Ciara terdiam dengan tatapan kearah Radhea yang sedari tadi sibuk mengunyah makanannya sesekali melirik ponsel yang berada di sampingnya. Gadis itu menghela nafas jengah, ia tak pernah menyukai aktivitas seperti itu.
"Pergi aja, temen-temen kamu nungguin kan!" Radhea menatapnya, dengan susah payah menelan makanannya.
"Gak, Dhea gak akan kemana-mana!"
"Tatapan itu?" Gumamnya heran dalam hati menyadari tatapan asing yang Ciara berikan.
Sreet!
Ciara bangkit dari kursinya dan berjalan kearah kamar, Radhea dengan cepat mengejar kemudian menggenggam tangannya.
"Mau kemana? makan dulu Ara"
"Bisa gak sih Dhea jangan kayak gini?"
"Maksudnya?"
Gadis itu hendak membuka mulutnya namun diurungkan, ia melepas cengkraman Radhea dan meneruskan langkahnya.
"Pergi Radhea!"
Brugh!
Radhea mematung di posisinya, nada bicara dan tatapan Ciara padanya tak seperti biasanya. Ia menatap telapak tangannya kemudian berjalan lemas menuju meja makan, mengambil ponselnya dan keluar dari rumah itu tanpa berpamitan.
"Apa Ara jahat?"
"Tapi Ara gak mau kalo Dhea terus bersikap seenaknya.." Ciara menatap keluar jendela kamarnya dan terdiam melihat Radhea yang kini masuk ke dalam sebuh mobil yang ia yakini berisikan ketiga gadis yang ia kenal.
"Gak! Ara gak jahat!"
Srekk!
Dengan kesal ia menutup tirai kamarnya dan berjalan kearah ranjang, merebahkan tubuhnya.
Beberapa hari kemudian.
Radhea menatap geram kearah Ciara yang kini tengah tertawa bersama Alea, Reka dan beberapa teman barunya dari kelas lain.
Ia mengepalkan tangan, Ciara bisa seceria itu dengan oranglain namun padanya, gadis itu hanya menatapnya datar bahkan beberapa hari ini Ciara seperti sengaja membuatnya tak terlihat.
Ia mengeratkan rahang dan pergi dari sana dengan perasaan marahnya.
"Eh Ra, minggu ini kita mau nonton, lo gabung kan..?" Permintaan sekaligus pertanyaan itu terlontar dari seorang gadis bernama Syifa.
"Iya Ra, emang gak bosen belajar mulu.." Keluh Reka diangguki yang lain.
"Hm.. liat nanti ya .."
"Yahhhhh.. ikut dong, jarang-jarang kan" Ciara menatap satu persatu wajah gadis di hadapannya. Mereka terlihat serius dengan ajakan itu.
"Oke-oke, jam 10 an ya.."
"Yeaaaay.. Kakak jemput, oke?" Usul Alea, Ciara tersenyum dan mengangguk.
"Cih! jemput pake apa? Lo pasti nyuruh gue jemput lo kan?" Sindir Reka membuat gadis lain menahan tawa.
"Sialan Reka!!"
Ciara berjalan santai menuju kelasnya setelah menghabiskan waktu istirahat bersama teman-teman barunya. Gadis itu menundukkan wajah seraya memainkan ponsel, hingga tak menyadari bahwa seseorang tengah menunggunya kemudian menariknya begitu saja ke dalam sebuah ruangan sepi.
"Akhh.." Jeritnya kecil karena cengkraman kuat orang tersebut pada tangannya.
"Radhea.." Orang tersebut Radhea yang kini menatapnya dengan tatapan masih kesal. Ciara hendak pergi namun Radhea kembali menariknya.
"Apa salah aku?"
"Hah??"
"Kenapa Ara gak pernah liat Dhea sekarang? Ara bersikap seolah Dhea gak ada!" Ciara menatapnya datar dan terkekeh kecil.
"Bukannya itu kamu?"
"Apa?"
"Dhea yang buang Ara! Dhea yang jauhin Ara dan gak nganggap Ara ada kan?"
"A-aku.."
"Udahlah.. Ara cape terus-terusan ngalah sama Dhea. Dhea pengen ini kan? pengen punya temen yang bisa cari topik obrolan kan? yang asik kan?" Radhea terdiam menatap Ciara yang kini menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sekarang, Dhea udah dapet apa yang Dhea mau. Terus apa? Dhea nyalahin Ara, iya?"
"Karena memang sampe kapanpun, Ara bukan orang yang pantes buat jadi temen Dhea!!"
Gadis itu pergi darisana, meninggalkan Radhea yang masih mencerna perkataannya.
"Lo kenapa sih diem mulu?"
"Gak asik banget jadi orang!"
"Lo gak bisa cari topik obrolan lain hah?"
Radhea tersenyum getir, nyatanya kini ia memang mendapatkan teman yang selalu bisa mencari topik pembicaraan namun selalu membuatnya merasa tak bisa melakukan itu.
Gadis itu menitikan air mata, merindukan Ciara yang selalu menghargai dan menyukai apapun yang ia bicarakan. Ciara yang mampu memaklumi setiap tingkah anehnya dan Ciara yang selalu menjadi pendengar terbaiknya.
"I-ini salah gue hiks.. "
Gadis itu berjalan tertunduk menuju kelas, Alea dan Reka tanpa sengaja berpapasan dengannya. Ia memalingkan wajah berusaha menghindari namun nyatanya kedua gadis tadi seakan tak melihatnya. Membuat raut wajahnya semakin sendu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOMELESS (GxG) (COMPLETED)
Fiksi Remaja"Aku kehilangan arah, ceria dan tawa. Yang lebih parah dari semua, aku kehilangan Rumah!"