20.0

631 54 1
                                        

Dentingan sendok dan garpu terdengar memenuhi area makan di dalam rumah mewah sebuah keluarga.

Arya, sang kepala keluarga melirik anak bungsu nya yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanan di piringnya. Tatapannya teralih pada sang istri dan anak sulungnya yang juga nampak memperhatikan tingkah si bungsu.

"Radhea, makan yang benar!" Titahnya lembut namun terdengar tegas. Radhea meliriknya sekilas namun tak mengindahkan ucapan sang ayah.

"Kamu mau makan yang lain? Mama buatin ya?"

Sreeeet!

Gadis itu bangkit dari tempat duduknya dan hendak meninggalkan area makan, namun si anak sulung menghela nafas dan menahannya.

"Radhea! duduk!" Radhea terdiam, menatap sang kakak dengan tatapan datarnya.

"Lea, jangan terlalu keras sama adik kamu" Ujar sang ibu seraya mengusap tangan Alea.

"Gapapa mah, biar dia tau kalo kita peduli sama dia! biar dia sadar kalo dengan sikapnya yang seperti ini, gak akan bikin Ciara kembali !" 

Radhea mengepalkan tangannya, namun tatapannya masih sama seperti tadi dan hari-hari sebelumnya.
Gadis itu memilih pergi dan tak ingin menghiraukan pemikiran keluarganya saat ini.

Ketiga orang disana hanya menatap kepergian si bungsu, sang ayah menghela nafas dan meneguk minuman dalam gelas, berusaha meredakan amarah yang hendak meledak.

"Gak ada gunanya kamu bicara seperti itu, Alea.." Alea menatap penuh pada sang ayah.

"Lea kesel pah, Dhea pikir cuma dia yang merasa kehilangan?!" 

"Kamu tau pasti apa yang bikin adik kamu seperti itu" Alea terdiam, ia membenarkan ucapan sang ayah. Alea tahu pasti bagaimana perasaan Radhea saat ini, namun ia pun tak tahan melihat tingkah sang adik.

"Pelan-pelan, papa yakin suatu hari nanti Radhea bisa mengikhlaskannya."





Di dalam kamar, Radhea terduduk di atas ranjangnya. Sebuah novel dalam genggaman. Gadis itu nampak terfokus dengan bacaannya, itu bukan kebiasaan atau hobi Radhea dan entah kapan awalnya, hingga kini ia lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian dengan beberapa novel bersamanya.

Deringan telpon yang sedari tadi berbunyi pun nampak tak menarik minatnya. Ia meraih ponselnya dan menekan tombol power, mematikannya. Tak ingin siapapun dan apapun mengganggu waktu istimewanya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, teriknya siang berganti teduh malam. Radhea masih dengan posisinya, tak sedikitpun beranjak untuk sekedar mengistirahatkan kedua matanya yang semakin lelah.

Hingga beberapa waktu kemudian ia menyerah, kedua matanya terpejam dengan novel yang masih dalam genggaman.











Riuh ramai gelak tawa dan percakapan para murid di sepanjang koridor sekolah nampak tak mengundang minat Radhea yang berjalan santai dengan wajah tanpa ekspresinya. 

Gadis itupun sama sekali tak menghiraukan beberapa murid yang bertanya atau sekedar basa-basi padanya.

Ia sampai di kelasnya, tatapannya tertuju pada bangku nya sendiri kemudian terduduk disana.
Vio, Monica dan Thea menatapnya dari kejauhan, menghela nafas dan saling bertukar pandangan.

"Dia beda banget gak sih?"

"Kek hidup tapi mati!"

"Tapi mungkin kalo gue di posisinya juga bakal bersikap sama"

"Hah.. udahlah gak usah ngomongin dia!" 

Pelajaran di mulai, Radhea melirik kearah kursi kosong di sampingnya. Kemudian menatap guru di depan kelas yang tengah menerangkan.

HOMELESS (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang