Part 22

1.5K 37 0
                                    

Part 22

Amanda kini sedang bersama dengan ibunya, menyiapkan beberapa bahan dan adonan untuk berjualan besok, sedangkan Rasya sudah tertidur lelap di kamarnya. Mereka berdua tampak fokus dengan aktifitas masing-masing, sampai pada akhirnya ponsel Amanda berdering menandakan seseorang sedang menghubunginya. Amanda tentu melihat nama di layarnya, namun setelah tahu siapa yang meneleponnya, Amanda memilih untuk mendiamkannya.

"Kok enggak diangkat, Mand? Kenapa?"

"Aku enggak mau angkat, Bu." Amanda menggeleng pelan sembari kembali ke aktivitasnya, namun ekspresinya tampak tak nyaman.

"Memangnya siapa yang sedang menghubungi kamu?"

"Bu Siti."

"Siapa dia?"

"Bosku dulu, Bu."

"Pemilik warung tempat kamu bekerja dulu?"

"Iya."

"Kenapa enggak kamu angkat?"

"Aku takut, Bu."

"Takut kenapa?" tanya ibunya terdengar khawatir.

"Ya kan Ibu tau kalau aku sudah enggak bisa balik ke sana lagi, sedangkan Bu Siti pasti sangat berharap aku kembali. Aku cuma takut mengecewakan dia aja, Bu, makanya aku enggak angkat teleponnya."

"Memangnya apa salahnya kalau kamu angkat dan berbicara baik-baik? Dia pasti mau mengerti."

"Enggak mungkin."

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?"

"Enggak apa-apa," jawab Amanda seadanya namun ekspresinya tampak ada yang ganjal, itu karena Amanda tahu bagaimana sifat dari bosnya tersebut, terlebih lagi karena dirinya juga lah warungnya banyak pelanggan, ia mungkin tak akan dibiarkan untuk berhenti.

"Ya sudah kalau begitu, terserah kamu aja," ujar ibunya yang hanya Amanda angguki lalu keduanya kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing, namun kembali terganggu saat ada seseorang mengetuk pintu.

"Siapa itu, Mand?"

"Enggak tau, Bu."

"Kamu buka dulu sana!" pinta ibunya yang hanya Amanda angguki sembari mendirikan tubuhnya dan berjalan ke arah ruang tamu rumahnya.

"Siapa?" tanya Amanda sembari menarik kenop pintunya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Raka ada di hadapannya, dengan cepat Amanda kembali menarik pintunya untuk ditutup namun terhenti karena lengan Raka yang menghalanginya.

"Amanda," panggil Raka dengan suara serak membuat wanita itu tertegun beberapa saat walau masih setia menahan pintunya.

"Apa yang kamu lakukan di sini sih? Bukannya aku sudah bilang ya, jangan datang ke rumahku!" ujar Amanda terdengar tak tenang, tentu saja ia tidak mau Raka ada di sana terlebih lagi masuk ke rumahnya.

"Tanganku sakit."

"Kalau begitu tarik tangan kamu dan pergi dari sini!"

"Aku enggak mau."

"Enggak usah kekanak-kanakan! Pergi enggak kamu dari sini, atau aku akan semakin menekan pintunya sampai tangan kamu putus." Amanda mengancam Raka, ia sendiri sudah kebingungan harus bagaimana supaya laki-laki itu mau pergi dari rumahnya.

"Coba aja kalau kamu tega sama aku," jawab Raka yang justru menantang Amanda, membuat wanita itu tersenyum tak percaya dan bahkan semakin menekan pintunya membuat Raka berteriak kesakitan.

"Aakhhh, sakit Mand. Tolong buka pintunya!" Raka menggedor-gedor papan itu dengan tangan satunya, yang tentu saja membuat kebisingan untuk ibunya Amanda.

ANAK SAHABATKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang