Part 17

883 34 0
                                    

Part 17

Amanda menatap benci ke arah Raka yang begitu mudahnya mengatakan kalimat kerinduan pada ayahnya yang sudah tiada, Amanda sendiri yakin jika Raka belum mengetahui apa yang sudah terjadi, namun entah kenapa ia merasa tidak bisa memahaminya dan marah padanya.

"Jangan berbicara tentang keluarga ku!" pinta Amanda terdengar serius yang lagi-lagi membuat Raka merasa bingung, karena sahabatnya itu begitu banyak berubah, ia tidak diperbolehkan melakukan ini itu seperti tidak boleh dekat dengannya, menyentuh wajahnya, dan sekarang tidak boleh berbicara tentang keluarganya.

"Kenapa kamu jadi banyak mau sih sekarang?"

"Bukan urusan kamu!" jawab Amanda yang tak membuat Raka bisa sabar lagi untuk menghadapinya.

"Aku harus berbicara sama kamu," ujar Raka serius ke arah Amanda lalu beralih ke arah Ranti yang terlihat khawatir saat ini.

"Dan untuk kamu, kamu bisa pulang sekarang!" Raka menatap ke arah Ranti yang tentu saja merasa ragu untuk meninggalkan Amanda di sana.

"Tapi, Pak ...."

"Saya enggak mau mendengar alasan apapun, kamu harus pergi dari sini atau kamu enggak bisa kembali bekerja di perusahaan ini." Raka kembali mengancam Ranti yang mau tidak mau harus ia turuti permintaannya kali ini.

"I-iya, Pak. Saya akan pergi dari sini, saya permisi dulu." Ranti menjawab cepat lalu menoleh ke arah Amanda yang masih berusaha melepaskan diri dari tangan kekar Raka.

"Aku pergi dulu ya, Mand." Ranti berpamitan pada temannya itu, yang hanya bisa ditatap sendu oleh Amanda saking frustasinya ia ditinggal sendiri di sana.

"Ikut aku!" pinta Raka sembari menarik tangan Amanda ke arah kursi, ia ingin membuat wanita itu merasa nyaman untuk menceritakan apa yang sudah terjadi di antara mereka, karena di hari-hari sebelumnya perdebatan mereka selalu berada di situasi yang kurang mengenakkan.

"Duduk!" pinta Raka sembari menunjuk sebuah kursi tunggu yang mau tidak mau Amanda turuti permintaannya.

"Aku benar-benar muak dengan perubahan kamu, Mand. Meskipun kamu sudah enggak bisa baik lagi ke aku, setidaknya kasih tau aku alasannya kenapa kamu jadi berubah seperti ini? Dengan begitu aku bisa meminta maaf dan kalau perlu menjelaskannya andai memang aku yang bersalah." Raka menepuk dadanya beberapa kali sedangkan situasi di sana sudah sepi tidak ada karyawan lagi, hanya ada satpam yang masih berjaga sampai malam.

"Kamu pikir aku enggak muak dengan sikap kamu yang kaya gini? Aku bahkan sangat muak, andai aku bisa berhenti dari pekerjaan ku sekarang, aku pasti sudah melakukannya sejak awal." Amanda menatap tajam ke arah Raka yang terlihat lelah dengan jawabnnya, karena wanita itu selalu membahas hal lain yang tidak berhubungan dengan masalah mereka saat ini.

"Kenapa kamu enggak berhenti saja kalau begitu?"

"Kamu pikir aku enggak mau? Aku bahkan sangat menginginkannya, tapi peraturan di perusahaan kamu itu terlalu gila. Mana ada pegawai seperti ku yang ingin berhenti dari sini, masih harus membayar uang sepuluh juta untuk ganti rugi?"

"Memangnya kenapa? Kamu keberatan membayarnya?" tanya Raka dengan nada tenangnya yang kian membuat Amanda merasa geram.

"Ya iya lah, aku aja lagi butuh uang, masa aku harus bayar ganti rugi sebesar itu? Yang benar aja," keluh Amanda kesal lalu merapatkan bibirnya merasa bodoh saja setelah menyadari apa yang baru diucapkannya.

"Kamu butuh uang?" tanya Raka yang tiba-tiba merasa kasihan dan melupakan rasa kesalnya pada Amanda.

"Enggak," elak Amanda cepat.

"Jelas-jelas tadi kamu bilang butuh uang."

"Kalau iya memangnya kenapa sih?"

"Aku bisa bantu kalau kamu mau."

ANAK SAHABATKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang