Part 19
Di meja kantin, Raka menaikkan salah satu alisnya saat mendapati Vito tersenyum ke arahnya dan melewatinya begitu saja. Raka tentu saja merasa heran dengan sikapnya, namun saat temannya itu berjalan ke arah sebuah meja, di saat itu lah ia tersenyum sembari menggeleng pelan. Itu karena ternyata Vito akan menghampiri Amanda, yang tengah makan siang di meja paling ujung.
Sebagai seorang teman, Raka tentu saja setuju jika temannya itu ingin mendekati Amanda, karena ia sendiri sangat mengenal kepribadiannya yang memang baik dan supel ke semua orang tanpa memandang statusnya. Begitupun dengan Amanda, Raka sendiri memang tidak mengerti kenapa wanita itu membencinya, namun yang pasti dia juga orang baik sama seperti Vito, temannya.
Raka tentu sangat mendukung hubungan keduanya andai nanti mereka benar-benar bersama, selain itu Raka juga berharap dengan hubungan mereka, Vito bisa mencari tahu kenapa Amanda begitu membencinya. Karena sebanyak apapun Raka memikirkannya, ia belum bisa mendapatkan jawabannya.
Raka selalu berusaha mengingat kejadian di mana ia bersama dengan Amanda saat terakhir kalinya, saat itu ia mabuk dan tenggelam ke kolam, Amanda lah yang menyelamatkannya dan bahkan dia juga yang mengantarkannya pulang. Raka sendiri tak mengingatnya, ia mengetahui cerita itu dari teman-temannya yang lain. Namun setelah hari itu, Amanda menjauh entah kenapa dan satu bulan kemudian Raka justru mendengar bila sahabatnya itu pergi dari rumah sedangkan saat ia menanyakannya pada orang tuanya, mereka justru mengusirnya tanpa mau memberitahu apapun tentang masalah apa yang menimpa Amanda.
Raka menghela nafas panjangnya, ia tentu masih merasa penasaran, namun usahanya untuk kembali berteman dengan Amanda tak pernah membuahkan hasil, sebaliknya wanita itu justru semakin marah dan sangat membencinya. Sekarang harapannya hanya pada Vito, temannya itu menyukai Amanda dan kemungkinan besarnya akan bersamanya, mungkin suatu hari nanti ia bisa mencaritahu semuanya.
Di sisi lainnya, Vito menyunggingkan senyumnya sembari duduk di kursi yang berada di depan Amanda, sedangkan di tangannya ada nampan yang laki-laki itu letakkan di meja. Amanda yang sedang bersama dengan Ranti tentu saja sempat terkejut, namun ia berusaha untuk tetap dan tersenyum ramah karena mau bagaimana pun laki-laki itu tahu tentang putranya.
"Hai," sapanya hangat.
"Hai ...." Amanda tersenyum canggung, berbeda dengan Ranti yang terlihat bingung.
"Aku boleh kan makan di sini?"
"Boleh kok, Pak."
"Dia siapa, Mand?" bisik Ranti lirih sembari sesekali melirik ke arah Vito yang memerhatikan keduanya.
"Dia Pak Vito."
"Kok kamu bisa kenal sama dia?"
"Iya, kebetulan aja. Kenapa?" tanya Amanda yang digelengi oleh temannya tersebut.
"Enggak apa-apa," jawabnya.
"Oh ya, Pak, perkenalkan ini namanya Ranti, dia teman saya sejak kecil." Amanda menunjuk ke arah Ranti yang tersenyum sembari menunduk, jika dilihat dari name tag-nya tentu saja Ranti merasa heran kenapa Amanda bisa mengenal seorang manager di perusahaan tempat mereka bekerja.
"Saya Ranti."
"Saya Vito. Kamu temannya Amanda sejak kecil? Berarti rumah kalian cukup dekat ya? Atau malah jauh?" tanya Vito penasaran.
"Iya, rumah kami cukup dekat, orang tua kami sudah bertetangga sejak lama." Amanda menjawab sopan yang diangguki mengerti oleh Vito.
"Oh begitu? Aku mengerti, ya sudah lanjutkan saja makan kalian, aku juga akan makan sekarang."
"Iya, Pak." Amanda menjawab sopan sedangkan Ranti hanya mengangguk, tentu saja ia merasa tak nyaman berada di sana, namun ia juga tidak bisa mengusirnya karena jabatan laki-laki itu lebih tinggi darinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK SAHABATKU (TAMAT)
RomanceRaka dibuat tak percaya saat mengetahui Amanda, sahabatnya yang selama ini dicarinya bekerja di kantor yang dipimpinnya. Raka tentu sangat bahagia, ia bahkan berniat memberi wanita itu posisi yang tinggi untuk membantunya. Namun sikap wanita itu jus...