Part 15
Raka memerhatikan sekitarnya sedangkan posisinya saat ini sedang berada di depan gerbang sekolah, ia tengah menunggu seorang gadis yang ia tahu bernama Amanda. Sebagai laki-laki, tentu saja ia akan berusaha memenuhi janjinya, namun sudah sepuluh menit ia di sana, gadis itu tak kunjung datang entah kenapa.
"Di mana dia? Apa belum pulang ya? Enggak mungkin sih, ini sekolah aja sudah mulai sepi. Jangan-jangan dia membohongi ku ...." Raka menghembuskan nafas panjangnya, entah kenapa ia merasa sedih memikirkan dirinya dibohongi padahal ia juga baru mengenalnya. Mungkin karena ia sudah terbiasa diabaikan keluarganya, jadi saat ia diperlakukan sama dengan orang lain rasanya benar-benar menyesakkan dadanya.
"Raka," panggil seseorang sembari menaiki motor ke arahnya, yang berhasil menghentikan langkah Raka yang ingin pergi dari sana.
"Kamu datang?" tanya Raka terdengar tak percaya, yang tentu saja diangguki oleh Amanda.
"Ya iyalah, kan aku sudah janji sama kamu."
"Aku pikir ...."
"Kamu berpikir apa? Aku enggak datang?"
"Iya. Tapi kenapa kamu datangnya lama?"
"Aku kan dari kelas unggulan, jadi kadang dikasih tugas tambahan. Kamu sendiri sudah dari tadi di sini?"
"Iya, kamu lama banget datangnya padahal sekolah sudah sepi."
"Aku minta maaf, aku benar-benar ada tugas tambahan tadi."
"Iya, enggak apa-apa."
"Oh ya, kamu sendiri naik apa ke sekolah?" tanya Amanda sembari memerhatikan sekitar Raka, namun tak mendapati kendaraan apapun di sana.
"Hari ini aku naik taksi."
"Naik taksi? Memangnya kamu enggak punya kendaraan apa? Misalnya motor gitu? Kamu kan anak orang kaya."
"Percuma, enggak bisa dipakai juga." Raka mengibaskan tangannya, yang tentu saja membuat Amanda merasa heran dengan jawabannya.
"Kenapa?"
"Karena ...." Raka tentu tidak bisa bilang jika kakinya masih terasa sakit, itu lah kenapa ia tak bisa menyetir motor ataupun kendaraan lainnya.
"Karena aku bosan aja, jadi aku naik taksi. Oh ya, kamu sendiri bisa naik motor seperti ini?"
"Bisa lah, kan ini motor matic, jadi gampang."
"Aku malah enggak bisa, biasanya aku pakai motor yang besar, tapi karena aku lagi bosan, jadi aku naik taksi hari ini."
"Oh begitu? Padahal mengendarai motor matic itu lebih gampang dari pada motor seperti punya kamu, nanti kapan-kapan aku ajari kamu ya?" ujar Amanda sembari tersenyum yang tentu saja diangguki oleh Raka, yang entah bagaimana merasa dipedulikan setelah sekian lama.
"Sekarang kita mau ke kafe kan? Aku bonceng kamu ke sana ya?" Mendengar tawaran Amanda, Raka seketika mengangguk lalu melangkahkan kakinya sembari menahan rasa sakit di kakinya hanya untuk naik ke motor Amanda.
"Sudah?"
"Iya." Raka mengangguk di belakang Amanda, lalu gadis itu melajukan motornya sampai berhenti di kafe yang tempatnya tidak jauh dari sekolah mereka.
"Sudah sampai, ayo masuk!" Amanda menurunkan tubuhnya setelah berhasil memarkirkan motornya, sedangkan Raka hanya mengangguk dengan berusaha berhati-hati untuk turun dari sana.
"Kamu kenapa?"
"Aku enggak apa-apa." Raka menggeleng cepat, yang justru tak membuat Amanda yakin dengan jawabannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK SAHABATKU (TAMAT)
RomanceRaka dibuat tak percaya saat mengetahui Amanda, sahabatnya yang selama ini dicarinya bekerja di kantor yang dipimpinnya. Raka tentu sangat bahagia, ia bahkan berniat memberi wanita itu posisi yang tinggi untuk membantunya. Namun sikap wanita itu jus...