ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Ga mungkin, orang aku baru aja haid, wlee!!" Husna menjulurkan lidahnya mengejek Husain."Kapan? Barusan aja kamu dari masjid."
"Engga, aku dari kelas, terus ke depan masjid buat tunggu Cia."
"Oalah, pantes sensian," gumam Husain pelan lalu masuk dan segera mengganti bajunya.
Husna juga melakukan yang sama, setelah seharian mereka melakukan banyak hal, Husna merasa sangat lelah. Mereka juga sudah mulai menjalani persiapan ujian akhir dan persiapan masuk universitas. Husain yang memang sudah jelas tujuannya, terlihat lebih sibuk dibanding Husna yang belum tau akan melakukan apa setelah lulus nanti.
"Mas Ucen, aku mau jujur, tapi jangan marah ya?" ucap Husna membuat Husain menoleh dah mendekat.
"Apa?" tanya Husain.
"Sebenarnya..."
Husna diam, Husain mengerutkan keningnya menunggu tidak sabar.
"Apa sih? Kalo ga jadi, aku gigit kamu ya!" tanya Husain lagi.
"Sepatu kamu yang di teras belakang dipipisin sama Ucul, terus aku cuci dan jemur di belakang, tapi pas tadi sore aku lihat, hilang sebelah sepatunya," cicit Husna pelan.
"Sepatu yang mana?"
"Yang warna biru."
Husain langsung berlari ke teras belakang memastikan apa yang Husna katakan. Husna juga mengikutinya dan memanggil Husain mengatakan jika sepatunya sudah di rak.
"Kok bisa sih, Na? Itu mahal, Husna, lagian udah dibilangin kalo ga diawasin, si Ucul di kandang aja," keluh Husain frustasi.
"Ya maaf, aku juga ga tau bakal hilang. Aku ganti deh ya? Aku ada tabungan kok. Kamu jangan salahin Ucul. Maaf ya, Mas?"
Husain tidak menjawab dan kembali ke kamar. Husna masih mengikuti sambil terus meminta maaf. Husain masuk tanpa mengindahkan Husna, dia langsung naik ke kasur dan memunggungi Husna yang masih berdiri di sisi ranjang.
"Maaf, Mas. Una ganti ya?" cicit Husna.
Husna takut, dia berusaha untuk tenang. Apa Husain benar-benar marah?
Setelah beberapa saat diam, Husain berbalik dan mengulurkan tangannya, menyuruh Husna untuk naik ke ranjang. Husna menurut dan beringsut mendekat. Husain langsung memeluknya dan mengembuskan napas pelan.
"Itu Sepatu kesukaan aku, By. Hadiah dari Mas Hasan," ucap Husain pelan.
"Maaf, besok Una cari sampai ketemu ya?"
Husain tidak menjawab dan malah mengeratkan pelukannya. Husna juga memilih diam. Setelah lebih dari sepuluh menit, Husna sedikit mendongak dan menatap Husain.
"Ucen marah?" tanya Husna.
"Sedikit, tapi gapapa, itu cuma sepatu."
"Maaf, Mas Ucen."
"Gapapa, Sayang."Husain terdengar mengembuskan napas, kembali memeluk Husna dan menyuruhnya untuk tidur jika memang tidak ada yang akan dikerjakan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa Husna
Espiritual(Privat acak, follow sebelum baca) Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka sama seperti definisi bahagia yang Husna inginkan? Husna hanya ingin tenang, melupakan dan melenyapkan semua masalahnya. Itu rencana Husna dalam...