14. Yang Ditakutkan

4.9K 440 165
                                    

Udah dzikir?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah dzikir?

Ingat ini cuma fiksi, kalo ada baiknya boleh diambil, kalo ada jeleknya jangan dicontoh, oke?

Happy Reading 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Satu Syawal akhirnya tiba, Husain dan keluarga merayakannya di rumah Eyang. Ini bukan pertama kalinya Husna bertemu dengan Eyang dan keluarga yang lainnya, pasalnya mereka juga sering ke Malang, jadi Husna sedikit tau tentang keluarga Husain terutama keluarga dari Eyang Aisyah.

Syawal kali ini sangat berbeda untuk Husna, malam sebelumnya mereka menginap dan hari ini sejak pagi sampai sore hari, ada saja tamu yang berkunjung, belum lagi tahun ini adalah giliran keluarga Eyang Herman yang mengadakan jamuan untuk keluarga dari pihak beliau, Husna baru tau jika keluarga dari Eyang Herman sangat banyak, berbeda dengan keluarga Eyang Aisyah.

Malam harinya, setelah rumah cukup sepi, Husna dipersilakan untuk istirahat jika lelah dan Husna langsung mengiyakan, dia sangat lelah walaupun hanya bersalaman dan membantu di dapur menyiapkan makanan.

Sampai di kamar, Husna langsung membersihkan tubuhnya dan naik ke kasur. Husain yang baru menyusul langsung duduk di sebelah Husna.

"Cape ya?" tanya Husain sambil memijat kaki Husna.

Husna tidak menjawab tapi mengulurkan tangannya. "Pijat tangan aja, pegal banget."

"Ngelunjak," ucap Husain sambil terkekeh tapi tetap menurut.

"Udah coba telepon Ibu lagi?" tanya Husain dibalas gelengan oleh Husna. Sejak tadi pagi Husna dan Husain mencoba menelepon Ibu, tapi tidak diangkat satupun. Husna juga menelepon Bukdenya, bertanya kabar dan meminta maaf, Husna juga menanyakan keadaan Ibunya, Bukde bilang mereka baik-baik saja dan terlihat sudah pergi sejak pagi dan belum kembali.

"Nanti kita pulang ke Malang lebih cepat aja ya, kita coba ke rumah Ibu sama Bukde," ucap Husain lagi. Husna hanya diam.

"Biasanya kalo lebaran kaya gini, kamu suka kemana?" tanya Husain mencoba mencairkan suasana.
"Ga kemana-mana, selesai sholat biasanya aku langsung ke rumah Bukde, di rumah Bukde cuma diam atau tidur."
"Ibu?"
"Ibu ga pernah mau rayain, aku ajak sholat juga ga mau, beberapa tahun ini aku selalu sholat sama Tita."
"Tita adik kamu itu ya?"
"Hm."

Husain bangun dan berpindah ke sisi lain untuk memijat tangan dan kaki Husna yang satunya.

"Kata Bunda, mereka ke Bandung besok, tapi motor aku masih di bengkel, jadi kita nyusul lusa, tapi kalo kamu mau, kamu bisa ikut naik kereta besok."
"Engga ah, aku sama kamu aja."
"Ga mau ditinggalin nie," ledek Husain yang langsung dibalas pukulan oleh Husna.

Harsa HusnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang