Bab - 3

49.4K 1.3K 28
                                    

''Jadi siapa tuh?" Tanya ibuku. Ini ibu-ibu kepo banget kaya anak muda yang kehausan gossip. Aku pasti menggeleng dengan gaya cantik buat nolak ngasih tahu bukannya pelit cuma aku punya firasat kurang baik kalau hal nggak jelas ini sampai bocor ke ibuku. Bisa-bisa kupingku bakal panas selama dua minggu lebih di gossipin satu keluarga besarku. Gossip yang aneh dengan garis besar 'NANA PACARAN DENGAN PRIA BERUMUR' mau dimana muka cantikku ini di simpan? 

''Nana ... Kasih tahu dong?" Rengeknya dengan nada penuh kemanjaan. Astaga ibuku tersayang jadi centil begini kalau sudah menyangkut masalah laki. 

"Berani berapa?" Tanyaku setelah nggak sengaja liat iklan sepatu di Televisi yang di tonton ibuku.

"Perhitungan amat sama ibu sendiri" Jawabnya sengsi.

"Bukan perhitungan, Bu, cuma aku lagi memanfaatkan sesuatu yang kupunya" Pinter amat aku ini kalau urusan seperti ini. Maaf, ya, Bu ...? Aku nggak punya duit lagi buat beli sepatu. Uang jajan aku udah abis nih. 

"Gimana? Kalau nggak mau juga nggak papa kok, aku mau ke atas lagi nih" Aku cepat berjalan ke lantai atas dengan gerakan seperti biasa, malu dong kalau aku keliatan banget pengen sepatu baru. 

"Ya udah, ibu kasih bayarannya" Suara pasrah ibuku terdengar begitu indah di telingaku. Aku begitu menikmati kenyataan yang akan terjadi kalau besok aku punya sepatu baru. Nggak kalah saing sama Maura. 

"Bu, tapi kita harus bikin perjanjian hitam di atas putih"Tawarku setelah duduk di seberang ibuku. "Ya ampun, Nana, kamu tuh banyak maunya" Ibuku tanpa sadar menepuk jidatnya sendiri. 

"Siapa bilang banyak?" 

"Sok cerita dulu. Soal perjanjian mah gampang" 

"Asal jangan kasih tahu siapa-siapa ya ...?" Pintaku berusaha buat mencegah kebocoran dari bibir ibuku. 

Ibu mengangguk sumringah. 

"Cowok itu ketemu di nikahan, Kak Alana, Bu, namanya Kentara Dimas" Jelasku nggak semangat. Jelas banget aku nggak doyan Om-om kaya gitu. Aku ini masih doyan cowok yang seumuran biar nggak cepat kebawa tua. 

Ini ibu malah bengong. Aduh aku nyesel cerita kalau tahu bakal kaya gini mah. 

"Ih ... Nana, di suka sama Om-om kece" Ledeknya senang banget nggak ketulungan saat mendengar putrinya jadi target fedofil. Apa emang hasrat ibu yang nggak kesampaian waktu muda dulu pengen jalan sama Om-om? 

"Aku nggak suka dia, Bu ... !" Kataku cemberut. "Tapi dari mana ibu tahu dia udah Om-om?" Kan aku belum cerita umurnya, malah aku belum tahu. Atau jangan-jangan ibu mantan pacarnya? Ih ngeri!! 

"Taulah ... Abis Kent itu pengusaha muda yang sukses banget di Bandung. Tau nggak?" Aku menggeleng. "Yang ibu baca di majalah, Kent, itu baru tiga puluh empat tahun" Oh. 

"Ih ... Ibu! Tua banget!!!" Aku makin nggak bersemangat saat dengar umurnya. Lemes deh. 

"Nggak ah, matang malah. Tapi emang buat kamu mah ketuaan" 

Hwak ... 

"Aku juga nggak mau sama dia, Bu!" Aku nggak bisa bayangin kalau jalan sama dia. Aku pasti di kira gadis muda yang haus duit sama belaian Om-om. 

"Yakin? Nanti malah suka yang tua-tua" 

Aku udah kesal gila dengan pertemuan keduaku ini, sekarang malah di goda kaya gini? Jijay banget! Apa ibu nggak tahu kalau putri tercantiknya ini banyak yang ngantri buat minta jadi pacarnya? Dan sekarang Om-om tua mau mendekatiku kalah saing dong, Om! Sama yang muda-muda. 

"Kok malah ngedoain sih? Aku nggak mau nerima doa yang ini ah ... Jelek banget doanya!" Sungutku kesal mampus. 

"Doa ini udah bagus banget tahu. Nana itu lawannya harus yang berpengalaman biar bisa menjinakkan sifat jelek yang ada pada Nana" Mulai lagi deh ceramah berkepanjangan. Apa nggak wajar kalau aku ini? Egois-Pemaksa-Mau menang sendiri-Dan masih banyak sifat lainnya. 

Kentara DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang