3.0

430 45 1
                                    


"Om sama tante, kemana?"  Tanya Alea, kini ketiganya telah sampai di rumah megah Ciara yang nampak sepi.

"Bunda ikut ayah ke Semarang, kak"

"Bisnis?" Ciara mengangguk pelan. Alea dan Radhea saling tatap paham.

Cklek!

Pintu kamar terbuka, Radhea masih setia memapah Ciara yang lemah. Hingga ia mendudukkan Ciara dipinggir ranjang, mendorongnya perlahan untuk berbaring kemudian memakaikan selimutnya.

"Makasih kak Lea, Dhea. Maaf Ara ngerepotin.."

"Apaan sih? yang kerepotan siapa?"

"Lagian kakak suka kok direpotin kamu ehehe.." Candaan Alea berhasil membuat Ciara tertawa kecil namun Radhea mendelik tak suka.

"Ciee.. Dhea cemburu.."  Ciara menoleh pada Radhea yang kini melebarkan kedua matanya.

"A-apaan sih kak, siapa coba yang cemburu"

"Trus kenapa ekspresi wajah kamu gitu?"

"Jijik aja denger kak Lea centil sama Ara" Balasnya seraya bergidik. Ciara menggelengkan kepala dan memejamkan matanya yang memanas.

"Itu namanya cemburu haha ngaku deh.." 

"Sttt kak, kasian Ara harus istirahat.." 

"Iya-iya.." 

"Kak Lea sama Dhea pulang aja, Ara gapapa kok" Kini Ciara bersuara dengan kedua mata yang masih terpejam.

"Gak, kita disini aja. Iya kan kak?" 

"Heem, lagian gak ada kegiatan ini.." Bungkam, Ciara enggan lagi menimpali kedua gadis yang terduduk di sampingnya. 







"Iya ma, kasian kan kalo kita tinggalin.."

....

"Gapapa kan kalo Lea sama Dhea nemenin Ciara malem ini?" 

...

"Kita gak nakal kok mah.."

...

"Oke mah, see you ."

Tut.. Tut..

Alea memutuskan panggilan, setelah menghubungi ibundanya, gadis itu kini berada di dapur rumah Ciara. Menyiapkan makan malam untuk mereka dengan bahan yang tersedia dan kemampuan minimnya.

Sementara Radhea masih asik memperhatikan wajah damai nan pucat milik Ciara, sesekali mengalihkan pandangan pada ponselnya. 

Ciara masih tertidur pulas namun berkali-kali gadis itu mengigau menyebut namanya, itu sebabnya Radhea enggan beranjak dari sana.

"D-Dhea.. "  Radhea menegakkan tubuhnya mendengar suara lemah Ciara. 

"Hai Ara, ada yang sakit?"  Ciara menggeleng,

"Mau minum??"  Kini gadis itu mengangguk, Radhea dengan sigap menariknya terduduk dan menyodorkan gelas. 

"M-maaf.." 

"Kenapa minta maaf?"

"Ara ngerepotin" 

"Gak ngerepotin kok, kalo Dhea yang sakit, Ara juga pasti ngerawat Dhea kan?"  Ciara mengangguk, mencipta senyuman ikhlas dari bibir Radhea. 

"Di sekolah tadi, apa Ara bikin Dhea gak nyaman?"  

"Maksudnya?" 

"Seharian ini, Ara merhatiin Dhea. Ara gak tau apa yang salah dari Ara. Tapi Ara rasa, Dhea menjaga jarak dari Ara dan gak peduli sama Ara.."  Radhea terdiam, nada bicara Ciara menyiratkan begitu besar kesedihan yang dipendamnya. Kedua matanya pun bergetar dan mengembun.

"Kalo emang Ara punya salah, tolong maafin Ara dan jangan diemin Ara. Ara gak kuat hiks.." 

"A-Ara.."  Ia dengan cepat berpindah duduk mendekati Ciara dan memeluknya hangat. Ciara bukan gadis yang cengeng namun kali ini, ia berusaha mencurahkan perasaannya.

Ceklek!

Radhea menoleh pada Alea yang baru saja memasuki kamar dan terheran melihat Ciara menangis perih di pelukan sang adik. Alea mengangguk dan terduduk di tepi ranjang bagian lainnya kala melihat Radhea memberikan isyarat padanya.

"Ssstt.. Ara gak salah kok, gak salah apa-apa. Dhea yang lagi banyak pikiran. Maaf kalo Dhea cuekin Ara tadi.."

"Hiks.. t-tapi kenapa pas Dhea sama yang lain, Dhea keliatan asik banget?"

Alea menatap wajah adiknya, mengerutkan kening seakan bertanya tentang sikap sang adik pada Ciara. Radhea menghela nafas dan memejamkan mata sesaat.

"Maafin Dhea, itu gak akan terulang. Janji.." 

Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Radhea enggan mengatakan alasan sebenarnya, ia takut Ciara tersinggung dan mungkin malah sengaja menjauhinya nanti.







HOMELESS (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang