Beberapa hari kemudian.
Radhea tengah berbincang dengan teman-teman sekelasnya, terlihat bahwa kini hubungan mereka malah semakin akrab. Gadis itu melirik kearah bangku kosong di dekat jendela dan terdiam.
Ciara tak kunjung terlihat, gadis itu belum masuk sekolah hingga saat ini namun Radhea sama sekali tak mencari informasi tentangnya.
Ia seakan melupakan sahabat karibnya begitu saja, bahkan saat Alea dan Reka mencoba memberitahunya pun, ia selalu menyela pembicaraan dan mengalihkan topik obrolan yang membuat Alea dan Reka kini malas berbincang dengan Radhea yang egois menurut mereka.
"Woy !!"
"H-hah?" Kaget Radhea kala Vio menepuk pahanya.
"Ngelamun mulu lo, mikirin Ciara yaa?"
"Cieeee.. kangeen ya?"
"Apaan anjirr! gak ya, gak ada!"
"Tapi btw.. si Ara kemana? udah berapa hari dia gak masuk" Tanya Monica seraya menatap bangku kosong milik Ciara.
"Mana gue tau!"
"Jahat banget sama pacar sendiri.."
"Kalian ngomong gitu lagi, gue cekek satu-satu ya..!!" Ancam Radhea seraya menatap mereka tajam.
"Hihh.. ngeri..haha.." Radhea pun ikut tertawa bersama mereka namun pikirannya tertuju pada Ciara.
Sore harinya, Radhea yang baru saja menyelesaikan aktivitas mandinya berjalan kearah balkon kamar. Dengan handuk yang masih mengalung di lehernya juga rambutnya yang basah, ia menatap kearah jalanan yang menuju ke rumah Ciara.
Gadis itu terdiam sesaat, ada perasaan rindu yang sampai detik ini terasa semakin membengkak. Ia mengambil ponselnya diatas ranjang, mencari kontak Ciara dan menekan ikon panggilan dengan ragu-ragu.
Tut.. Tut..
Radhea berbinar kala menyadari bahwa Ciara menerima panggilannya.
"C-Ciaraa.." Panggilnya gugup namun tak ada jawaban.
"Halo Ara.. " Berulang kali ia memanggil nama Ciara namun gadis itu sama sekali tak menjawab.
Tut.. Tut..
Radhea mengernyit heran, panggilan terputus. Ia kembali menekan tombol panggilan namun kini nomornya tak aktif. Tangannya meremas ponsel tersebut dan melemparkannya keatas ranjang dengan kesal.
Tanpa Radhea ketahui kini Ciara tengah menatap ponselnya dengan airmata yang mengalir di pipinya. Betapa bahagianya Ciara hanya karena mendengar suara Radhea memanggil namanya namun ia tak ingin Radhea tahu bahwa kini ia masih dalam kondisi yang tak baik-baik saja, gadis itu memilih mematikan ponselnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Kak Lea.. " Radhea yang baru saja keluar dari kamarnya melihat sang kakak yang juga baru keluar dari kamar, ia mengejarnya.
"Hmm?"
"Kakak tau kabar Ara?" Alea membalikkan tubuh menatap sang adik dengan sebelah alis terangkat.
"Tau, kenapa?"
"Ara, baik-baik aja kan?"
"Penting??" Jawabnya seraya kembali berjalan kearah pintu.
"Kak please.."
"Apa?"
"Aku cuma pengen tau kabar Ciara, kak.."
"Buat apa? bukannya kamu udah punya banyak temen baru yang lebih asik?" Balas Alea dengan senyuman sinisnya.
"Ck.." Radhea menatap Alea dengan frustasi, Alea hanya menatapnya datar kemudian pergi meninggalkan Radhea yang kini terduduk di teras rumahnya.
Gadis itu menatap Reka yang tersenyum hangat kala Alea berjalan kearahnya. Seketika ia mengingat setiap senyuman manis Ciara yang selalu di tujukan padanya.
Radhea bangkit dan berjalan cepat ke luar gerbang, melewati Alea dan Reka yang menatapnya kebingungan.
"Dhea kenapa?" Tanya Reka, Alea mengedikkan bahunya.
"Tau, yuk jalan.."
Ding.. Dong..
Ding.. Dong..
"Araa.. "
Ia menekan bel rumah berulang seraya berteriak memanggil Ciara.
Rumah megah itu terlihat sepi, bahkan garasi rumah Ciara pun kosong."Ciaraa.."
Kini ia meneriaki jendela kamar Ciara yang berada tepat diatas kolam ikan di samping rumah tersebut. Namun nihil, tak ada sedikitpun tanda-tanda kehidupan disana.
Dengan lemas Radhea keluar dari sana dan pulang ke rumahnya.
"Apa mungkin Ara ikut bunda sama ayah ke luar kota?" Terkanya seraya duduk diatas sofa ruang tamunya.
Ia menghela nafas panjang, entah karena lelah berjalan atau karena perasaan rindu yang tak tersampaikan. Yang jelas kini wajah cantik dan senyuman manis Ciara terbayang-bayang dalam benak Radhea.
Hari berganti.
Radhea baru saja akan mengeluarkan sepedanya dari garasi namun suara klakson mobil membuat perhatiannya teralih dan menghampiri sebuah mobil hitam di depan gerbang.
"MORNING RADHEAAAAAA..." Sapa ketiga gadis di dalamnya dengan ceria.
"Tumben banget"
"Cepetan deh, lo mau kita telat?" Radhea tersenyum lebar kemudian masuk ke dalam mobil.
Mobil mulai melaju keluar dari komplek perumahan, Radhea terdiam sementara ketiga gadis lainnya asik berbincang tentang apapun yang mereka anggap seru.
Brugh!
Radhea keluar dari mobil kemudian berjalan beriringan dengan ketiga gadis lainnya. Thea merangkulnya seraya mengedarkan pandangan entah mencari apa.
Sementara Vio dan Monica asik memainkan ponselnya di belakang Radhea.
Mereka akhirnya sampai, memasuki kelas dan saling pandang kaget. Melihat Ciara telah berada di bangkunya, Thea melirik Radhea kemudian mendorong tubuhnya kearah bangku Ciara. Ciara nampak tak sadar jika Radhea kini berdiri di hadapannya dengan gugup, gadis itu terlihat asik dengan sebuah novel di tangannya.
"Ciaraaa.." Monic dengan sengaja berteriak memanggil Ciara membuat gadis tersebut seketika mendongak dan terpaku tatap dengan kedua mata Radhea.
Deg.. Deg..
Tak lama, Ciara memutuskan kontak mata mereka dan menoleh ke arah Monica dkk.
"Lo kemana aja?"
"Sakit?"
"Ada yang tersiksa rindu tuh.." Celetukan Thea membuat seisi kelas ikut menertawakan Radhea yang wajahnya kini memerah. Ciara menatap Radhea dengan tak minat dan kembali menatap novelnya.
Radhea masih dalam posisinya, ia menoleh pada Thea dan memberikan jari tengah kearahnya. Gadis itu kemudian berjalan kearah lain dan duduk di bangku yang sama dengan Vio.
Ciara hanya meliriknya dengan ekor mata, ia pun terheran mengapa Radhea tak duduk di sampingnya namun enggan bertanya dan malah mengundang ejekan yang akan membuat Radhea semakin menjauhinya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMELESS (GxG) (COMPLETED)
Genç Kurgu"Aku kehilangan arah, ceria dan tawa. Yang lebih parah dari semua, aku kehilangan Rumah!"