بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Azkia, Aisyah, dan Nadine baru saja selesai mengikuti kajian, mereka memutuskan untuk duduk sejenak di taman kecil milik pesantren."Huh, seneng banget ya kajian kali ini yang ngisi gus Aidan" ucap Nadine.
"Bener, ilmu nya mantep banget."
"Kamu pasti bangga banget ya Ai punya abang kayak gus aidan?," lanjut Azkia.
"Bangga sih, tapi ada juga sisi yang buat aku selalu kesel kalo lihat dia," ucap Aisyah menggeleng gelengkan kepalanya.
Mereka tertawa pelan.
"By the way aku belum cerita ya ke kalian?."
"Cerita apa, Azkia?."
"Iya, cerita apa kak?."
Azkia menceritakan kejadian kemarin waktu ia membuang sampah di depo.
"Wah berani banget dia" ucap Nadine.
"Iya, terus tumben gus Aidan ga marah? biasanya kalo dia tau kayak gitu pasti langsung di hukum tuh santriwan" tambah Aisyah.
"Mungkin moodnya lagi bagus "lanjut nadine, Lagi lagi mereka tertawa.
"Tapi jujur, aku juga heran sama kamu Azkia," ucap Nadine membuat Azkia menatapnya.
"Heran, kenapa?" tanya Azkia.
"Ya kamu, kan sepertinya umurmu juga sudah mencukupi, tapi ketika banyak para ikhwan yang ingin mencoba meluluhkan hatimu selalu saja kamu tolak, padahal biasanya yang coba deketin kamu tuh dia juga berkelas" ucap Nadine.
Azkia menggelengkan kepalanya "Nadine, Nadine" ucapnya.
"Kalau mau jadi imamku, coba luluhkan dulu hati kedua orang tuaku, kalau berhasil Insyaallah hati ku ikut luluh, karna insyaallah aku selalu yakin, pilihan orang tuaku selalu yang terbaik untukku" ucap Azkia membuat dua temannya ikut menggeleng gelengkan kepalanya.
"The real limited edition sih ini" ucap Aisyah.
"Bener! bangga banget aku punya temen kayak kamu, selain jadi temen kamu juga bisa jadi contoh buat kita" lanjut Nadine.
"Ya kan Ai?."
"Bener kak Nadine."
Dibalik itu, ada seseorang yang tak sengaja mendengar percakapan mereka.
____________
Gus Aidan tengah muraja'ah hafalan di kamarnya.
"Sadaqallahul'adzim."
Gus Aidan menutup kitabnya lalu meletakkannya di tempat semula.
Ia memperhatikan setiap sudut kamarnya.
"Kalau mau jadi imamku. Coba luluhkan dulu hati kedua orang tuaku, kalau berhasil Insyaallah hati ku ikut luluh, karna aku selalu yakin, pilihan orang tuaku selalu yang terbaik untukku."
"awas jangan naksir bang."
"Astaghfirullah kenapa saya jadi terbayang-bayang Azkia dan perkataan Aisyah?."
"Azkia, saya kagum dengan kata katamu tadi pagi" gumamnya sendiri.
Setelah itu ia menyadari bahwa waktu Ashar akan segera tiba, gus Aidan segera bersiap siap untuk berangkat ke masjid.
"LO KALO MAU WUDHU, TUH SEBELAH SANA KOSONG JANGAN BURU BURU IN GUE" ucap Elsa.
"M-maaf, ashar akan segera tiba, aku cuma takut kalau nanti telat ke masjid" jawab Azkia.
"PUNYA MATA?! TUH LIAT SEBELAH SONO KOSONG JANGAN DI SINI."
Azkia mengangguk. "Baru kosong sepertinya, mohon maaf" Azkia segera pergi meninggalkan Elsa.
"Bahkan saat dia membentakmu. Kamu masih bersikap sopan, Azkia," Batin gus Aidan memperhatikan kegaduhan kecil yang terjadi di tempat wudhu.
"Assalamualaikum, afwan gus? anta ngapain di sini?" tanya ustadz Ali.
Gus Aidan menoleh cepat "Tidak ustadz, tadi saya tidak sengaja melihat sedikit kegaduhan di tempat wudhu santriwati."
"Lalu bagaimana gus? apakah sudah tidak ada apa apa?."
"Alhamndulilah sudah tidak apa apa ustadz, yasudah kalau gitu ayo masuk" gus Aidan dan ustadz Ali mulai memasuki masjid.
Mata Azkia terlihat sedikit berkaca kaca "Kak? kak Azkia kenapa?" tanya Aisyah penuh penasaran.
"Tidak apa apa, Ai" jawab Azkia mengusap air matanya yang hampir jatuh.
"Azkia Kenapa?" kini Nadine mencoba bertanya.
"T-tadi di tempat wudhu ada Elsa, dia wudhunya lama banget soalnya pakai becanda dulu sama temennya, nah aku cuman bilang "maaf, apakah bisa sedikit cepat?" tapi dia langsung bentak bentak aku, aku paling ga bisa di bentak.. hiks" air mata Azkia berhasil lolos, Aisyah dan Nadine yang melihatnya merasa sangat tidak tega.
Azkia yang memiliki hati lembut, di bentak bentak, Aisyah dan Nadine sangat mengerti perasaan Azkia saat ini.
"Udah ya kak, kakak yang sabar.. kalau misalnya kakak ga nyaman sama perilakunya kak Elsa tadi, kakak bisa langsung lapor ke pengaman pondok atau langsung ke ndalem aja bilang ke umma, umma kenal deket sama kak Azkia kan?" ucap Aisyah.
Azkia mengangguk "Sudah tidak apa, tidak usah di bahas, ayo pakai mukenah" Azkia mengalihkan topik pembicaraan.
____________
Aisyah dan Aidan sedang bersantai di ruang TV.
"Bang tau ga sih?."
Aidan menggelengkan kepalanya.
"Tadi waktu di masjid, kak Azkia nangis."
Gus Aidan mendongak "Apa karna Elsa?" tanya gus Aidan.
Aisyah mengangguk "Abang kok tau?."
"Tadi sebelum abang masuk masjid, abang engga sengaja lihat kegaduhan mereka."
"Tau tapi kok ngga di cegah?."
"Aisyah, itu area wudhu santriwati, bagaimana nanti kalau abang masuk situ tiba tiba banyak santriwati yang tidak memakai hijabnya? atau bahkan auratnya bertebaran dimana mana."
Aisyah mengangguk "Ya juga sih."
"Terus bagaimana?."
"Yasudah kak Azkia nangis, jujur sih aku engga tega waktu lihat kak Azkia nangis, dia orang baik, hatinya lembut tapi di perlakuin seperti itu."
Gus Aidan berdehem.
"Abang kayaknya harus ngasih kak Elsa peringatan deh."
"Tunggu kalau dia bikin ulah lagi, peringatan meluncur ke dirinya," gus Aidan menatap adik bungsunya.
•
•
•Terimakasih jangan lupa vote dan komennya yaa!!!
Mampir juga ke akun tiktok @sukanuliswp2 . Karna nanti spoiler bab cerita ini, akan di post di sana 👍🏻
Sampai jumpa di bab selanjutnya👋🏻🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMANIS CINTA GUS AIDAN
RomansaAidan Rizqulla Putra Hakim nama lengkapnya, di kenal dengan sebutan gus dingin karna tingkat kecuekannya yang melebihi kulkas 1000 pintu. Namun jangan di remehkan, di balik kecuekannya ia nekat mengkhitbah salah satu santriwatinya tanpa sepengetahua...