Part 21

1.2K 38 0
                                    

Part 21

Rasya terdiam di sebuah kursi, sampai pada akhirnya neneknya datang dan duduk di sampingnya, dengan tersenyum ramah beliau merengkuh tangan kecil cucunya. Rasya yang melihat neneknya berada di sana hanya bisa tertunduk, itu karena ia yakin neneknya akan menegurnya kali ini.

"Rasya," panggilnya dengan nada lembut.

"Iya, Nek."

"Tadi Rasya kenapa? Kok tiba-tiba pergi?"

"Aku enggak suka sama Om Itu, Nek."

"Enggak suka kenapa? Kan Om itu temannya Mama, ya enggak apa-apa kan kalau mau ke sini?"

"Aku yang enggak mau."

"Kalau boleh Nenek tau, apa alasannya kamu enggak mau Om itu main ke sini?"

"Ya enggak mau aja, nanti Mama suka sama Om itu terus mereka menikah bagaimana?" Rasya menatap ke arah neneknya dengan mata berkaca-kaca, yang tentu saja membuat neneknya merasa bimbang dengan jawabannya.

"Loh bukannya kamu sendiri ya yang mau Mama menikah? Apa Nenek yang salah ingat?"

"Iya, memang aku. Tapi bukan sama Om itu."

"Terus kamu maunya Mama menikah sama siapa?"

"Enggak tau." Rasya menaikkan bahunya, sedangkan neneknya hanya tersenyum lalu Amanda datang menghampiri mereka berdua.

"Amanda? Kamu mau buat minum ya?" tanya ibunya yang digelengi oleh Amanda.

"Enggak, Bu. Vito sudah pulang."

"Loh kok sudah pulang? Kenapa?"

"Sepertinya lagi ada urusan, Bu." Amanda menjawab seadanya yang diangguki mengerti oleh ibunya.

"Rasya, Mama mau bicara sama kamu." Amanda mendudukkan tubuhnya di samping putranya tersebut, yang tampak tenang dan tertunduk.

"Kenapa tadi kamu bersikap enggak sopan ke Om Vito?" tanya Amanda hati-hati, yang kali ini ibunya sahuti.

"Rasya cuma enggak mau kamu dekat dengan Nak Vito, dia takut kamu menyukainya lalu menikah dengannya." Ibunya menjawab dengan lembut sembari mengusap puncak kepala cucunya.

"Ibu sudah tanya kenapa dia enggak suka, padahal kan dia sendiri yang ingin kamu menikah, tapi Rasya bilang iya tapi bukan dengan Vito." Ibunya melanjutkan ucapannya yang dihelaai nafas oleh Amanda.

"Rasya memang seperti itu, Bu. Dari dulu dia memang enggak pernah suka dengan laki-laki yang sedang mendekati ku, dia selalu mengeluh ini dan itu, intinya dia enggak setuju kalau aku dengan laki-laki manapun," jawab Amanda terdengar lelah.

"Mungkin karena laki-laki itu kurang baik untuk kamu, makanya Rasya enggak suka, namanya juga anak kecil, pasti ada kalanya dia merasa enggak cocok."

"Enggak, Bu. Ibu salah. Rasya memang seperti itu dari dulu, dia enggak pernah bisa dekat dengan siapapun terutama dengan laki-laki yang ingin dekat dengan ku." Amanda menghela nafas panjangnya sedangkan Rasya hanya tertunduk penuh bersalah.

"Ya mungkin memang belum ada yang cocok aja di mata Rasya, kamu yang sabar ya?" jawab ibunya bijak, namun sebenarnya bukan seperti itu maksud Amanda.

"Meskipun nanti aku enggak akan menikah, aku enggak apa-apa, Bu, tapi yang aku permasalahkan itu sikap Rasya, dia selalu seperti tadi padahal kan enggak semua laki-laki yang berteman denganku akan menjadi suamiku."

"Sudah-sudah, kamu pasti lelah kan? Sekarang kamu mandi ya? Ibu akan masak buat kamu." Ibunya berusaha menengahi karena sepertinya Amanda mulai kecewa dengan sikap putranya, ia hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi yang mempengaruhi perkembangan mental cucunya.

ANAK SAHABATKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang