Part 12

809 39 0
                                    

Part 12

Amanda membersihkan beberapa ruangan yang berada di lantai lima, di sana ia tampak bahagia dan merasa lebih lega, terlebih lagi ia juga bisa melihat Ranti yang sedang bekerja. Meskipun begitu, ia tetap bersikap profesional dan terus menyelesaikan semua pekerjaannya.

"Amanda," panggil Hani yang entah sejak kapan sudah berada di sana, sedangkan ekspresi wajahnya tampak ketakutan dan resah terutama saat menghampiri Amanda.

"Ada apa, Kak?" tanya Amanda kebingungan.

"Kamu tau Pak Raka kan?" tanyanya yang diangguki kaku oleh Amanda.

"Tau. Kenapa, Kak?"

"Dia mau kamu kembali bekerja di sana, atau kalau enggak, aku yang akan dipecat." Hani berujar serius yang berhasil mengejutkan temannya tersebut.

"Ha? Maksudnya bagaimana, Kak?"

"Intinya kamu harus cepat ke lantai sepuluh dan bersih-bersih di sana, aku enggak mau lagi pindah ataupun menggantikan kamu, karena kalau kamu masih tetap ada di sini, aku yang akan di pecat dari kantor ini." Mendengar jawaban Hani, Amanda tampak mulai resah karena itu artinya kesempatannya untuk tidak bertemu dengan Raka semakin tipis bila ia kembali bekerja di sana.

"Aku minta maaf, Mand. Untuk kali ini aku enggak bisa bantu kamu, karena taruhannya itu pekerjaanku sendiri dan aku enggak mau kehilangan ini karena cuma ini mata pencaharian ku."

"Begitu ya, Kak? Ya sudah kalau begitu aku akan kembali ke sana. Maaf ya, Kak." Amanda tertunduk penuh keterpaksaan, di dalam hati tentu saja ia merasa tertekan.

"Iya, kamu baik-baik di sana ya, karena kalau melihat ekspresi Pak Raka, sepertinya dia sedang marah besar. Kamu tau kan dia siapa? Kamu enggak akan bisa berbuat apa-apa kalau dia yang meminta."

"Aku enggak tau dia siapa? Memangnya Raka siapa, Kak?" Mendengar itu Amanda menatap tanya ke arah Hani, karena ia sendiri memang tak mengerti.

"Jangan panggil namanya aja, kamu harus memanggilnya dengan sebutan Pak Raka karena dia CEO di kantor ini." Hani sempat panik saat Amanda memanggil nama bos mereka, namun dengan nada pelan-pelan ia menjelaskannya.

"Apa? CEO?" tanya Amanda terdengar terkejut, karena ia sempat berpikir kalau Raka cuma karyawan biasa di sana.

"Kenapa? Kamu baru mengetahuinya? Jangan bilang kalau kamu sudah buat masalah sama Pak Raka, dia itu putranya Pak Hendra, pemilik perusahaan ini yang terkenal kejam."

"A-aku enggak membuat masalah apa-apa kok, Kak. Aku cuma baru tau aja kalau Pak Raka itu CEO ...." Amanda menundukkan wajahnya, tentu saja ia merasa takut sekaligus gelisah setelah mendengar status Raka.

"Baguslah kalau begitu, sebaiknya kamu cepat ke sana dan jangan sampai membuat masalah sedikit saja, oke?" ujar Hani yang Amanda angguki dengan penuh keraguan.

"Iya, Kak. Kalau begitu aku pergi dulu ya."

"Iya, semangat ya!"

"Iya, Kak. Terima kasih."

Dengan rasa terpaksa, Amanda kembali ke lantai di mana Raka juga berada di tempat yang sama, ia mau tak mau harus membersihkan ruangan-ruangan yang ada di sana. Artinya ia akan semakin sering bertemu dengan laki-laki itu, sesuatu yang bahkan ingin ia hindari sejak dulu.

Di sisi lainnya, Raka tengah termenung di kursinya dengan ekspresi resah, sesekali jarinya mengetuk meja kerjanya yang berada di depannya. Raka tentu saja sedang memikirkan Amanda, ia bingung kenapa wanita itu bisa membencinya.

"Aku sudah membuat hidup Amanda menderita? Maksudnya apa ya? Apa gara-gara menyelamatkan aku dulu, dia jadi mengalami trauma? Atau jangan-jangan dia punya penyakit karena aku?" Raka mulai khawatir sekarang andai dugaanya itu memang benar.

ANAK SAHABATKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang