16. Balik Pondok

4.3K 409 224
                                    

Gimana puasanya? Masih aman kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana puasanya? Masih aman kan?

Jangan lupa voment 😠🩷

Happy Reading.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Setelah pulang dari Bandung dan kembali ke Jakarta, keesokan harinya keluarga Husain langsung terbang ke Malang. Mereka mengambil penerbangan pagi dan sampai sekitar pukul sebelas siang. Husna was-was saat turun dari mobil jemputan, takut jika ada yang melihat.

"Ke ndalem dulu ya, Na. Ada yang mau Bunda kasih," ucap Bunda menyadarkan Husna dari lamunannya. Husna mengangguk, turun terakhir dan langsung masuk ke ndalem setelah mengucapkan salam.

Setelah bersalaman dengan Kiai dan Nyai, Husna duduk diam di sebelah Husain.

"Ini buat kamu," ucap Bunda memberikan amplop coklat kepada Husna.
"Ini apa Bun?"
"Gaji kamu selama bantu di toko, Bunda samain sama yang lain, ditambah THR sedikit."

Husna kaget, dia membantu di toko atas kemauannya. "ga usah, Bunda. Aku kan cuma bantu sedikit."

Husna mengembalikan uangnya tapi Bunda tidak mau.

"Kamu kan kerja sama kaya yang lain, ambil aja buat bekal."
"Aku bantu di toko karena senang, aku ikhlas-"
"Bunda juga ikhlas, ambil."

Bunda dan Husna saling mendorong uang itu di atas meja, Husain berdecak lalu mengambilnya membuat semua orang menatapnya.

"Ambil, Na. Lumayan buat beli bakso," ucap Husain lalu memasukkan uang itu ke dalam tas Husna.

Husna menunduk malu, bisa-bisanya Husain seperti ini.

"Terima kasih, Bunda," cicit Husna.

Bunda terkekeh dan mengangguk.

Mereka kembali mengobrol sampai dzuhur tiba. Husna disuruh untuk sholat di kamar Husain dan ikut makan siang sebelum ke asrama. Husna menurut dan sesegera mungkin melaksanakan sholat.

Tadinya Husna ingin membantu beres-beres dan membuat makan siang, tapi saat dia keluar kamar, perutnya mendadak mual.

"Eh kenapa, Na?" tanya Nyai saat melihat Husna yang mual.

"Gapapa, Mbah," jawab Husna.

"Masuk angin mungkin. Kamu sama Husain hujan-hujanan terus sih, belum lagi angin karena naik motor. Kamu istirahat aja sana," sahut Bunda lalu memberikan minyak kayu putih. Husna menolak tapi setelah sedikit paksaan, Husna akhirnya menurut.

Husna kembali ke kamar, duduk di pinggir ranjang dan tiba-tiba teringat sesuatu dan memegang perutnya. Tidak lama kemudian Husain masuk dan berjongkok di depan Husna dengan pandangan khawatir.

Harsa HusnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang