Part 18

1K 33 0
                                        

Part 18

Di dalam lift, Raka berdiri di samping teman sekaligus rekan kerjanya yang bernama Vito. Keduanya akan turun ke lantai bawah dan menghadiri meeting yang diadakan di luar kantor, tepatnya di sebuah restoran yang lokasinya tidak jauh dari sana. Namun sebelum pintu liftnya tertutup, seseorang datang dan pada akhirnya pintunya kembali terbuka.

"Amanda, kamu mau masuk? Ayo cepat sini!" Vito melambaikan tangannya sembari tersenyum ke arah seseorang tersebut. Ya, orang itu memang Amanda, yang tengah membawa beberapa alat kebersihan di tangannya, namun ekspresinya tampak terkejut saat menyadari siapa saja yang berada di dalam lift itu.

"Tidak usah, Pak. Anda duluan saja!" Amanda langsung menolak dengan halus sembari tersenyum ramah, tentu saja karena ia tidak mau berada di satu ruangan dengan Raka.

"Ayo masuk aja, enggak apa-apa kok." Vito menarik lengan Amanda untuk masuk ke dalam lift, yang mau tidak mau ia turuti tanpa mau menoleh ke arah Raka yang terus saja meliriknya.

"Kamu mau ke lantai mana?" tanya Vito yang berniat memencet tombol tujuan Amanda.

"Lantai satu, Pak."

"Wah kebetulan banget, aku juga mau ke sana. Tapi ngomong-ngomong kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Pak? Bukannya kita sudah berteman?" tanya Vito terdengar penasaran tanpa menyadari bagaimana Raka memperhatikannya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Iya, tapi di lingkungan kantor, Anda tetap atasan saya, jadi saya harus bersikap sopan," jawab Amanda sembari menundukkan wajahnya, entah kenapa ia tidak ingin menoleh kemana-mana terlebih lagi ke arah Raka.

"Oh begitu? Baiklah. Tapi apa itu artinya aku boleh menemui kamu di luar kantor? Misalnya ke rumah kamu mungkin?" tanya Vito lagi yang kian membuat Raka penasaran dengan hubungan di antara mereka.

"Iya, boleh saja." Amanda mengangguk kaku, ia juga bingung harus menjawab apa, meskipun begitu ia masih berusaha untuk tenang dan memerhatikan angka yang entah kenapa semakin lambat jalannya.

"Serius?" Vito tampak antusias berbeda dengan Raka yang justru terlihat kesal, itu karena Amanda melarangnya untuk datang ke rumahnya, sedangkan Vito justru dipersilahkan ke sana.

"Iya. Sudah ya, Pak. Saya masih harus bekerja, permisi," pamit Amanda cepat-cepat saat pintu lift terbuka, menampilkan suasana di lantai yang paling bawah. Sedangkan Vito tampak tersenyum bahagia sembari melangkah keluar dari lift, berbeda dengan Raka yang terlihat sebaliknya namun berusaha untuk tetap menahannya.

"Kamu mengenal Amanda?" tanya Raka setelah mereka berada di dalam mobil, Vito yang mendapatkan pertanyaan itu tentu saja merasa heran dan menghentikan niatnya untuk menghidupkan mobil temannya.

"Iya, kenal. Kenapa? Apa kamu juga mengenalnya?" tanya Vito yang diangguki oleh Raka.

"Iya."

"Kok bisa? Memangnya kalian kenal di mana?"

"Kamu sendiri kenal Amanda di mana?" tanya Raka serius yang tentu saja ingin Vito jawab di warung, tempat kerjanya Amanda dulu, ia bahkan ingin mengatakan bila wanita itu adalah orang yang diceritakannya waktu itu. Namun ia baru ingat bila Amanda ingin merahasiakan informasi tentang anaknya, sedangkan Vito sendiri sudah pernah cerita ke Raka jika wanita yang disukainya dulu sudah memiliki seorang putra.

"Ya di kantor lah." Vito menjawab bohong.

"Kamu menyukainya?" tebak Raka yang kali ini disenyumi oleh temannya tersebut.

"Iya, dia tipeku."

"Begitu ya?" respon Raka terdengar ambigu untuk Vito dengar, itu karena laki-laki itu terlihat kecewa namun juga pasrah di waktu yang sama.

ANAK SAHABATKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang