16.0

537 51 0
                                        


"Bagaimana? apa sudah ada kabar?" 

"Belum dok, polisi masih mencari ponsel dan barang-barang korban yang hilang"

"Hah.. kasihan gadis itu.."

"Tunggu, gadis itu memakai seragam sekolah kan?"

"Betul dok, ada apa?"

"Bawa seragamnya ke ruangan saya.."

"Baik dok.."

Setelah kepergian si perawat, sang dokter menatap sendu kearah pasiennya yang terbaring lemah di ruang ICU. Dokter tersebut menghela nafas kemudian berjalan pergi menuju ruangannya.













Keesokan harinya.

"Silahkan masuk.." 

"Terimakasih .."

"Sebelumnya perkenalkan saya Dr. Hanna dari Rumah sakit Cipta. Begini pak, apa di sekolah ini ada siswi bernama Ciara Herlambang? dan apa boleh saya minta nomor keluarganya?"  Tanya sang dokter pada kepala sekolah.

"Tunggu sebentar, saya carikan data muridnya.."

"Terimakasih pak.."

Radhea menegakkan tubuhnya kala mendengar suara guru memasuki kelas. Gadis itu mengernyit melihat seorang perempuan dewasa yang memakai pakaian formal di samping sang guru. 

Merasa tak begitu penting, ia kembali merebahkan kepala diatas lipatan tangannya dan menghadap tembok, menatap kursi kosong milik Ciara.

"Ciara.. " gumamnya penuh kerinduan, Radhea mengangkat kepalanya mendengar perempuan dewasa tadi menyebutkan nama gadis yang ia rindukan. Tatapan para murid pun mengarah padanya.

"Ciara Herlambang.." 

"Kamu kenal?"  Tanya si wanita formal pada Radhea.

Srettt!

"A-anda tau dimana Ciara?"  Gadis itu berdiri dan menatap penuh pengharapan pada wanita di depannya. 

Si wanita tersenyum kemudian menatap guru di sebelahnya.
"Saya sudah membicarakan ini dengan kepala sekolah. Saya meminta izin untuk membawa--"

"Radhea.."  Timpal sang guru memberitahukan nama muridnya, si wanita mengangguk.

"Membawa Radhea ke Rumah Sakit"

"R-rumah sakit?"  Gumam Radhea lirih, jantungnya berpacu semakin cepat dan menghentak.
Tatapan teman-teman sekelasnya pun mengarah padanya dengan ekspresi kaget dan sendu.











Alea, Reka, Radhea dan Syifa berada dalam mobil. Menuju tempat dimana mereka bisa menemukan Ciara yang beberapa hari ini mereka cari. 

Radhea nampak begitu gelisah, Alea di sampingnya. Gadis itu melihat keresahan sang adik kemudian menggenggam tangannya berusaha menenangkan.

Mobil terhenti di pelataran parkir sebuah gedung Rumah Sakit. Radhea bergegas keluar dan berlari masuk, Alea dan Syifa mengejarnya sedangkan Reka masih harus memarkirkan mobilnya.

"Dimana Ara?"  Tanyanya terburu pada seorang perawat, namun perawat tersebut malah menatapnya bingung.

Radhea kembali berlari dan berusaha mencari Ciara. Ia kembali menarik seorang perawat dan menanyainya.

"S-sus, dimana Ara??" 

"Maaf, anda mencari siapa?" 

"Ara sus, dimana Araaa.."  Ulangnya tak sabar, si perawat semakin di buat keheranan.

"Dhea.." 

"Maaf sus.."  Alea dan Syifa datang tepat waktu, kedua gadis itu menarik Radhea dan membawanya berjalan menuju resepsionis.

"Permisi sus, pasien bernama Ciara Herlambang.." 

"Pasien masih berada di ruang ICU"  Jawab sang perawat seraya menunjuk kearah ruangan yang dimaksud.

"Terimakasih.." 

Alea dan Syifa mengapit Radhea diantara mereka, takut jika Radhea malah membuat keributan seperti tadi. 

Ketiganya sampai di ruangan yang dimaksud namun tak ada yang diizinkan masuk karena jam besuk pun telah berlalu. 
Mereka hanya bisa melihat Ciara dari jendela kaca yang berada di samping ruangan. 

Kedua gadis itupun di buat kaget, membekap mulut masing-masing kala melihat kondisi Ciara yang terbaring disana. Radhea menatap lekat kearah Ciara, tak seperti Alea dan Syifa yang kini menangis, Radhea tak bisa lagi mengeluarkan air matanya.

Berbagai alat medis terlihat menancap ditubuhnya, juga kain perban yang menutup bagian kepala, tangan dan kaki Ciara, tak lupa dengan alat penyangga leher. Mereka yakin bahwa kondisi Ciara sekarang tidak bisa di sebut baik-baik saja.

"Ara.. Ciaraa.. "

"Bangun.."

"Ara maafin Dhea, bangun sayang bangun.."

Alea mendekap tubuh sang adik, ia dihadapkan dengan 2 derita sekaligus. Kedua adiknya dalam kondisi yang tidak baik. 

Radhea tak memperdulikan sang kakak, tatapannya masih terfokus pada Ciara disana, jemarinya mengetuk-ngetuk pelan jendela berkaca tebal tersebut berharap Ciara mendengar dan bangun dari tidurnya.

Reka baru saja sampai, bersamaan dengan datangnya kedua orang tua Ciara. 
Sang ibu menangis histeris melihat keadaan anak tercintanya hingga tak sadarkan diri. 
Sang suami dengan bantuan Reka kemudian membawanya ke salah satu ruangan dan memanggil dokter. 

"Kak, bangunin Ara, kak.."

"D-Dhea.. hiks.."  Alea semakin mengeratkan pelukan meski sang adik tak memberikan respon apapun padanya.
Syifa hanya diam, membekap bibirnya dengan air mata yang mengalir deras.

Gadis cantik di dalam sana terlihat menghawatirkan dengan kondisi raga nya namun gadis di hadapannya teramat mengenaskan dengan kesakitan bathinnya.






















HOMELESS (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang