"Kak Alana!!" Jeritanku sungguh membahana dari depan rumah sampai bagian belakang. Tak lupa pelukan kasih sayang yang bisa membuat badan linu-linu kuberikan pada Kakak sepupuku yang paling baik. Sesampainya di depan rumah Om Rifa aku langsung turun dari mobil untuk memeluk Kak Alana yang sudah berdiri menunggu.
"Nana." Kata Alana lembut sambil tersenyum.
"Woy lepasin, kasian tau." Tubuhku ditarik ke belakang, sampai pelukan kerinduanku pada Kak Alana terputus.
Kak Ghea!
"Lan, apa kabar?" Tanya Kak Ghea memeluk tubuh mungil Kak Alana dengan lembut.
"Baik," Jawabnya tersenyum.
Sumpah, ya, aku rindu momen begini, saat masih kecil kita pasti sering ketemu walau beda kota. Tapi sekarang, kita yang tinggal di satu kota, Jakarta, jarang sekali ketemu sibuk dengan urusan masing-masing.
"Ayo kekamar." Ajak Alana menarik kedua tangan kita.
"Awas jangan teriak-teriak." Pesan orangtua yang sedari tadi melihat kita cekikikan.
-
"Kangen kalian berdua." Bisik Kak Alana yang sudah berbaring di tengah-tengah kita diatas ranjang kamarnya.
"Sama atuh." Aku sudah menyamping dan memeluk tubuh Kak Alana. "Ih wangi banget" Hidungku menelusuri leher Kak Alana.
"Na, geli ih." Racau Kak Alana berusaha mendorong kepalaku.
"Nana, jijik banget dah." Jidatku di timpuk bantal sama Kak Ghea.
"Apasih." Lenganku semakin erat memeluk pinggang Kak Alana.
"Aww.. " Kata Alana spontan saat aku tidak sengaja menekan pinggangnya cukup keras.
"Lan, baik-baik aja kan?" Kak Ghea sudah duduk dan memperhatikan Kak Alana secara detail.
"Aku baik-baik aja kok, itu sakit cuma kepentok meja makan." Jelas Kak Alana dengan senyum khasnya.
Ah bohong.
"Mana, coba liat sini." Nada suara Kak Ghea serius. "Jangan bilang suami kamu.. "
Suami Kak Alana mukulin. Ah gila, gila ini mah. Awas aja kalau benaran dia mukul Kak Alana, ku suruh Kent buat balas."Nggak kok, Leo nggak-, Akh"
Aku dan Kak Ghea dengan cepat menjempit badan Kak Alana. Bagian atas tanggung jawabku, sedangkan yang bawah milik Kak Ghea.
"Serius, aku nggak apa-apa" Kak Alana mencoba melepaskan diri.
"Bohong."
Tangan Kak Ghea menarik kaos di bagian pinggang Kak Alana dan bercak-bercak merah muncul dibeberapa titik, pinggang dan perut.
"Lan-"
"Ini.. " Pipi Kak Alana berubah merah.
"Ini mah bekas gigi manusia." Potong ku yang kembali berbaring di sebelah Kak Alana. "Aku juga sering dapat bekas gini tapi nggak separah punya Kakak."
Wajah Kak Alana semakin merah. Bahkan telinganya ikut merah.
"Parah, baru kali ini nyesel ngejomblo." Cerutu Kak Ghea.
"Kak, boleh tanya? Enak nggak gituan?"
"Nana!" Pekik Kak Alana
"Woy bocah!!" Bantal kedua mendarat di jidatku.
-
"Apartemen baru." Jelas Kent, membuka kunci pintu dan kita berdua masuk.
Kent dengan cepat mendorongku ke dinding setelah pintu tertutup, bibirnya dengan tergesa-gesa mencium setiap permukaan wajahku. Aku yang merasa nggak kuat berdiri secepat mungkin melilitkan lenganku ke lehernya.
"Aku kangen berat." Suara serak Kent terdengar indah di telingaku.
"Aku ju-" Lidah Kent memotong suaraku. Sebelah tangan Kent sudah masuk kedalam bajuku untuk meraba kulitku.
"Kent," Secara otomatis kakiku melilit pinggang Kent saat dia mengangkat tubuhku. Rintihanku semakin jadi saat resleting celana jeansnya menekan pusat gairahku.
"Sial!" Kent bergerak memaju mundurkan tubuhku.
Ayah, aku sudah nggak kuat kalau begini!
Kent menurunkan tubuhku dan melepas celana jeansnya. Aku dengan cepat berlutut didepannya. Tanganku secepat kilat menurunkan celana boxernya dan melihat tonjolan besar.
"Ta-"
"Ssst.. " Aku membelai ke atas dan ke bawah penis Kent yang berukuran jumbo. Ujung penisnya sudah mengeluarkan cairan. Melihat Kent tampak tidak berdaya seperti ini sudah membuatku senang, tubuhnya bersandar pada dinding dengan napas memburu.
"Kent, mau aku masukin ke mulut?" Godaku dibawah dengan bibirku yang sudah melilit ujung penisnya.
"Sayan-"
Penis Kent sudah masuk kedalam mulutku dan itu hanya setengah penisnya.
Suara erangan Kent memenuhi ruang apartemen.
Telapak tangan Kent membela pipiku dengan lembut dan itu tidak berlangsung lama saat jari-jari tangannya menjalin rambutku.
Dengan satu gerakan aku memegang kedua paha Kent untuk mendapat pegangan, begitu aku sudah yakin, mulutku terbuka lebar-lebar dan Kent mendorong penisnya kembali maju mundur didalam mulutku.
"Sayang, tahan sebentar." Suara Kent parau saat gerakannya semakin cepat. Kepalanya jatuh kebelakang dan cengkraman tangannya di rambutku semakin erat.
Kent menggeram dan aku merasakan cairan panas di tenggorakanku.
"Tata, sayangku, cintaku dan aku tidak bisa bayangkan hidup tanpamu." Kent memeluk erat dan menggendongku.
"Aku harus cepetan balik ke cafe." Bisikku di lekukan leher Kent yang panas. "Kak Ghea pasti nunggu lama, Om."
"Iya sayang, bentar aku ganti baju dulu." Kent menurunkan dengan lembut di tengah ranjang.
Dia membuka lemari yang sudah penuh dengan pakaiannya.
"Ghea sendiri? Nggak sama sepupu yang satunya lagi?" Kemeja bersih yang baru menempel di badan Kent terlihat cocok. Apalagi lengannya di gulung.
"Kak Alana? Suaminya datang jadi nggak bisa ikut." Rahang ku sedikit kaku. Apa efek kegiatan tadi?
Kent duduk disebelah dan menarik tubuhku kedalam pelukan. Kita berdua diam dan saling bersandar kedalam pelukan masing-masing.
"Ayo, berangkat." Kent menarik dan merangkul ku saat berjalan. "Aku pengen cepetan nikah."
"Sabar." Lenganku mencubit pinggangnya.
###
Anjirr 😂😂 parah ini mah.
Tapi sudahlah, nikmati saja walau gajelas juga. Yang penting Kent dan Tata masih hidup sampai sekarang.
Vote woy vote biarbiar semngat!!