengar serius, sedangkan bocah itu hanya mengangguk dan memerhatikan wajahnya seolah tak memiliki beban apapun di pundaknya.
"Kenapa kamu tadi bilang ke ibu-ibu itu kalau Mama ini temannya mama kamu?"
"Memangnya kenapa? Bukannya bagus ya?"
"Maksud kamu apa? Bangus apanya?" tanya Amanda tak mengerti, sedangkan ibunya baru saja datang membawa minuman untuk Ranti yang disambut olehnya dengan senyuman. Keduanya memilih untuk tidak berbicara satu sama lain, tentu saja alasannya karena mereka menghargai Amanda yang tengah bertanya serius pada putranya itu.
"Selama ini aku enggak punya ayah, mungkin karena itu orang-orang berani merendahkan Mama, jadi akan lebih baik kalau statusku disembunyikan aja." Rasya menjawab dengan tenang namun mampu mengejutkan semua orang yang berada di sana tak terkecuali Amanda.
"Rasya, Mama direndahkan orang-orang juga enggak ada hubungannya sama kamu, jadi untuk apa menyembunyikan status kamu?" jawab Amanda tak habis pikir.
"Tentu saja ada, Ma."
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Kasih tau Mama alasannya!"
"Karena aku anak haram." Rasya menundukkan wajahnya yang kembali mengejutkan mereka semua.
"RASYA. Kamu ini ngomong apa sih?"
"Kenapa? Kenyataannya memang seperti itu kan? Kalau aku bukan anak haram, kasih tau aku siapa ayahku dan di mana ayahku sekarang?" tanya Rasya yang nyatanya tak mampu Amanda jawab, wanita itu selalu diam acap kali putranya menanyakan pertanyaan yang sama.
"Mama enggak bisa jawab lagi, berarti benar kan kalau aku ini anak haram? Aku enggak pernah punya ayah dan Mama enggak pernah punya suami, dari pada Mama direndahkan seperti tadi akan lebih baik kalau statusku disembunyikan aja kan, Ma?" ujar Rasya yang justru Amanda gelengi.
"Enggak. Kamu itu anak Mama, status kamu enggak perlu disembunyikan meskipun Mama enggak punya suami dan kamu enggak punya seorang ayah, kita tetap ibu dan anak, jadi jangan pernah berpikir untuk berbohong seperti tadi!"
"Oke, aku enggak akan berbohong seperti itu lagi asalkan Mama mau menikah, dengan begitu aku akan punya seorang ayah dan Mama akan punya suami yang bisa melindungi Mama." Rasya menatap serius ke arah mamanya yang terdiam, tentu saja karena wanita itu sendiri tidak ingin menikah, namun saat melihat putranya yang begitu tulus memintanya, rasanya tak tega jika langsung menentangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK SAHABATKU (TAMAT)
RomanceRaka dibuat tak percaya saat mengetahui Amanda, sahabatnya yang selama ini dicarinya bekerja di kantor yang dipimpinnya. Raka tentu sangat bahagia, ia bahkan berniat memberi wanita itu posisi yang tinggi untuk membantunya. Namun sikap wanita itu jus...