24. Menyerah?

3.5K 381 242
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHusain berlari secepat mungkin tapi tetap kalah cepat dengan mobil yang menabrak Husna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Husain berlari secepat mungkin tapi tetap kalah cepat dengan mobil yang menabrak Husna.

Husna terpelanting cukup jauh dan mobil itu pergi begitu saja. Husain masih berlari mendekat ke arah Husna yang sudah tidak sadarkan diri. Darah mulai membasahi baju Husna. Warga di sekitar dengan cepat berkerumun dan membantu Husna. Salah satu dari mereka menawarkan diri untuk mengantar ke rumah sakit, Husain langsung menggendong Husna ke mobil warga tersebut dan membawanya ke rumah sakit.

Sepanjang jalan, Husain mencoba menyadarkan Husna dengan terus memanggil namanya pelan, tapi percuma.

Sampai di rumah sakit, Husain masih diantar bapak-bapak pemilik mobil, membawa Husna ke UGD untuk segera diperiksa dan ditangani.

"Hubungi dulu orang tua kamu, mereka pasti khawatir," ucap bapak itu daingguki Husain.

Husain menghubungi Ayah dan memintanya untuk segera datang, setelahnya dia hanya duduk di depan ruangan UGD yang tertutup rapat. Husain menunduk, apa lagi ini? Kenapa cobaan mereka tidak berhenti barang sejenak?

Tidak sampai lima belas menit, Ayah dan Bunda sampai, Husain masih diam dan bapak-bapak yang mengantar Husain yang menjelaskan. Bunda langsung menangis dan memeluk Husain.

"Gimana keadaannya?" tanya Bunda, Husain hanya menggeleng, dia juga tidak tau, dokter belum keluar sejak tadi.

"Keluarga pasien?"

Mereka menoleh dan menghampiri dokter yang baru keluar.

"Ada retakan di tempurung kepala, sepertinya benturannya sangat keras, retakannya harus segera ditangani atau bisa pendarahan lebih parah dah merusak jaringan otak halus, selain itu tulang betisnya patah, kita harus lakukan tindakan operasi secepatnya," ungkap dokter tersebut.

Husain tidak bisa memberi reaksi apa pun, bayangan Husan yang terpelanting keras masih jelas di pikirannya.

Ayah menyuruh Husain dan Bunda untuk duduk, dan Ayah yang akan mengurus sisanya. Husna akan dibawa ke ruang operasi, entah operasi seperti apa yang akan Husna jalani, Husain tidak menyimak apa yang dokter katakan.

Setelah mengurus administrasi rumah sakit, Ayah bebicara dengan bapak yang mengatar Husain ke rumah sakit, bertanya tentang kronologi lengkap tabrak lari tersebut dan berterima kasih telah membantu Husain. Ayah juga menelepon ndalem untuk meminta tolong mengurus masalah di TKP dan membawa pulang motor Husain.

"Sholat dulu, udah asar," ucap Ayah kepada Husain dan Bunda. Bunda mengangguk dan langsung berdiri, tapi Husain masih diam.

"Husain."
"Nanti."
"Sekarang."
"Buat apa sholat? Allah ga jawab doa aku, Allah ga pernah lindungi Husna, buat apa sembah Allah?!"
"Husain!"

"Ayah duluan aja, nanti Bunda sama Husain nyusul," lerai Bunda sambil mengusap lengan Ayah dan menyuruhnya segera pergi. Bunda kembali duduk dan memeluk Husain, awalnya Husain menepis tapi kemudian terdiam saat pelukan Bunda mengerat.

Harsa HusnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang